Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PERENCANAAN LOKASI PENGUNGSIAN UNTUK KORBAN BANJIR DI KABUPATEN BANDUNG Yoga Jayantara, I Gst Ngr; Meilano, Irwan; Gumilar, Irwan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol 8, No 2 (2020): Mei, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v8i2.26041

Abstract

Kabupaten Bandung merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang rutin mengalami bencana banjir setiap tahunnya, sehingga warga yang terdampak banjir harus mengungsi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperkecil dampak banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum khususnya di Kabupaten Bandung adalah dengan rencana memindahkan penduduk ke tempat lain, namun sebagian masyarakat menolak adanya rencana relokasi sebagai upaya menanggulangi bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh lokasi pengungsian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan dibobot menggunakan metode AHP. Metode AHP merupakan suatu metode pendukung dalam pengambilan sebuah keputusan yang dapat mengurangi masalah multi kriteria yang rumit menjadi suatu hirarki. Dalam metode AHP permasalahan yang rumit dapat diuraikan ke dalam beberapa kelompok dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki sederhana sehingga permasalahan yang ada menjadi lebih sistematis dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan 9 kriteria yang diambil dari beberapa pertimbangan sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Bandung yaitu jarak dari sumber air, jarak dari lokasi bencana, jarak dari fasilitas kesehatan, kemiringan lereng, jarak dari ancaman longsor, jenis tutupan lahan, aksesibilitas, luas lokasi, dan hak atas tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria jarak dari sumber air memiliki bobot tertinggi yaitu 20% berdasarkan hasil penilaian oleh responden. Lokasi dengan kesesuaian lahan tinggi untuk lokasi pengungsian terletak di Kecamatan Cileunyi, Ibun, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pacet, Rancaekek, Soreang, Kertasari, Pengalengan dan Rancabali.
IMPLEMENTASI QGIS UNTUK MENGESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR DI KABUPATEN BANDUNG Jayantara, I Gst Ngr Yoga
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol 17, No 2 (2020): Edisi Juli 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.823 KB) | DOI: 10.23887/jptk-undiksha.v17i2.25839

Abstract

Kabupaten Bandung merupakan sebuah kabupaten yang rutin mengalami bencana banjir setiap tahunnya. Kabupaten ini terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan dilalui oleh tiga sungai besar yaitu Sungai Cisangkuy, Sungai Citanduy dan Sungai Citarum. Saat musim penghujan volume air di sungai tersebut meningkat dan akhirnya meluap menggenangi pemukiman warga yang berlokasi disekitar bantaran sungai. Banjir yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan kerugian ekonomi yang besar untuk rumah tangga, bisnis, industri, pertanian, infrastruktur, fasilitas umum, dan kegiatan sosial. Penelitian ini bertujuan mengimplementasikan QGIS untuk mengestimasi kerugian ekonomi akibat bencana banjir, sehingga Pemerintah dapat lebih tanggap dalam mengambil kebijakan terhadap korban bencana, serta memiliki kesiapan dana untuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Metode yang dipilih dalam perhitungan kerugian ekonomi ini adalah metode ECLAC yang biasa digunakan pada daerah Amerika Latin dan Karibia, serta pada pengembangannya metode ini juga dipakai pada bencana banjir yang terjadi di Asia. Penelitian ini menghasilkan nilai estimasi kerugian dari 4 sektor yaitu sektor rumah tangga, jalan, industri dan pertanian. Nilai kerugian untuk sektor rumah tangga sebesar Rp.11.459.120.778.000, untuk sektor jalan sebesar Rp.73.693.579.000, untuk sektor industri sebesar Rp.46.189.391.000, dan untuk sektor pertanian sebesar Rp.53.839.853.000. Estimasi kerugian total yang dialami dari keempat sektor yang terdampak adalah Rp.11.632.843.601.000 dengan estimasi kerugian terbesar ada pada sektor rumah tangga.
PEMETAAN SEBARAN TINGKAT POTENSI OBJEK WISATA YANG TERDAPAT DI KECAMATAN NUSA PENIDA Wisnawa, I Gede Yudi; Jayantara, I Gst Ngr Yoga; Gunawan, I Kadek
Jurnal ENMAP Vol 1, No 2 (2020): September, Jurnal ENMAP
Publisher : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.938 KB)

