Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMERIKSAAN KESEHATAN PARU PADA NELAYAN DI DESA PAGEDANGAN ILIR, TANGERANG Novendy, Novendy; Ernawati, Ernawati; Lontoh, Susy Olivia
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1069.162 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i1.1872

Abstract

The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries in 2012 had planned for the District of Kronjo, Tangerang Regency, Banten to become a minapolitan area or center of fisheries in Indonesia. 70% of Pagedangan Ilir Village population are fishermen and, being close to the Cipasilian River which empties into the Java Sea, while also being the village with the most fishermen and in Kronjo. Data on people’s health in this area is still very limited, coupled with bad lifestyle patterns such as smoking and poor diet. This highlights the need for promotive-preventive activities in an effort to improve the health and healthy lifestyle of the fishermen. The activities conducted were community health service activities. Indirect counseling by video screening and lung examination with spirometry is one way to gain knowledge and description of lung health among fishermen in Pagedangan Ilir Village, Tangerang, Banten. As many as 97 people went through spirometry examination. The results showed that 42 (43.3%) were normal, 48 (49.5%) were restrictive, 2 (2.1%) were obstructive and 5 (5.2%) were mixed. In addition, 74 (76.3%) residents smoke and the remaining 23 (23.7%) do not smoke. The large number of restrictive abnormality might be due to the large number of smokers or participants’ inability to follow the examination instructions properly. It can be concluded that the activities carried out are only the initial stages of health service for the fishermen, therefore other activities are still necessary to improve the health and welfare of the fishermenABSTRAK: Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2012 memproyeksikan Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten menjadi daerah minapolitan atau pusat kawasan perikanan di Indonesia. Desa Pagedangan Ilir 70% penduduknya bekerja sebagai nelayan dan lokasinya berdekatan dengan Sungai Cipasilian yang bermuara ke Laut Jawa, memiliki jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling banyak di Kronjo. Data tentang kesehatan di lingkungan nelayan masih sedikit serta pola hidup yang kurang baik seperti merokok, pola makan yang kurang baik. Hal ini menjadi alasan perlunya dilakukan kegiatan promotif-preventif dalam usaha meningkatkan kesehatan serta pola hidup sehat nelayan. Kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan bakti kesehatan. Penyuluhan tidak langsung dengan pemutaran video serta pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri merupakan salah satu cara untuk meningkatkan peengetahuan dan gambaran tentang kesehatan paru pada nelayan di Desa Pagedangan Ilir, Tangerang, Banten. Sebanyak 97 orang yang melakukan pemeriksaan spirometri. Hasil pemeriksaan spirometri memperlihatkan bahwa sebanyak 42 (43,3%) hasil pemeriksaannya normal, 48 (49,5%) retriksi, 2 (2,1%) obstruktif dan 5 (5,2%) adalah campuran. Selain itu juga didapatkan data sebanyak 74 (76,3%) warga yang merokok dan sisanya 23 (23,7%) tidak merokok. Banyaknya hasil spirometri adalah kelainan restriksi dapat dikarenakan karena banyaknya perokok serta mungkin karena peserta tidak dapat mengikuti instruksi pemeriksaan dengan baik. Dapat disimpulkan kegiatan yang dilakukan hanya merupakan tahap awal pemerhatian kesehatan pada nelayan, maka dengan itu masih perlu dilakukan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pada nelayan.
HUBUNGAN STATUS GIZI, LINGKAR PINGGANG, DAN PROFIL LIPID TERHADAP HIPERTENSI PADA USIA PRODUKTIF BERPENGHASILAN RENDAH Kumala, Meilani; Lontoh, Susy Olivia; Novendy, Novendy
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i1.9930

