Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Letters To A Young Calvinist: An Invitation To The Reformed Tradition Yeremia Yordani Putra
Jurnal Amanat Agung Vol 14 No 2 (2018): Jurnal Amanat Agung Vol. 14 No. 2 Tahun 2018
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Smith, James K. A. Letters To A Young Calvinist: An Invitation To The Reformed Tradition (Grand rapids: Brazos, 2010), 134 halaman
Opera Trinitatis Ad Extra Indivisa Sunt: Kontribusi Teologi Trinitas Agustinus dalam Percakapan Teologi Agama-Agama Yeremia Yordani Putra
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v5i2.284

Abstract

Artikel ini merupakan penggalian prinsip teologis Opera Trinitatis Ad Extra Indivisa Sunt (karya Allah Trinitas dalam ekonomi sejarah penebusan tidak terbagi) dalam pemikiran Trinitas Agustinus dan membawanya ke dalam konteks percakapan pemikiran para teolog agama-agama Trinitarian kontemporer, di antaranya seperti Jacques Dupuis, Amos Yong, dan Raimundo Panikkar. Dalam pemikiran Dupuis dan Yong didapati adanya upaya untuk memisahkan karya Roh Kudus dari karya Anak. Sedangkan dalam pemikiran Panikkar, adanya upaya serupa yang memisahkan karya Yesus (logos ensarkos) dari karya Kristus atau Firman yang kekal (logos asarkos). Dengan menggunakan metode kepustakaan penelitian, artikel ini menemukan bahwa prinsip teologis Agustinus tersebut dapat dinilai masih sangat relevan dan dapat berperan sebagai pagar ortodoksi yang mengingatkan segala upaya konstruksi teologi agama-agama Trinitarian kontemporer untuk menjaga kesatuan ketiga pribadi Trinitas, di mana Bapa, Anak, dan Roh Kudus berkarya bersama di dalam ekonomi keselamatan yang tunggal. Dengan kata lain, prinsip teologis tersebut dapat menolong kita dalam mengevaluasi segala upaya reinterpretasi Trinitas dalam pemikiran para teolog agama-agama kontemporer.
KEMANUSIAAN-SUBSTITUSIONAL KRISTUS DALAM PEMIKIRAN THOMAS F. TORRANCE Yeremia Yordani Putra
Jurnal Amanat Agung Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Amanat Agung Vol 15 no. 2 Desember 2019
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47754/jaa.v15i2.373

Abstract

Abstract: This paper focuses on Thomas F. Torrance's thought on the Vicarious Humanity of Christ. Torrance understands that the redemptive work of Christ is not restricted to the moment of His death on the cross, but is in all moments of His human life. Torrance places great emphasis on the understanding that Christ in His humanity stands in our place and represents us before God the Father. Through His obedience, Christ restored the humanity of sinful believers as a perfect response to God. This truth stresses that Christ's redemption is not just a matter of the forgiveness of sins, but also is the bestowing of a restorative impact on the whole being of the believers. Therefore, the Vicarious Humanity of Christ becomes the ontological basis for the life of the believers. This thought gives great significance to the lives of believers, including the aspects of faith, repentance, and worship. Keywords: The Vicarious Humanity of Christ, Fallen Humanity, Perfect Response, Thomas F. Torrance. Abstrak: Tulisan ini menyoroti pemikiran Thomas F. Torrance mengenai Kemanusiaan-Substitusional Kristus. Torrance memahami karya penebusan Kristus bukan hanya dibatasi pada momen kematian-Nya di atas kayu salib, melainkan dalam seluruh momen kehidupan-Nya sebagai manusia. Torrance sangat menekankan pemahaman bahwa Kristus dalam kemanusiaan-Nya berdiri di tempat kita dan mewakili kita di hadapan Allah Bapa. Melalui ketaatan-Nya, Kristus memulihkan kemanusiaan orang percaya yang telah berdosa sebagai respons sempurna kepada Allah. Kebenaran ini menegaskan bahwa penebusan Kristus bukan hanya soal pengampunan dosa, tetapi juga penganugerahan dampak restoratif pada seluruh keberadaan diri orang percaya. Oleh karena itu, Kemanusiaan-Substitusional Kristus menjadi dasar ontologis bagi kehidupan orang percaya. Pemikiran ini memberikan signifikansi yang besar bagi kehidupan orang percaya, di antaranya dalam aspek iman, pertobatan, dan ibadah. Kata-kata kunci: Kemanusiaan-Substitusional Kristus, Kemanusiaan Berdosa, Respons Sempurna, Thomas F. Torrance
Evangelical Theological Method: Five Views Yeremia Yordani Putra
Jurnal Amanat Agung Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Amanat Agung Vol 17 no. 1 Juni 2021
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Book Review (Evangelical Theological Method)
A PRELIMINARY EVALUATION OF KWOK PUI-LAN’S POSTCOLONIAL FEMINIST THEOLOGICAL METHOD Fandy Handoko Tanujaya; Yeremia Yordani Putra
Jurnal Amanat Agung Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Amanat Agung Vol 16 no. 1 Juni 2020
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47754/jaa.v16i1.472