Abstract

Kecamatan Nusa Penida merupakan wilayah di Bali yang memiliki karakteristik unik yang dilihat dari bentuk wilayah sumber daya alam hayati maupun non hayati selain eksistensi kebudayaan yang ada. Hal ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari berbagai kalangan untuk mengeksplorasi wilayah Nusa Penida. Perkembangan pariwisata di Kecamatan Nusa Penida  belum diimbangi dengan penataan dan pengelolaan dari Pemerintah setempat baik dari sarana maupun prasarana yang belum memadai dan Pentingnya pendataan terkait tingkat potensi objek wisata yang tersebar di Kecamatan Nusa Penida sebagai pedoman untuk pengelolaan dan strategi pengembangan tingkat potensi objek wisata di Kecamatan Nusa Penida. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan menggunakan teknik dokumentasi dan observasi dalam pengumpulan data. Objek dalam penelitian ini berupa sebaran tingkat potensi objek wisata. Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif yang dikorelasikan dengan menggunakan teknik skoring. Teknik ini digunakan untuk mengetahui perolehan skor tertinggi dan skor terendah yang nantinya akan dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam kategori skor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat 25 sebaran objek wisata, 6 diantaranya merupakan objek wisata yang memiliki tingkat objek wisata sangat berpotensi, 13 titik sebaran tingkat potensi objek wisata yang berpotensi dan 6 titik tingkat potensi objek wisata wisata yang tidak berpotensi. Selain itu masih terdapat banyak objek wisata yang perlu dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat untuk meningkatkan objek daya tarik wisata yang ada di Kecamatan Nusa Penida. Desa Sakti memiliki lokasi objek wisata paling banyak sedangkan Desa Klumpu dan Desa Batumadeg hanya memiliki 1 lokasi objek wisata. Selain itu terdapat beberapa desa yang masih belum memiliki objek wisata yaitu Desa Ped, Kutampi Kaler, Kutampi, Batununggul, Suana dan Desa Sekartaji.
PEMETAAN LOKASI RAWAN BANJIR BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DENPASAR BARAT Wisnawa, I Gede Yudi; Jayantara, I Gst Ngr Yoga; Putra, Dewa Gede Dwija
Jurnal ENMAP Vol 2, No 2 (2021): September, Jurnal ENMAP
Publisher : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.42 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menentukan daerah rawan bencana banjir yang terdapat di Kecamatan Denpasar Barat, dan faktor-faktor dominan penyebab terjadinya banjir di kecamatan Denpasar Barat. Adapun penelitian ini dilakukan di Kecamatan Denpasar Barat dan waktu dari penelitian dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Juni 2020. Variabel dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel penentu seperti kemiringan lereng, kerapatan drainase, penggunaan lahan, curah hujan, dan Jenis tanah. Proses identifikasi daerah rawan bencana banjir dilakukan dengan cara pemberian skor/pembobotan pada masing-masing kelas yang memiliki bobot yang berbeda –beda dan sebelumnya sudah di klasifikasi terlebih dahulu menurut kelasnya masing–masing, Hasil dari penelitian ini adalah peta kerawanan banjir yang merupakan overlay dari peta kemiringan lereng, peta kerapatan drainase, peta penggunaan lahan, peta curah hujan dan peta jenis tanah. terdapat 4 kategori tingkat kerawanan banjir pada penelitian ini terbagi menjadi 4 bagian yaitu, Tidak Rawan Banjir, Kurang Rawan Banjir, Rawan Banjir, dan Sangat rawan banjir. Berdasarkan hasil yang diperoleh secara deskriptif dan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab terdahulu, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai  sebaran daerah rawan bencana banjir serta faktor utama penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Denpasar Barat seperti banyaknya terdapat daerah terbangun atau permukiman sehingga rendahnya  daya resap air hujan yang intensitasnya cukup tinggi, kemudian didukung dengan kerapatan saluran drainase yang buruk seperti terjadinya penyempitan pada bagian hilir  disamping itu dominan wilayah kecamatan Denpasar barat merupakan bidang yang memiliki kontur yang mendatar ditambah lagi dengan kebiasaan buruk masyarakat dengan bembuang sampah rumah tangga ke saluran-saluran pembuangan air sehingga menyebabkan peluang terjadinya banjir semakin tinggi.
PERENCANAAN LOKASI PENGUNGSIAN UNTUK KORBAN BANJIR DI KABUPATEN BANDUNG I Gst Ngr Yoga Jayantara; Irwan Meilano; Irwan Gumilar
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (2020): Mei, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v8i2.26041

