Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Destination Branding Indonesia Sebagai Destinasi Wisata Halal Subarkah, Awafi Ridho; Junita Budi Rachman; Akim
Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas dan Perjalanan Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34013/jk.v4i2.53

Abstract

This study aims to discuss the destination branding of Indonesia using halal tourism instruments to increase tourist arrivals, especially from the Middle East market, and make Indonesia the world's halal tourist destination. This research uses descriptive qualitative method with the concept of destination branding and public diplomacy. The results of this study indicate that Indonesia embarked on destination branding by establishing the Halal Tourism Indonesia Logo, Halal Tourism Indonesia: The Halal Wonders, to describe its halal tourist destinations, then designating three regions that are considered ready to be the leading halal tourist destinations, namely Lombok (Friendly Lombok), Aceh (The Light of Aceh), and West Sumatra (Taste of Padang) as seen from facilities and services that meet the criteria halal tourism and won the world's best halal tourism award representing Indonesia at the World Halal Travel Summit in Abu Dhabi 2015 and 2016. In addition, Indonesia also made efforts to halal tourism diplomacy through familiarization trips, attending national and international exhibitions, and through the media and seen the results of the increasing number of Middle Eastern tourists visiting as the primary target market for halal tourism.
Diplomasi Publik Korea Selatan di Indonesia Melalui King Sejong Institute Center Indonesia Naomi Karina Hutagalung; Junita Budi Rachman; Akim Akim
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 15 No. 2 (2019): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.59 KB) | DOI: 10.26593/jihi.v15i2.3415.131-145

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini mengeksplorasi dan mengidentifikasi diplomasi publik Korea Selatan melalui King Sejong Institute Center Indonesia (KSIC). KSIC adalah institusi yang bergerak dibidang pendidikan bahasa dan budaya. Kehadirannya di Indonesia sebagai respon atas minat publik Indonesia yang gemar akan budaya Korea Selatan, khususnya budaya populer (Hallyu) yang mendorong keingintahuan mereka untuk lebih mengenal Korea Selatan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan eksploratif dalam mengidentifikasi data pelaksanaan diplomasi publik di lapangan dengan menggunakan kerangka konseptual dimensi strategis diplomasi publik, untuk mengidentifikasi keberadaan elemen-elemennya, yaitu: listening, advocacy, cultural diplomacy, exchange diplomacy dan international broadcasting. Validasi penelitian ini dengan metoda triangulasi: studi literatur dan wawancara terhadap narasumber signifikan dan khalayak peserta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KSIC Indonesia telah melaksanakan diplomasi publik dan menerapkan beberapa elemen-elemennya dalam kegiatan di setiap dimensi strategis. Walaupun demikian tidak semua elemen dapat dicakup dalam setiap dimensi pelaksanaannya. Melalui diplomasi publik yang dilaksanakan, KSIC Indonesia dalam waktu singkat telah dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jakarta di mana tempat KSIC Indonesia berada. Hasil identifikasi terhadap hierarki penerimaan publik Indonesia yang merupakan hasil dari diplomasi publik KSIC Indonesia menandai bahwa KSIC Indonesia telah melaksanakan tugasnya sebagai perwakilan resmi Negara Korea Selatan.Kata Kunci: Diplomasi Publik; Korea Selatan; King Sejong Institute Center Indonesia
Sosialisasi pelestarian pencak silat sebagai warisan budaya dan soft power indonesia Junita Budi Rachman; Savitri Adityani; Dadan Suryadipura; Bima Prawira Utama; Sintia Catur Sutantri; Mohamad Rizky Novalini
Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 17 No. 2 (2021): Transformasi Desember
Publisher : LP2M Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/transformasi.v17i2.3999

