Rida Safuan Selian
Unknown Affiliation

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari

UPACARA PETROEN ANEUK DI GAMPONG MEUNASAH MANYANG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Dek Putri Nurfajri; Rida Safuan Selian; Nurlaili Nurlaili
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 1, No 2 (2016): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.228 KB)

Abstract

ABSTRAK           Penelitian yang berjudul “Upacara Petroen Aneuk di Gampong Meunasah Manyang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar” mengangkat masalah bagaimana prosesi upacara petroen aneuk dan maknanya di Gampong Meunasah Manyang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan prosesi upacara petroen aneuk dan maknanya di Gampong Meunasah Manyang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dan jenis penelitiannya deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengerti tentang upacara petroen aneuk dan objek dalam penelitian ini adalah upacara petroen aneuk di gampong Meunasah Manyang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan mereduksi, display dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan prosesi upacara adat petroen aneuk yaitu pembacaan doa pembuka, peucicap, suleung buleukat, balek hate, balek boh manoek, pencerminan, baca kitab, peusijuek, memutar beras, peulingka ka’bah, troen u tanoh, plah boh u, pesijuek ibu bayi, peu ‘eh lam ayon, Tamong Bak Rumoh dan pembacaan doa penutup.Upacara petroen aneuk secara umum memiliki makna yaitu agar bayi mendapatkan kemuliaan, kesejahteraan, kemakmuran dan selamat di dunia maupun akhirat. Dan kelak ketika besar nanti bayi menjadi anak yang patuh kepada kedua orang tua dan taat beribadah kepada Allah SWT. Upacara petroen aneuk masih dilaksanakan secara adat.Kata kunci: Upacara, Petroen Aneuk
KERAJINAN TAS ACEH DITINJAU DARI PERSPEKTIF INTRA ESTETIK DI ACEH UTARA Siti Nurhaliza; Rida Safuan Selian; Aida Fitri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 2 (2019): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Kerajinan Tas Aceh Ditinjau dari Perspektif Intra Estetik di Aceh Utara”. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kerajinan tas Aceh ditinjau dari perspektif intra estetik di Aceh Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kerajinan tas Aceh ditinjau dari perspektif intra estetik. Pendekatan yang digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini di rumah produksi kerajinan tas Aceh yang ada di Gampong Meunasah Aron Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, subjek penelitian adalah pemilik dan beberapa pengrajin rumah produksi kerajinan tas Aceh dan objek penelitian adalah bentuk, motif dan warna pada kerajinan tas Aceh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan data reduction, data display dan kesimpulan serta mengecek keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kerajinan tas memiliki 4 bentuk diantaranya yaitu kotak, persegi panjang, bulat dan oval. Bentuk kotak terdiri dari tas tiara, tas hantaran, tas golf kulit, tas golf, tas luna, tas ransel cewek dan tas eumpang. Bentuk persegi panjang terdiri dari tas guci, dan tas dompet. Pada bentuk bulat terdiri dari tas rotan serta bentuk oval terdiri dari tas ransel. Pada tas ransel, tas selempang dan tas jinjing terdapat 11 motif yaitu Pinto Aceh, Bungong Meucanek, Pucok Bungong, Angka Lapan, Angka Nam, Kacang Goreng, Angka siploh, Taloe Ie, Awan Bungong, Bungong Ek Leuk, Bungong Lawang. Pada tas ransel terdapat motif Pinto Aceh, Bungong Meucanek, Pucok Bungong, Angka Lapan, Angka Nam, Kacang Goreng, Bungong Lawang, Taloe Ie, dan Angka Siploh. Warna yang terdapat pada kerajinan tas Aceh yaitu kuning, merah, hijau, hitam dan biru.Kata Kunci: kerajinan, perspektif, intra estetik
MAKNA SIMBOLIK PADA PERLENGKAPAN MANOE PUCOK DI DESA PALAK HULU KECAMATAN SUSOH Permata Sari; Rida Safuan Selian; Tengku Hartati
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 1 (2017): FEBRUARI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.658 KB)