Abstract

Abstrak: Teologi feminis pascakolonial merupakan sebuah gerakan teologis dari Dunia Ketiga yang berusaha menggabungkan perjuangan feminis melawan androsentrisme dan patriarki dari generasi pertama teolog feminis—yang dominan berkulit putih—dengan sebuah kesadaran terhadap pengalaman kolonial dan perjuangan bagi kemerdekaan. Di dalam area penafsiran Alkitab, pendekatan feminis pascakolonial mencoba untuk mendekolonisasi dan mendepartriarkalisasi teks-teks Alkitab dan penafsirannya bagi tujuan-tujuan liberatif. Artikel ini mengobservasi dan menganalisis salah satu teolog feminis pascakolonial yang terkemuka, yaitu Kwok Pui-Lan, secara khusus menelaah metode berteologinya yang unik. Tiga isu spesifik akan dibahas: pandangannya tentang pengalaman, Alkitab, tradisi, dan akal budi sebagai sumber-sumber berteologi, pandangannya tentang doktrin Alkitab dan penafsirannya, dan metodenya dalam melakukan teologi feminis pascakolonial. Artikel ini akan ditutup dengan sebuah evaluasi awal. Sementara beberapa poin positif dapat ditarik dari metodenya, kaum Injili akan melihat beberapa potensi masalah, khususnya terkait isu otoritas, kebenaran, dan identitas. Abstract: Postcolonial feminist theology is an originally Third-World theological movement which attempts to combine feminist struggles against androcentrism and patriarchy of the first generation of feminist—predominantly White—theologians with an awareness of colonial experience and struggle for independence. In the area of biblical interpretation, postcolonial feminist approach tries to decolonize and depatriarchalize both biblical texts and their interpretations for liberative purposes. In this article, authors will observe and analyze one of the most prominent postcolonial feminist theologians, Kwok Pui-Lan, specifically looking at her unique theological method. Three specific issues will be addressed: her view on experience, Scripture, tradition, and reason as sources of theology, her doctrine of Scripture and its interpretation, and her method of doing postcolonial feminist theology. The article will then be concluded with a preliminary evaluation. While some positive points can be drawn from her method, evangelicals will observe some potential problems, especially those concerning the issues of authority, truth, and identity.
Menyuarakan Teologi Tubuh dalam Budaya Pornografi Yeremia Yordani Putra; Yohanes Krismantyo Susanta
Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat Vol 8 No 2 (2021): Agama dan Keamanan
Publisher : Reformed Center for Religion and Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33550/sd.v8i2.263

Abstract

Pornography is a culture that develops rapidly along with advances in science and technology. In fact, pornography is considered as something common and has become a commercial commodity an economic value. Looking at this reality, a deep theological reflection is needed in order to improve the paradigm and praxis of the body and sexuality understanding. By using literature research, this paper shows that pornography has distorted people’s understanding of sexuality and their perceptions of fellow humans. The idea and act of objectifying the body for one’s own pleasure has been valid and is something considered right by society. Therefore, this paper offers a theology of the body as an effort to revise the wrong perspective of the body. The body is not just a body, but the entire existence of a human being which but also has a personal and spiritual identities.
Peran Gereja dalam Menyikapi Kekerasan Terhadap Istri dalam Lingkup Domestik Yohanes Krismantyo Susanta; Yeremia Yordani Putra
Az-Zahra: Journal of Gender and Family Studies Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : UIN Sunan Gunung Dajti Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/azzahra.v2i2.16269

