Setyo Widodo
PPPTMGB LEMIGAS, Balitbang KESDM, Jl. Ciledug Raya, Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, 12230, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Using homeopathica drugs combination at peripartal phase in preventing bovine subclinical mastitis Sanjaya, Agatha W.; Wibawan, I W.T.; Sudarwanto, Mirnawati; Widodo, Setyo; Enbergs, Heinrich
Medical Journal of Indonesia Vol 13, No 4 (2004): October-December
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.136 KB) | DOI: 10.13181/mji.v13i4.158

Abstract

A total of 33 dairy lactating cows suffering from subclinical mastitis were classified into group A (10 cows), group B (12 cows) and group C (11 cows). They were treated with the combination of homeopathic drugs and placebo, applied at the 4th and 3rd week antepartum (a.p), and continuing every week postpartum (p.p), for four times. Group A received Coenzyme comp® (in the 4th and 3rd week a.p), Lachesis comp® combined with Traumeel®(1st and 2nd week p.p) and Coenzyme comp® combined with Carduus comp® (3rd and 4th week p.p). Group B received Traumeel®+ Mucosa comp® (4th and 3rd week a.p), Lachesis comp®+ Traumeel® (1st and 2nd week p.p) and Coenzyme comp®+ Carduus comp® (3rd and 4th week p.p) and group C as a placebo. The incidence of subclinical mastitis in group A and C appeared irregular. In contrast, group B showed a constant percentage (33.3%). Group A and B showed significant response to the homeopathic drugs, expressed as an increasing of the somatic cell count value. At peripartal phase, haptoglobin increased in group B 0.80 mg/ml and group A as well as placebo 1.40 mg/ml. After calving, group B expressed a constant value (0.05 mg/ml), while group A and placebo rose significantly. The milk yield in normal lactation period (the 3rd - 7th month) increased significantly, with an increasing 14.1% for group B and 4.9% A respectively. (Med J Indones 2004; 13: 221-6)Keywords: Homeopathy, Homeopathic combination, Subclinical Mastitis, Peripartal Phase
Aktivitas Diuretik dan Analisa Mineral Urin Perlakuan Ekstrak Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth) pada Tikus Jantan Rini Madyastuti; Ietje wientarsih; Setyo Widodo; Erni H Purwaningsih; Eva Harlina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.912 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.2.16-23

Abstract

Tanaman Kumis Kucing merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak keuntungan dan sudah digunakan sejak dahulu dalam upaya menjaga kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi aktivitas diuretik dari penggunaan ekstrak Kumis Kucing dan mengukur kadar kalium dan natrium dalam urin. Sebanyak 24 ekor tikus dibagi menjadi empat grup; kontrol negatif (akuades), kontrol positif (furosemide), dosis ekstrak 1 (250mg/kg BB) dan dosis ekstrak 2 (500mg/kg BB). Ekstrak diberikan secara peroral selama 7 hari. Aktivitas diuretik pada kelompok ekstrak dan kontrol positif pada jam pertama (P>0.05) dan jam keenam (P<0.05). Volume urin kumulatif dosis 1 mendekati furosemide. Pengukuran mineral urin menunjukkan hasil kehilangan mineral natrium dan kalium pada kelompok ekstrak lebih kecil dibandingkan kelompok referensi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dosis efektif ekstrak Kumis Kucing adalah 250 mg/kg BB pada jam ke-2 dan menunjukkan kehilangan mineral dalam urin yang lebih kecil.
Aktivitas Diuretik dan Analisa Mineral Urin Perlakuan Ekstrak Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth) pada Tikus Jantan Madyastuti, Rini; Ietje wientarsih; Setyo Widodo; Erni H Purwaningsih; Eva Harlina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.912 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.2.16-23

Abstract

Tanaman Kumis Kucing merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak keuntungan dan sudah digunakan sejak dahulu dalam upaya menjaga kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi aktivitas diuretik dari penggunaan ekstrak Kumis Kucing dan mengukur kadar kalium dan natrium dalam urin. Sebanyak 24 ekor tikus dibagi menjadi empat grup; kontrol negatif (akuades), kontrol positif (furosemide), dosis ekstrak 1 (250mg/kg BB) dan dosis ekstrak 2 (500mg/kg BB). Ekstrak diberikan secara peroral selama 7 hari. Aktivitas diuretik pada kelompok ekstrak dan kontrol positif pada jam pertama (P>0.05) dan jam keenam (P<0.05). Volume urin kumulatif dosis 1 mendekati furosemide. Pengukuran mineral urin menunjukkan hasil kehilangan mineral natrium dan kalium pada kelompok ekstrak lebih kecil dibandingkan kelompok referensi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dosis efektif ekstrak Kumis Kucing adalah 250 mg/kg BB pada jam ke-2 dan menunjukkan kehilangan mineral dalam urin yang lebih kecil.
Efek Penambahan Mineral Zn Terhadap Gambaran Hematologi pada Anak Sapi Frisian Holstein Sus Derthi Widhyari; Anita Esfandiari; Agus Wijaya; Retno Wulansari; Setyo Widodo; Leni Maylina
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 19 No. 3 (2014): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.703 KB)