Abstract

ABSTRAK             Penelitian yang berjudul “Makna Simbolik pada perlengkapan Manoe Pucok di desa Palak Hulu Kecamatan Susoh”. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apakah makna simbolik pada perlengkapan Manoe Pucok di Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh. Peneliti ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik pada perlengkapan Manoe Pucok di Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian di Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh, sumber data penelitian adalah ketua PKK dan pengrajin adat di Desa Palak Hulu dan tokoh-tokoh masyarakat Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Palak Hulu dan objeknya adalah makna simbolik yang terkandung pada perlengkapan Manoe Pucok. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi non-partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan mereduksi, menyajikan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlengkapan Manoe Pucok di Desa Palak Hulu terdiri dari kerajinan Nyiu (Buah Biluluk jantan dan batina, Kari-kari, Rajo Baselo, Pucuk Rebung, Jari Sipasen dan Lipatan Tikar), air Limau dan bahan Peusijuek. Makna simbolik dari Buah Biluluk jantan dan betina (menyatukan antara pengantin laki-laki dan perempuan), Kari-kari (pengantin harus siap menghadapi kehidupan rumah tangga yang baru), Rajo Baselo (kerajaan), Pucuk Rebung (supaya bisa membimbing keturunannya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat lainnya), Jari Sipasen (kehormatan), Lipatan Tikar (kemuliaan). Air Limau mengandung makna kebersihan dan kesucian dan bahan Peusijuek mempunyai makna supaya pasangan pengatin baru (suami istri) hidup bersama dengan rukun dan damai.Kata kunci: makna, simbol, Manoe Pucok
TENUN SONGKET ACEH “NYAKMU” DI DESA SIEM KABUPATEN ACEH BESAR Yasmin Afrilla Utami; Rida Safuan Selian; Aida Fitri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang berjudul Tenun Songket Aceh “Nyakmu” di desa Siem Kabupaten Aceh Besar mengangkat masalah bagaimana proses pembuatan dan apa saja motif-motif yang digunakan pada kain songket Aceh “Nyakmu” di desa Siem Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembuatan kain songket tenun dan motif-motif apa saja yang digunakan pada songket Aceh “Nyakmu”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah Dahlia dan Ida yang merupakan pengrajin tenun songket Aceh di desa Siem Kabupaten Aceh Besar. Objek dalam penelitian ini adalah proses pembuatan kain songket dan motif-motif yang digunakan pada songket Aceh “Nyakmu” di desa Siem Kabupaten Aceh Besar. Teknik pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumetasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis induktif yang meliputi 3 langkah, yaitu: Reduksi data, Penyajian data dan Penarikan kesimpulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa proses pembuatan kain songket terdiri dari 5 tahap, yaitu: 1) peuglah beuneung sutera (menggulung benang sutera), 2) seumiweut (menghani benang sutera), 3) peuget idong (membuat simpul benang lungsi yang akan dililit pada batang kumpar), 4) dong teupeun (melilit benang lungsi pada batang kumpar), 5) nyulek motif (mendesain motif) dan motif yang digunakan pada kain songket berjumlah 63 motif yang dibagi menjadi ragam hias geometris ada 25 motif sedangkan ragam hias flora ada 38 motif.Kata Kunci: proses pembuatan, Songket, motif, tenun.
BENTUK PENYAJIAN TARI OTEH RODA DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH Elya Zuhrah; Rida Safuan Selian; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 4 (2017): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1537.187 KB)