Abstract

[Bahasa]: Pencak silat merupakan warisan nasional negara Indonesia yang perlu dikenal dan dilestarikan oleh generasi muda. Oleh karenanya, diperlukan upaya masif untuk mengenalkan pencak silat kepada generasi muda yang salah satunya melalui kegiatan sosialisasi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berbentuk sosialiasasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap siswa sekolah menengah pertama tentang pentingnya pencak silat sebagai warisan budaya sekaligus sumber soft power Indonesia. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerimaan dan kesediaan untuk bertindak setelah sosialisasi kepada pelajar sekolah menengah pertama (SMP 2) Bandung. Dengan menggunakan model sosialisasi partisipatif dari Mead (1972), kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam empat tahap yaitu tahap persiapan (preparatory stage), tahap meniru atau bermain peran (play stage), tahap siap bertindak (game stage) dan tahap penerimaan target atas norma kolektif (generalized stage). Hasil penelitian dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan deskripsi data statistik sederhana. Hasil sosialisasi menunjukkan bahwa siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai pentingnya pencak silat sebagai warisan budaya Indonesia dan sebagai sumber soft power bagi negara Indonesia. Mayoritas siswa setuju untuk ikut berpartisipasi dalam mempromosikan pencak silat sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab sosial mereka. Dengan demikian, kelestarian pencak silat sebagai warisan budaya Indonesia dan pencak silat sebagai sumber soft power Indonesia potensial untuk diwujudkan melalui para siswa sekolah menengah pertama sebagai generasi penerus. Kata Kunci: Indonesia, pelestarian, pencak silat, soft power, warisan budaya [English]: Pencak silat is the national heritage of the Indonesian that needs to be known and preserved by the younger generation. Thus, massive efforts are needed to introduce pencak silat to the younger generation, one of which is through socialization activities. Socialization in the context of this community service program was carried out to junior high school students (SMP 2) Bandung aiming to provide knowledge and understanding of the importance of pencak silat as a cultural heritage and source of Indonesian soft power, as well as to find out how their reception and the willingness to act after socialization. By using the participatory socialization model from Mead (1972), the socialization consisted of four stages; preparatory stage, play stage, game stage, and generalized stage. The results of the program were analyzed using qualitative methods with the description of simple statistical data. The results of the socialization shows that students gained good knowledge and understanding about the importance of pencak silat as Indonesian cultural heritage and as a source of soft power for the Indonesian state. The majority of students agreed to participate in promoting pencak silat as a form of their awareness and social responsibility. Thus, the preservation of pencak silat as an Indonesian cultural heritage and pencak silat as a source of Indonesian soft power has the potential to be realized through junior high school students as the next generation. Keywords: Indonesia, preservation, pencak silat, soft power, cultural heritage
Bandung as an International Relations Actor Through the Collaboration of Bandung and Fort Worth Sister City in International Leadership Academy Program Putra, Reynaldi Mandala; Rachman, Junita Budi; Dermawan, Windy
International Journal of Social Science and Business Vol 6, No 1 (2022): February
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijssb.v6i1.40126

Abstract

The City Government is one of the actors who are starting to get involved in the international world.  On the other hand, cities are seen as agencies in 'global governance' that work together to solve global problems global. This study aims to explain the city of Bandung in presenting itself as an actor of international relations through the implementation of the sister city cooperation between the city of Bandung and the city of Forth Worth in the International Leadership Academy (ILA) program. The research method used is qualitative research with data collection through interviews and literature studies. Meanwhile, the conceptual framework used consists of the concept of international cooperation and the concept of sister city. From 2010 to 2021 the Bandung city delegation, namely high school students, accompanied by supervisors and employees participated in the ILA program which is held every year in the City of Fort Worth. The presence of this delegation represented the city of Bandung as an international relations actor. Through ILA activities in the city of Fort Worth with Bandung high school students as delegates, the city of Bandung is guaranteed its presence in the international arena almost every year. But unfortunately, the Bandung City Government did not fully support the ILA youth exchange program activities held in the city of Fort Worth. Even though this support is important to maintain the continuity of the presence of the City of Bandung as an actor in international relations.
Understanding Sports Policies in Indonesia: Caring for the Asian Games Legacy 2018 Bunga Aprillia; Junita Budi Rachman
JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik) Vol 25, No 1 (2021): May, 2021
Publisher : Magister Administrasi Publik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkap.55224

Abstract

This research is intended to understand gender sports policies seen from a gender-sensitivity perspective. The research was based on a case study method. In-depth interviews with a number of government parties formed the cornerstone of data collection. Adopting from the conception of the Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) on gender sensitivity, some of the policies do not take into account or care about gender. Thus, more precisely a policy can be genderbiased, gender blind, gender-neutral or gender-sensitive. The conception was used in analyzing the extent to which sports policy in Indonesia is gender-sensitive and its implications for the treatment Indonesia accords to the 2018 Asian Games Legacy in the field of Women in Sports. The findings of this study are categorized into three parts, inter alia, Gender equality principle; The Indonesian government's partisanship in managing female athletes; and Women in sports as soft power. The practical implication is that gender-blind conception of policies coupled with gender-neutral implementation does augur well for efforts to perpetuate the legacy of Asian Games Legacy as a powerful source of attraction that Indonesia has to offer.
Bandung as an International Relations Actor Through the Collaboration of Bandung and Fort Worth Sister City in International Leadership Academy Program Reynaldi Mandala Putra; Junita Budi Rachman; Windy Dermawan
International Journal of Social Science and Business Vol. 6 No. 1 (2022): February
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijssb.v6i1.40126