Abstract

Kabupaten Bandung merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang rutin mengalami bencana banjir setiap tahunnya, sehingga warga yang terdampak banjir harus mengungsi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperkecil dampak banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum khususnya di Kabupaten Bandung adalah dengan rencana memindahkan penduduk ke tempat lain, namun sebagian masyarakat menolak adanya rencana relokasi sebagai upaya menanggulangi bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh lokasi pengungsian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan dibobot menggunakan metode AHP. Metode AHP merupakan suatu metode pendukung dalam pengambilan sebuah keputusan yang dapat mengurangi masalah multi kriteria yang rumit menjadi suatu hirarki. Dalam metode AHP permasalahan yang rumit dapat diuraikan ke dalam beberapa kelompok dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki sederhana sehingga permasalahan yang ada menjadi lebih sistematis dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan 9 kriteria yang diambil dari beberapa pertimbangan sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Bandung yaitu jarak dari sumber air, jarak dari lokasi bencana, jarak dari fasilitas kesehatan, kemiringan lereng, jarak dari ancaman longsor, jenis tutupan lahan, aksesibilitas, luas lokasi, dan hak atas tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria jarak dari sumber air memiliki bobot tertinggi yaitu 20% berdasarkan hasil penilaian oleh responden. Lokasi dengan kesesuaian lahan tinggi untuk lokasi pengungsian terletak di Kecamatan Cileunyi, Ibun, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pacet, Rancaekek, Soreang, Kertasari, Pengalengan dan Rancabali.
IMPLEMENTASI QGIS UNTUK MENGESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR DI KABUPATEN BANDUNG I Gst Ngr Yoga Jayantara
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol. 17 No. 2 (2020): Edisi Juli 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.823 KB) | DOI: 10.23887/jptk-undiksha.v17i2.25839

Abstract

Kabupaten Bandung merupakan sebuah kabupaten yang rutin mengalami bencana banjir setiap tahunnya. Kabupaten ini terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan dilalui oleh tiga sungai besar yaitu Sungai Cisangkuy, Sungai Citanduy dan Sungai Citarum. Saat musim penghujan volume air di sungai tersebut meningkat dan akhirnya meluap menggenangi pemukiman warga yang berlokasi disekitar bantaran sungai. Banjir yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan kerugian ekonomi yang besar untuk rumah tangga, bisnis, industri, pertanian, infrastruktur, fasilitas umum, dan kegiatan sosial. Penelitian ini bertujuan mengimplementasikan QGIS untuk mengestimasi kerugian ekonomi akibat bencana banjir, sehingga Pemerintah dapat lebih tanggap dalam mengambil kebijakan terhadap korban bencana, serta memiliki kesiapan dana untuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Metode yang dipilih dalam perhitungan kerugian ekonomi ini adalah metode ECLAC yang biasa digunakan pada daerah Amerika Latin dan Karibia, serta pada pengembangannya metode ini juga dipakai pada bencana banjir yang terjadi di Asia. Penelitian ini menghasilkan nilai estimasi kerugian dari 4 sektor yaitu sektor rumah tangga, jalan, industri dan pertanian. Nilai kerugian untuk sektor rumah tangga sebesar Rp.11.459.120.778.000, untuk sektor jalan sebesar Rp.73.693.579.000, untuk sektor industri sebesar Rp.46.189.391.000, dan untuk sektor pertanian sebesar Rp.53.839.853.000. Estimasi kerugian total yang dialami dari keempat sektor yang terdampak adalah Rp.11.632.843.601.000 dengan estimasi kerugian terbesar ada pada sektor rumah tangga.
PEMETAAN SEBARAN TINGKAT POTENSI OBJEK WISATA YANG TERDAPAT DI KECAMATAN NUSA PENIDA I Gede Yudi Wisnawa; I Gst Ngr Yoga Jayantara; I Kadek Gunawan
Jurnal ENMAP (Environtment And Mapping) Vol. 1 No. 2 (2020): September, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/em.v1i2.29008