Abstract

The objective of this experiment was to determine the effects of zinc supplementation on health status in dairy calves. Nine Frisian Holstein (FH) at 6-10 months of age were used in this experiment and divided into three groups. First group (no added Zn) for control, the second group was added 60 ppm Zn, and the third group was added 120 ppm Zn. Zn was administered daily for three months. Blood samples were collected from the jugular vein and anticoagulated with EDTA. Whole blood were used for measuring erythrocytes, hemoglobin concentration, hematocrit value, total leukocyte count, and leukocyte cell types. The results showed that no difference among groups for hematological parameters and the value of hematology were in the range values references. In conclusion, 60 and 120 ppm Zn supplementation in the feed is relatively safe for health.
Tinjauan Penambahan Mineral Zn dalam Pakan Terhadap Kualitas Spermatozoa pada Sapi Frisian holstein Jantan Sus Derthi Widhyari; Anita Esfandiari; Agus Wijaya; Retno Wulansari; Setyo Widodo; Leni Maylina
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 20 No. 1 (2015): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.214 KB)

Abstract

Bulls are expected to be able to produce a good quality and quantity of sperm. The objective of this experiment was to study the effect of Zn supplementation on the sperm quality, in Frisian holstein bulls. Ten bulls, 1618 months of age were used in this experiment. The experimental bulls were divided into two groups, i.e.,group without Zn supplementation (control) and group with 60 ppm of Zn supplementation. Zn supplementations were given everyday for a period of four months. Semen was collected by using artificial vaginaat the end of the experiment. Semen quality was evaluated macroscopically and microscopically. The variables measured were semen volume, semen pH, sperm motility, sperm concentration, sperm viability, and sperm abnormality. The results showed that Zn supplementation significantly increased sperm motility and sperm concentration (P<0.05), whereas there was no significant difference in other parameters.
KIVSA-4 Identifikasi Klinis Kristaluria pada Kasus Feline Lower Urinary Track Disease (FLUTD) di Klinik Hewan Maximus Pet Care Arief Purwo Mihardi; Intan Maria Paramita; Sherli Noviaria Pakpahan; Setyo Widodo
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.12 KB)

Abstract

Feline lower urinary tract disease (FLUTD) terjadi karena adanya disfungsi dari kantung kemih maupun uretra pada kucing.  Salah satu simptom dari FLUTD yaitu polakiuria tanpa disertai poliuria, adanya stranguria dan hematuria (Gunn-Moore 2003; Westroop dan Buffington 2010).  Menurut Hostutler et al. (2005), hampir kebanyakan kucing yang mengalami LUTD terjadi karena terjadinya feline idiopathic, interstitial cystitis, urolitiasis, infeksi bakterial pada saluran urinari, malformasi anatomi saluran urinari, neoplasia, behavioral disorder, dan gangguan syaraf seperti refleks dysnergia.  Seperti yang dilaporkan Dorsch et al. (2014), dari 302 ekor kucing yang mengalami LUTD terdapat feline idiopathic cystitis (FIC) (55%), infeksi bakterial saluran urinari (18,9%), uretral plug (10,3%) dan urolithiasis (7%).  Kojrys et al. (2017) juga melaporkan 385 kucing yang mengalami LUTD terdapat 60,7% mengalami FIC, 17,4% obstruksi uretra akibat plug, 7,8% infeksi bakterial saluran urinari, 13% mengalami urolitiasis, 1 % terjadinya hiperplasia.Hampir sebagian besar kejadian LUTD diikuti dengan adanya obstruksi.  Menurut laporan Kojrys et al. (2017), FLUTD diikuti terjadi obstruksi uretra pada 229 kucing.  Umumnya obstruksi ini terjadi pada kucing jantan (204 ekor) dan hanya terdapat 25 ekor terjadi pada kucing betina.  Obstruksi ini biasanya terjadi pada kasus FIC yakni 129 ekor dan 67 ekor mengalami urolitiasis.  Menurut Osborne dan Lulich (2006), jenis kristal urin yang sering ditemukan pada kasus urolitiasis seperti struvit, kalsium oksalat, urat, sistin ataupun campuran.  Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kristalurin yang terjadi pada 13 ekor kucing yang mengalami LUTD.
KIVSA-5 Pijat Uretra (Urethral Massage) Alternatif Penanganan Kasus Obstruksi Uretra akibat FLUTD pada Kucing Jantan Intan Maria Paramita; Arief Purwo Mihardi; Sherly Noviaria Pakpahan; Setyo Widodo
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.115 KB)