Abstract

Pemerintah Kota merupakan salah satu subjek yang mulai berkiprah di dunia internasional. Di sisi lain, kota dipandang sebagai lembaga dalam 'global governance' yang bekerja sama untuk memecahkan masalah global secara global. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kota Bandung dalam menampilkan dirinya sebagai subjek hubungan internasional melalui implementasi kerjasama sister city antara kota Bandung dan kota Forth Worth dalam program International Leadership Academy (ILA). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka. Sedangkan kerangka konseptual yang digunakan terdiri dari konsep kerjasama internasional dan konsep sister city. Sejak tahun 2010 hingga tahun 2021 delegasi kota Bandung yaitu siswa SMA didampingi oleh pengawas dan karyawan mengikuti program ILA yang diadakan setiap tahun di Kota Fort Worth. Kehadiran delegasi ini mewakili Kota Bandung sebagai subjek hubungan internasional. Melalui kegiatan ILA di kota Fort Worth dengan siswa SMA Bandung sebagai delegasinya, kota Bandung dijamin kehadirannya di kancah internasional hampir setiap tahun. Namun sayangnya, Pemerintah Kota Bandung tidak sepenuhnya mendukung kegiatan program pertukaran pemuda ILA yang diadakan di kota Fort Worth. Padahal dukungan ini penting untuk menjaga kelangsungan keberadaan Kota Bandung sebagai subjek dalam hubungan internasional.
Aesthetic and World Politics by Roland Bleiker. Basingtoke, Hampshire: Palgrave Macmillan, 2009. Hardcover: 271 pp. Siti Aliyuna Pratisti; Junita Budi Rachman
Intermestic: Journal of International Studies Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.265 KB) | DOI: 10.24198/intermestic.v2n1.8

Abstract

Aesthetic approach to politics is not really something considered as a novelty. Immanuel Kant has described the aesthetic relationship with rationality way back in the 17th century, as well as Friedrich Nietzsche and Jaques Rancier as a more contemporary counterpart. In the field of international relations, the study of aesthetics has been raised by a number of reviewers – from James Der Derian, Costas Constantinou, David Campbell, to Anthony Burke – who began to lay aesthetics as a foothold in approaching various phenomena. Roland Bleiker is one of the most consistent among them. In an essay entitled "The Aesthetic Turn in International Political Theory", Bleiker opened the discourse to establish aesthetics as one of the paradigms in international political theory. His essay is published in 2001, contrasts with the majority of international political theories that always try to "catch the world as it is". Bleiker assumes that there is always a distance between representation and what it represents. Through aesthetics, he criticizes approaches that fill this theoretical gap with mimetic ideas. He emphasizes that aesthetic studies do not try to mimic the reality, but it is trying to recognize the various emotions and sensibilities in the formation of a certain representation. The great role of "emotion" in politics is further explained by Bleiker through an essay entitled “Fear No More: Emotions and World Politics”, published seven years after.
EDITORIAL: Linguistic Turn dalam Hubungan Internasional Arry Bainus; Junita Budi Rachman
Intermestic: Journal of International Studies Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.383 KB) | DOI: 10.24198/intermestic.v4n1.1

Abstract

Diaspora dalam Hubungan Internasional Arry Bainus; Junita Budi Rachman
Intermestic: Journal of International Studies Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.397 KB) | DOI: 10.24198/intermestic.v6n2.1

Abstract

Perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung hingga pertengahan 2022 ini menyisakan perhatian pada diaspora, selain pada segala akibat perang dalam banyak hal terhadap kedua negara dan hubungan internasional. Diaspora Rusia dan diaspora Ukraina tersebar di luar negeri, baik sebagai diaspora pasif maupun sebagai diaspora transnasional dan global. Dalam banyak kepentingan mereka adalah subjek-subjek internasional yang signifikan baik bagi negara asal (home country) dan negara tuan rumah (host country) maupun bagi ragam komunitas diaspora lainnya. Namun, serangan militer Rusia ke Ukraina telah membuat diaspora Rusia dalam keadaan sosial yang tersudutkan di tempat mereka berdomisili. Sementara para pengungsi Ukraina yang mendapatkan simpati sebagai migran baru akan mengalami kehidupan diaspora di negara penerima di masa depan bila mereka menetap. Dari tempat baru, mereka dapat berfungsi sebagai saluran politik domestik dan internasional untuk konflik dan iredentisme guna "memulihkan" identitas dan wilayah yang telah dianeksasi pihak musuh. Selanjutnya, efek terkuat perang Rusia dan Ukraina terhadap risiko perang berikutnya bekerja melalui diaspora adalah sesuatu yang mungkin.
Editorial: Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional Arry Bainus; Junita Budi Rachman
Intermestic: Journal of International Studies Vol 2 No 2 (2018)
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.552 KB) | DOI: 10.24198/intermestic.v2n2.1

Abstract