Abstract

Kecamatan Nusa Penida merupakan wilayah di Bali yang memiliki karakteristik unik yang dilihat dari bentuk wilayah sumber daya alam hayati maupun non hayati selain eksistensi kebudayaan yang ada. Hal ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari berbagai kalangan untuk mengeksplorasi wilayah Nusa Penida. Perkembangan pariwisata di Kecamatan Nusa Penida  belum diimbangi dengan penataan dan pengelolaan dari Pemerintah setempat baik dari sarana maupun prasarana yang belum memadai dan Pentingnya pendataan terkait tingkat potensi objek wisata yang tersebar di Kecamatan Nusa Penida sebagai pedoman untuk pengelolaan dan strategi pengembangan tingkat potensi objek wisata di Kecamatan Nusa Penida. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan menggunakan teknik dokumentasi dan observasi dalam pengumpulan data. Objek dalam penelitian ini berupa sebaran tingkat potensi objek wisata. Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif yang dikorelasikan dengan menggunakan teknik skoring. Teknik ini digunakan untuk mengetahui perolehan skor tertinggi dan skor terendah yang nantinya akan dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam kategori skor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat 25 sebaran objek wisata, 6 diantaranya merupakan objek wisata yang memiliki tingkat objek wisata sangat berpotensi, 13 titik sebaran tingkat potensi objek wisata yang berpotensi dan 6 titik tingkat potensi objek wisata wisata yang tidak berpotensi. Selain itu masih terdapat banyak objek wisata yang perlu dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat untuk meningkatkan objek daya tarik wisata yang ada di Kecamatan Nusa Penida. Desa Sakti memiliki lokasi objek wisata paling banyak sedangkan Desa Klumpu dan Desa Batumadeg hanya memiliki 1 lokasi objek wisata. Selain itu terdapat beberapa desa yang masih belum memiliki objek wisata yaitu Desa Ped, Kutampi Kaler, Kutampi, Batununggul, Suana dan Desa Sekartaji.
PEMETAAN LOKASI RAWAN BANJIR BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DENPASAR BARAT I Gede Yudi Wisnawa; I Gst Ngr Yoga Jayantara; Dewa Gede Dwija Putra
Jurnal ENMAP Vol. 2 No. 2 (2021): September, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/em.v2i2.39841

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menentukan daerah rawan bencana banjir yang terdapat di Kecamatan Denpasar Barat, dan faktor-faktor dominan penyebab terjadinya banjir di kecamatan Denpasar Barat. Adapun penelitian ini dilakukan di Kecamatan Denpasar Barat dan waktu dari penelitian dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Juni 2020. Variabel dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel penentu seperti kemiringan lereng, kerapatan drainase, penggunaan lahan, curah hujan, dan Jenis tanah. Proses identifikasi daerah rawan bencana banjir dilakukan dengan cara pemberian skor/pembobotan pada masing-masing kelas yang memiliki bobot yang berbeda –beda dan sebelumnya sudah di klasifikasi terlebih dahulu menurut kelasnya masing– masing, Hasil dari penelitian ini adalah peta kerawanan banjir yang merupakan overlay dari peta kemiringan lereng, peta kerapatan drainase, peta penggunaan lahan, peta curah hujan dan peta jenis tanah. terdapat 4 kategori tingkat kerawanan banjir pada penelitian ini terbagi menjadi 4 bagian yaitu, Tidak Rawan Banjir, Kurang Rawan Banjir, Rawan Banjir, dan Sangat rawan banjir. Berdasarkan hasil yang diperoleh secara deskriptif dan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab terdahulu, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran daerah rawan bencana banjir serta faktor utama penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Denpasar Barat seperti banyaknya terdapat daerah terbangun atau permukiman sehingga rendahnya daya resap air hujan yang intensitasnya cukup tinggi, kemudian didukung dengan kerapatan saluran drainase yang buruk seperti terjadinya penyempitan pada bagian hilir disamping itu dominan wilayah kecamatan Denpasar barat merupakan bidang yang memiliki kontur yang mendatar ditambah lagi dengan kebiasaan buruk masyarakat dengan bembuang sampah rumah tangga ke saluran-saluran pembuangan air sehingga menyebabkan peluang terjadinya banjir semakin tinggi.
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMETAAN ZONA NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) DI KECAMATAN JEMBRANA I Komang Deni Putra Aryawan; I Gede Yudi Wisnawa; I Gst Ngr Yoga Jayantara
Jurnal ENMAP Vol. 3 No. 2 (2022): September, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/em.v3i2.52802