Abstract

Obstruksi uretra merupakan salah satu manifestasi dari kasus Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) yang sering muncul dan bila tidak mendapatkan perawatan yang baik akan menimbulkan kematian. Obstruksi uretra dapat terjadi akibat keberadaan kalkuli, serta urethral plug yang tersusun atas mukoprotein, blood clot, kristal, hingga kalkuli. Obstruksi urethra lebih sering terjadi pada kucing jantan dibandingkan kucing betina (Hostutler et. al. 2005). Hal ini terjadi akibat anatomi uretra kucing jantan lebih panjang dan berbentuk selongsong yang mempermudah kejadian pengendapan kristal dan mukoprotein membentuk plug yang menghambat aliran urin keluar melalui uretra. Kucing yang mengalami obstruksi uretra dapat dikenali dari adanya perubahan frekuensi urinasi dan perubahan tingkah laku urinasi (Gunn-Moore 2002). Beberapa kucing menunjukkan gejala muntah, nyeri di abdomen, lemah, lesu, nafsu makan turun, ulcer di rongga mulut, hingga penurunan bobot badan yang signifikan (Berent 2011). Diagnosa obstruksi uretra dapat dilakukan dengan palpasi kondisi vesica urinaria (VU). Vesica urinaria kucing yang mengalami obstruksi uretra akan teraba besar, tegang, dan keras karena terisi penuh oleh urin. Teknik yang disarankan untuk memperlancar aliran urin adalah dengan memberikan obat obatan yang bersifat antispasmodik seperti atropin untuk merelaksasikan lumen uretra, melakukan pijat uretra atau “milking technique” selama beberapa menit pada uretra yang sudah dilubrikasi, irigasi uretra menggunakan kateter, cystocentesis, hingga urethrostomy (Gaskell 1978). Pemasangan kateter, cystocentesis, hingga urethrostomy merupakan tindakan invasi yang dilakukan apabila tindakan lain tidak berhasil dilakukan. Tindakan invasif memiliki resiko jika tidak dilakukan secara lege artis. Osborne et. al. (1996) menyatakan bahwa tindakan kateterisasi mampu menginduksi terjadinya trauma hingga penyempitan uretra akibat infeksi karena adanya benda asing yang dimasukkan dalam tubuh kucing tersebut.Salah satu alternatif memperbaiki aliran urin adalah dengan melakukan tindakan pijat uretra. Osborne et. al. (1978) menyarankan melakukan tindakan ini sebelum melakukan tindakan invasi lainnya. Tindakan kateterisasi dilakukan apabila pijatan uretra tidak mampu melancarkan aliran urin. Studi ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas teknik pijat uretra dalam menangani kasus obstruksi uretra pada 10 ekor kucing jantan yang mengalami FLUTD.
KIVP-3 Pengamatan Performa Pada Sapi FH Jantan yang Diberi Suplementasi Mineral Zinc Sus Derthi Widhyai; Dondin Sajuthi; Setyo Widodo; Anita Esfandiari; Retno Wulansari; Agus Wijaya; Chusnul Choliq; Agus Lelana; Leni Maylina; Arief Purwo Mihardi
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.391 KB)

Abstract

Permintaan dunia terhadap protein hewani sangat besar dan terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan yang meningkat tidak dibarengi dengan kemampuan penyediaan protein hewani yang cukup sehingga sebagian besar dipenuhi melalui import. Pemenuhan protein dalam negeri diharapkan mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas daging melalui perbaikan mutu nutrisi sehingga mampu bersaing dengan pihak luar. Salah satu sumber protein hewani selain dari ternak potong, adalah memanfaatkan sapi jantan dari sapi perah FH. Oleh karena itu ternak jantan dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein hewani dalam upaya untuk penyediaan pangan asal ternak.  Pembangunan peternakan diarahkan agar produk ternak dalam negeri mampu bersaing dengan produk ternak impor dalam rangka memantapkan ketahanan pangan nasional. Mineral Zn dilaporkan mampu memperbaiki skor marbling karkas [1].  Hal ini penting untuk memperbaiki kualitas karkas daging sebagai sumber protein hewani. Belum banyak informasi tentang efek suplementasi Zn terhadap pertambahan bobot badan terutama pada sapi FH jantan. Oleh karena itu pengamatan tentang suplementasi Zn terhadap performa (bobot badan) pada sapi FH jantan perlu dilakukan.
Profil Imunoglobulin-G Serum Kambing Peranakan Etawah Bunting yang Diberi Imbuhan Pakan Mineral Seng (SERUM IMUNOGLOBULIN-G LEVEL ON PREGNANT ETTAWAH CROSSBRED WERE GIVEN ZINC MINERAL) Sus Derthi Widhyari; Anita Esfandiari; I Ketut Sutama; Setyo Widodo; I Wayan Teguh Wibawan; Rizal Rahadian Ramdhany
Jurnal Veteriner Vol 18 No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.664 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.24