Abstract

Penelitian ini berjudul Bentuk Penyajian Tari Oteh Roda di Desa Kebet Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah  Bentuk Penyajian Tari Oteh Roda yang meliputi bentuk gerak, pola lantai, tata busana, tata rias, pantas, properti dan syair tari Oteh Roda di Desa Kebet Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Data bersumber dari Ibrahim Syah selaku pakar budayawan yang berasal dari Gayo dan pencipta tari Oteh Roda. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu mereduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Oteh Roda diciptakan oleh Ibrahim Syah pada tahun 1960. Oteh itu sendiri memiliki arti panggilan atau sebutan anak gadis dan Roda adalah kincir air. “Oteh Roda” adalah anak gadis yang sedang menumbuk padi di Roda atau kincir air. Tari Oteh Roda ditarikan oleh 6 penari wanita dan fungsi tari Oteh Roda sebagai sarana hiburan yang mencerminkan aktivitas sehari-hari anak gadis pada musim panen, dengan melakukan kegiatan menumbuk padi sehingga menjadi beras. Kata Kunci: bentuk penyajian, tari Oteh Roda.
PERKEMBANGAN MOTIF PADA BAJU PENGANTIN DI MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT Marliza Fadzila; Rida Safuan Selian; Ramdiana Ramdiana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 5, No 1 (2020): FEBRUARI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Perkembangan Motif pada Baju Pengantin di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat”. Mengangkat masalah perkembangan motif pada baju pengantin di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat pasca Tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan motif pada baju pengantin di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat pasca Tsunami. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah Syarifah Hennizar selaku pemiliki Cut Aja Wedding dan Rina selaku pemiliki Rina Queenna, objek penelitian ini adalah baju pengantin di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa perkembangan motif pada baju pengantin di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat pasca Tsunami, merupakan salah satu bukti nyata bahwa perkembangan yang terjadi pada motif baju pengantin di Meulaboh dapat dilihat dari tampilan motif yang berbeda seperti penambahan motif pada motif yang sudah ada, hal ini dapat kita lihat pada motif pinto aceh, yang mana terdapat beberapa bagian pada motif pinto aceh yang ditambahkan motif baru untuk memperindah motif pinto aceh yang sudah ada, seperti penambahan ukiran daun maupun ukiran batang. Masyarakat sekitar tidak mempermasalahkan perkembangan yang terjadi pada motif yang terdapat pada baju pengantin, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya motif-motif yang memilliki arti negatif. Motif itu sendiri merupakan identitas suatu masyarakat sehingga adanya motif sangat penting untuk diterapkan pada baju pengantin. Namun saya berharap agar motif-motif yang sudah ada seperti pinto aceh, uke bate, pucok reubong dan motif Aceh yang lain tetap diterapkan pada baju pengantin di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, meskipun nantinya ada penambahan motif ragam hias pada motif-motif Aceh tersebut.Kata Kunci: perkembangan, motif, baju pengantin, pasca Tsunami.
MOTIF DAN FUNGSI KERAJINAN ANYAMAN TAPE DI GAMPONG KEMILI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH Wilda Yuliandari; Rida Safuan Selian; Ramdiana Ramdiana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 5, No 2 (2020): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang berjudul “motif dan fungsi kerajinan anyaman Tape di Gampong Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah” ini mengangkat masalah bagaimanakah motif yang terdapat pada kerajinan anyaman Tape di Gampong Kemili Kabupaten Aceh Tengah dan bagaimanakah fungsi kerajinan anyaman Tape yang terdapat di Gampong Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis motif pada kerajinan anyaman Tape di gampong Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dan untuk mendeskripsikan jenis fungsi kerajinan anyaman Tape di gampong Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Jenis Penelitian yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif. Pendekatan Kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif-motif yang terdapat pada anyaman Tape di Gampong Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ialah motif bunga nam, motif  matapat, motif sesiku, motif bunga semelah, motif sesesip, motif peperting, motif keras kulir, motif genipo, motif bintang opat dan motif katir. fungsi anyaman Tape yaitu sebagai fungsi sosial, ekonomi, ritual dan keindahan (estetika), anyaman Tape merupakan tempat penyimpanan wadah pengganti plastik yang difungsikan untuk pernikahan, menaruh tempat sirih, beras, emas, nasi, dan lain sebagainya.Kata Kunci: motif, fungsi, kerajinan  anyaman Tape
SINING DALAM KONTEKS KEBUDAYAAN GAYO Nur Fajriah; Rida Safuan Selian; Tengku Hartati
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 3, No 3 (2018): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul Sining dalam Konteks Kebudayaan Gayo, mengangkat masalah bagaimana Sining dalam Konteks Kebudayaan Gayo, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Sining dalam Konteks Kebudayaan Gayo. Sumber data dalam penelitian adalah Seniman Gayo, Masyarakat, Petua adat Kampung Nosar. Penelitian dilakukan di Kampung Nosar Aceh Tengah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan mereduksi data ,display data, verifikasi data. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tari Sining adalah sebuah ritual adat masyarakat Gayo yang kini menjadi seni pertunjukan bagi khalayak ramai. Tari Sining yang ditarikan diatas sembilah papan dan dulang ini mempunyai 2 prosesi yaitu prosesi adat dalam membangun rumah dan sebagai tari iringan memandikan dan mengesahlan pemimpin baru, yang dilakukan dengan cara membaca syair dan ritual. Proses tersebut didahului dengan memilih kayu hutan yang dianggap terbaik, menebang kayu hutan, serta menjadikan kayu tersebut sebagai pondasi rumah. Alat musik yang digunakan dalam tari Sining ini yaitu gegedem, gerantung, tak tok, suling, teganing serta canang yang dimainkan oleh wanita dan laki-laki. Busana yang dikenakan pada ritual ini adalah busana sehari-hari, hingga saat tari Sining telah menjadi seni pertunjukan dan memakai baju kerawang khas Gayo Aceh Tengah. Kata kunci: Tari Sining, kebudayaan Gayo
KAJIAN KOREOGRAFI TARI INEN MAYAK PUKES KARYA IBRAHIM KADIR Siner Mentari; Tri Supadmi; Rida Safuan Selian
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 3, No 1 (2018): FEBRUARI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.93 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian yang berjudul “kajian koreografi Tari Inen Mayak Pukes karya Ibrahim Kadir” ini mengangkat masalah bagaimana sejarah, proses penggarapan, dan alasan mengapa pencipta menciptakan tari Inen Mayak Pukes. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis, mendeskripsikan, mengkaji, dan mengetahui koreografi tari Inen Mayak Pukes, serta ciri khas atau gaya tarian yang berkembang di kabupaten Aceh Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif dengan pendekatan kualitataif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam tentang proses penggarapan tari Inen Mayak Pukes. Subjek penelitian ini adalah kajian koreografi tari oleh Ibrahim Kadir dan objek dalam penelitian ini adalah tari Inen Mayak Pukes di kabupaten Aceh Tengah oleh Ibrahim Kadir. Data pada penelitian ini dikumpulan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Mengetahui keabsahan data peneliti menggunakan tehnik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan koreografi tari Inen Mayak Pukes adalah tari kreasi baru yang berpolakan tradisi karena tarian ini menggunakan iringan baik musik maupun lagu khas daerah Gayo, pakaian adat Gayo, dan gerakan tarian ini juga menyesuaikan kepada kebiasaan kehidupan masyarakat Gayo. Tari Inen Mayak Pukes diciptakan pada tahun 1975, tari ini termasuk tari literer karena tarian ini disusun berdasarkan cerita asli, lalu dibuat menjadi tarian yang bercerita seperti sendratari. Kata Kunci: Koreografi, Tari Inen Mayak Pukes
KERAJINAN GERABAH DI DESA ATEUK JAWO KECAMATAN BAITURRAHMAN KOTA BANDA ACEH Alfazri Alfazri; Rida Safuan Selian; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 1, No 3 (2016): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.858 KB)