Abstract

NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) merupakan dasar dari pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mememetakan zona dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di Kecamatan Jembrana, serta faktor – faktor yang mempengaruhi NJOP di Kecamatan Jembrana. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jembrana dan waktu dari penelitian dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Juni 2020. Pada penelitan ini menggunakan variabel-variabel yaitu penggunaan lahan, aksesbilitas jalan utama, kemiringan lereng, dan jarak fasilitas umum. Proses penentuan Nilai Jual Objek Pajak sebelumnya melakukan pemberian kelas dan skor yang berbeda di setiap kategori variabel sesuai yang di tentukan dan melakukan pembobotan pada setiap parameter, melakukan analisis overlay pada semua parameter dan ditambahkan peta administrasi kecamatan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta zona NJOP di kecamatan Jembrana bersumber dari overlay peta penggunaan lahan, peta tingkat aksesbilitas jalan utama, peta kemiringan lereng dan peta jarak fasilitas umum. Tingkat NJOP di bagi atas 5 kelas yaitu > Rp 491.000/m2, Rp 491.000–Rp 368.000/m2, Rp 368.000–Rp 245.000/m2, Rp 245.000–Rp 122.000/m2, < Rp 122.000/m2. Faktor penentu NJOP berupa penggunaan lahan, kemiringan lereng, aksesbilitas jalan utama dan jarak fasilitas kota tidak selalu mempengaruhi dari penentuan tinggi rendah nya zona NJOP. Penggunaan lahan yang berupa permukiman, pertanian, perdagangan, lahan kosong dan pemerintahan tidak selalu mempengaruhi rendah tinggi nya NJOP begitupun yang lainnya seperti kemiringan lereng, aksesbilitas jalan utama maupun jarak dengan fasilitas kota.
PREDIKSI POLA ABRASI DALAM RANGKA MITIGASI BENCANA DI KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI I Gst Ngr Yoga Jayantara
Jurnal Sains Informasi Geografi (J SIG) Vol 5, No 2 (2022): Edisi November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31314/jsig.v5i2.1737

Abstract

Gerokgak Subdistrict has seen a significant change in coastline during the past 20 years, from 1997 to 2017, with the largest change being around 620.6 meters. Of the several factors that cause coastline changes, abrasion is one of the most detrimental factors. Change in coastline caused by abrasion can be categorized as disasters because it is destructive and detrimental, as it threatens ecosystems or buildings behind the coastline. Judging from the tendency of development in Gerokgak District that inclines towards the coast, abrasion could be a devastating disaster for most of the people of Gerokgak Subdistrict. Structures such as PLTU Celukan Bawang, hotels on the beach, temples on the beach, and fish ponds owned by the government and the community will become easy targets for abrasion. Previous research resulted in an analysis of shoreline change from shoreline extraction every five years over a 25-year period. There are 6 coastlines resulting from shoreline extraction in 1995-2020. In this study, the six samples of coastline data that have been obtained will be used to draw a general conclusion on abrasion pattern and then this abrasion pattern will be used to produce extrapolation of the abrasion pattern every five years for the next 10 years, namely 2025 and 2030. This study produced extrapolation calculations for 2025 and 2030 which were achieved using the linear regression method with the aim that a linear coastline pattern could be formed as a consideration for decision making for abrasion disaster mitigation policies that occurred in Gerokgak Subdistrict.