Abstract

Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks pernikahan adalah sebuah persoalan serius dan banyak dijumpai dalam hidup sehari-hari. Tulisan ini bertujuan menyorot persoalan tersebut dari perspektif teologi Kristen sebab kekerasan tersebut juga terjadi dalam konteks keluarga-keluarga Kristen. Kekristenan, dalam hal ini gereja memiliki tanggung jawab guna mengatasi persoalan tersebut. Dengan memanfaatkan studi literatur atas sejumlah tulisan yang membahas problem tersebut, tulisan ini memperlihatkan bahwa kekerasan domestic berdampak negatif terhadap korban. Korban mengalami trauma mendalam, rasa malu, rasa bersalah, dan takut untuk mempercayai orang lain. Kekerasan terhadap istri juga dianggap sebagai fenomena budaya dan dianggap lumrah. Dalam konteks inilah gereja perlu hadir dalam memberikan pelayanan dan pendampingan. Gereja adalah instrument shalom Allah dan perlu menghadirkan pelayanan shalom kepada para istri korban kekerasan rumah tangga sebagai perwujudan dari karya Allah yang merengkuh, menyembuhkan, merawat, menyayangi dan memberdayakan.
Ethics Of Responsibilities According To Emmanuel Levinas And Its Implications For Interfaith Dialogue: Christian Perspectives Yohanes Krismantyo Susanta; Yeremia Yordani Putra; Ivan Christian
Jurnal Dialog Vol 43 No 2 (2020): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v43i2.389

Abstract

Based on the literature study, this paper reveals that the ethical concept of Emmanuel Levinas’s responsibility has implications in the context of interfaith dialogue. By carrying out the theory of responsibility, which is based on authentic friendship, interfaith dialogue is not just a formality but is evidently a part of daily life. The results of this study indicate that a human being has never had a single, complete identity. Having known the multifaceted realm of one’s own identity, it seems that we tend to assume that “there are strangers” who dwell within us. Therefore we are invited to treat others as fellow human beings for the sake of God’s pleasure as He is the Creator of this life. Dengan menggunakan studi pustaka, tulisan ini menunjukkan bahwa konsep etika tanggung jawab Emmanuel Levinas memiliki implikasi dalam konteks dialog antaragama. Dengan mengusung teori tanggung jawab yang dilandasi oleh persahabatan yang otentik, dialog antariman tak hanya sekadar formalitas tetapi sungguh-sungguh menjadi bagian dari hidup keseharian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang tidak pernah memiliki sebuah identitas tunggal di dalam dirinya. Dengan mengakui kemajemukan identitas yang ada pada diri, kita dipanggil untuk mengaku bahwa di dalam diri kita terdapat pula “wajah orang asing.” Itulah sebabnya sebagai pribadi kita diundang untuk memperlakukan “yang lain” sebagai sesama dan memperlakukan orang lain itu seolah-olah kita melakukannya untuk Tuhan, Sang Pencipta.
Peran Gereja dalam Menyikapi Kekerasan Terhadap Istri dalam Lingkup Domestik Yohanes Krismantyo Susanta; Yeremia Yordani Putra
Az-Zahra: Journal of Gender and Family Studies Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : UIN Sunan Gunung Dajti Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/azzahra.v2i2.16269

Abstract

Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks pernikahan adalah sebuah persoalan serius dan banyak dijumpai dalam hidup sehari-hari. Tulisan ini bertujuan menyorot persoalan tersebut dari perspektif teologi Kristen sebab kekerasan tersebut juga terjadi dalam konteks keluarga-keluarga Kristen. Kekristenan, dalam hal ini gereja memiliki tanggung jawab guna mengatasi persoalan tersebut. Dengan memanfaatkan studi literatur atas sejumlah tulisan yang membahas problem tersebut, tulisan ini memperlihatkan bahwa kekerasan domestic berdampak negatif terhadap korban. Korban mengalami trauma mendalam, rasa malu, rasa bersalah, dan takut untuk mempercayai orang lain. Kekerasan terhadap istri juga dianggap sebagai fenomena budaya dan dianggap lumrah. Dalam konteks inilah gereja perlu hadir dalam memberikan pelayanan dan pendampingan. Gereja adalah instrument shalom Allah dan perlu menghadirkan pelayanan shalom kepada para istri korban kekerasan rumah tangga sebagai perwujudan dari karya Allah yang merengkuh, menyembuhkan, merawat, menyayangi dan memberdayakan.