Abstract

The objective of this study was to find out the effect of zinc supplementation on the profile of immunoglobulin-G (IgG) in the pregnant etawah-cross ewes. Fifteen etawah-cross ewes (3-6 years old and 30-50 kg body weight) were used in this experiment and they were divided into three groups each of which consisted of 5 ewes. The first group (Zn40) received 40 ppm Zn as control, the second group (Zn60) received 60 ppm Zn, and the third group (Zn80) received 80 ppm Zn. Blood samples were collected from jugular vein every two weeks, started at twelve weeks of pregnancy up to eight weeks post partum for immunoglobulin-G analysis. IgG level were analyzed by competitive Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) technique. Results showed that there were no significant difference of immunoglobulin-G level (P>0,05) among the three treatment groups ( Zn40, Zn60, and Zn80). However, IgG level of Zn40 and Zn80 groups tended to decrease during the last staget of pregnancy until two weeks post partum. In conclusion, supplementation of 60 ppm Zn showed higher IgG level than Zn 80 ppm. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi seng (Zn) terhadap imunoglobulin-G (IgG) pada kambing peranakan etawah (PE) bunting. Penelitian ini menggunakan 15 ekor kambing PE umur sekitar tiga sampai enam tahun, bobot badan sekitar 30-50 kg dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing terdiri dari lima ekor. Kelompok Zn40 (kontrol) diberi pakan mengandung mineral Zn 40 ppm, kelompok Zn60 mengandung mineral Zn 60 ppm, dan kelompok Zn80 mengandung mineral Zn 80 ppm. Sampel darah diambil melalui vena jugularis untuk menganalisis konsentrasi IgG. Pengambilan sampel darah dilakukan setiap dua minggu mulai umur kebuntingan 12 minggu sampai delapan minggu setelah melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IgG serum tidak menunjukkan perbedaan secara nyata antar kelompok (P>0,05) antara kelompok Zn 0, Zn 40 dan Zn 80 ppm. Kelompok Zn 40 ppm dan 80 ppm cendrung memperlihatkan konsentrasi IgG mengalami penurunan pada akhir kebuntingan sampai dua minggu setelah melahirkan. Pada kelompok Zn 60 ppm memperlihatkan konsentrasi IgG lebih tinggi dibanding kelompok Zn 80 ppm.
Konsentrasi Protein Total, Albumin, dan Globulin Anak Kambing Peranakan Etawah Setelah Pemberian Berbagai Sediaan Kolostrum* (TOTAL PROTEIN, ALBUMIN, AND GLOBULIN CONCENTRATIONS ON ETTAWAH CROSSBREED NEONATES FOLLOWING THE ADMINISTRATION OF VARIOUS FORM O Anita Esfandiari; Sus Derthi Widhyari; Setyo Widodo; I Wayan Teguh Wibawan; Dondin Sajuthi; I Ketut Sutama
Jurnal Veteriner Vol 15 No 3 (2014)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.331 KB)

Abstract

This experiment was conducted to study the profile of total protein, albumin, and globulin concentrationson Ettawah crossbreed neonates after consuming various colostrums. Twenty four healthy neonatal kidswere used in this study. The neonates were divided into four groups. Each group received fresh maternal(goat) colostrum, frozen-thawed bovine colostrum, bovine spray dried colostrum, and bovine powdercommercial colostrum, respectively. Colostrums were given at 10% of body weight directly after birth andfollowed by the same amount every 12 hours, for three days. The blood was taken from jugular vein at 0, 12,24, 48, 72, and 168 hours after birth to determine total protein, albumin, and globulin concentrations.Results of this study indicated that the serum total protein and globulin concentration increased andreached the peak at 24 hours after birth. Compared to the concentration at birth, the increase of totalprotein concentration were 62.77%, 59.26%, 48.05%, and 66.67% in fresh maternal (goat), frozen-thawedbovine, bovine spray dried, and commercial bovine colostrum, respectively. Serum globulin concentrationincreased 4.9, 4.4, 4.8, and 14.6 times in fresh matermnal goat, frozen-thawed bovine, spray dried, andcommercial bovine colostrums respectively, compared to the concentration at birth. In conclusion, theconsumption of various colostrums i.e. fresh maternal goat colostrums, bovine colostrums (frozen-thawed,spray dried and commercial colostrums) would increase the concentration of blood total protein and globulin,which both reached the highest concentration at 24 h after birth.