Abstract

ABSTRAK     Penelitian berjudul Kerajinan Gerabah di Desa Ateuk Jawo dilakukan di desa Ateuk Jawo kecamatan Baiturrahman kota Banda Aceh, ini mengangkat masalah bagaimanakah Eksistensi dan proses pembuatan Gerabah di desa Ateuk Jawo, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh serta bagaimanakah Gerabah di desa Ateuk Jawo dalam konteks sosialisasi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi dan proses pembuatan Gerabah di desa Ateuk Jawo, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh serta mendeskripsikan bagaimanakah Gerabah di desa Ateuk Jawo dalam konteks sosialisasi masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi non-partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan mereduksi, menyajikan (mendisplay), dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beberapa masyarakat masih ada yang memproduksikan kerajinan Gerabah, kerajinan yang dihasilkan berbentuk periuk nasi (kanot bu), belanga (beulangong) dan cobek (capah) sehingga Gerabah di Ateuk Jawo masih exist. Proses pembuatan kerajinan Gerabah di desa Ateuk Jawo melalui beberapa langkah yaitu: pengambilan jenis tanah, pengadukan tanah dengan pasir, pembentukan Gerabah, pengeringan Gerabah, dan proses pembakaran. Gerabah di desa Ateuk Jawo dalam konteks sosialisasi masyarakat merupakan bentuk penanaman nilai secara turun temurun dengan  cara mengamati, berpartisipasi dan berbuat yang dilakukan oleh pengrajin selanjutnya.  Kata Kunci: eksistensi, kerajinan, gerabah, konteks sosialisasi masyarakat