Abstract

Background: The prevalence of hypertension in the world today increases year by year. Monitoring data of non communicable diseases (NCD), 2017 shows that the number and risk of death for Indonesian people in productive age is quite high. Research on the relationship between risk factors and hypertension in low-income productive age communities in Indonesia has not been widely studied. Objective: This study aims to determine the relationship between nutritional status, waist circumference (WC) and lipid profile with hypertension in people of low income productive age. Methods: The design of this study was cross sectional. Identity data were collected through interview, blood pressure, anthropometry, waist circumference data were obtained by measuring and blood lipid profile, fasting blood sugar data were carried out by laboratory test. The data that had been obtained were tested using Fisher’s exact test. Results: As many as 50% of 62 subjects had hypetension, 38.7% of subjects had overweight, 33,87% of subjects had obesity and 61.9% of subjects had WC above normal or including central obesity. As many as 37.1% of subjects had hypercholesterolemia, 90.3% had low density lipoproteinemia (LDL) above normal, 16.1% of subjects had high density lipoproteinemia (HDL) below normal and 22.6% of subjects had hypertriglyceridemia. The results of Fisher's exact test showed that there was no relationship between nutritional status, WC and lipid profiles with hypertension. The prevalence odds ratio (POR) showed that subjects with over nutrition and obesity have a 1.63 times risk of developing hypertension; subjects with central obesity had a 1.73 times risk of developing hypertension; subjects with hypercholesterolemia had a 2.7-fold risk of developing hypertension and subjects with high LDL had 2.15 times the risk of developing hypertension, while POR of HDL and triglycerides showed a neutral value or not a risk factor for hypertension. Conclusion: Nutritional status, WC, lipid profile have no relationship with hypertension in low-income productive age people in Indonesia. Based on the POR, it was found that obesity, WC, cholesterol and LDL were risk factors for hypertension, whereas triglycerides and HDL did not affect the incidence of hypertension Keywords: nutritional status; waist circumferences; lipid profile; productive age; low income AbstrakLatar Belakang: Pevalensi hipertensi di dunia dewasa ini meningkat dari tahun ke tahun. Data monitor kemajuan penyakit tidak menular (PTM), 2017 menunjukkan bahwa angka dan risiko kematian masyarakat dengan usia produktif di Indonesia cukup tinggi.Penelitian hubungan faktor risiko terhadap hipertensi pada masyarakat usia produktif berpenghasilan rendah di Indonesia belum banyak dikaji lebih dalam. Tujuan: Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi, lingkar pinggang (Lpi) dan profil lipid dengan hipertensi pada masyarakat usia produktif berpenghasilan rendah. Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang. Data identitas dikumpulkan melalui wawancara, data tekanan darah, antropometri, lingkar pinggang diperoleh dengan melakukan pengukuran dan data profil lipid darah, gula darah puasa dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium. Data yang telah diperoleh, diuji menggunakan uji Fisher’s exact. Hasil: Sebanyak 50% dari 62 subjek mengalami hipertensi, 38,7% subjek mempunyai status gizi berlebih, 33,9% subjek termasuk obesitas dan 61,9% subjek mempunyai Lpi di atas normal atau obesitas sentral. Sebanyak 37,1% subjek mengalami hiperkolesterolemia, 90,3% mempunyai low density lipoproteinemia (LDL) di atas normal, 16,1% subjek mempunyai high density lipoproteinemia (HDL) dibawah normal dan 22,6% subjek mengalami hipertrigliseridemia. Hasil uji Fisher’s exact menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status gizi, Lpi dan profil lipid dengan hipertensi. Prevalence odds ratio menunjukkan subjek dengan status gizi berlebih dan obesitas mempunyai risiko 1,63 kali mengalami hipertensi; subjek dengan obesitas sentral mempunyai risiko 1,73 kali mengalami hipertensi; subjek dengan hiperkolesterolemia mempunyai risiko 2,7 kali mengalami hipertensi dan subjek dengan LDL yang tinggi mempunyai risiko 2,15 kali mengalami hipertensi, sedangkan POR HDL dan trigliserida memperlihatkan tidak merupakan faktor risiko hipertensi. Kesimpulan: Status gizi, Lpi, profil lemak darah tidak mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat usia produktif berpenghasilan rendah. Gizi lebih dan obesitas, Lpi, kolesterol dan LDL merupakan faktor risiko kejadian hipertensi sedangkan, triglieserida dan HDL tidak memengaruhi kejadian hipertensi.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENGEMUDI BUS ANTAR KOTA Santoso, Alexander Halim; Karjadidjaja, Idawati; Santoso, Frisca; Lontoh, Susy Olivia
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v4i2.7864

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by elevated blood sugar levels (hyperglycaemia) due to insufficient production of insulin or the condition where the body cannot use insulin effectively. The condition of chronic hyperglycaemia relates to the damage, dysfunction and failure of organs such as the eyes, kidneys, nerves, heart and blood vessels. Diabetes Mellitus and its complications can affect the ability to drive. The prevalence of hyperglycaemia among bus drivers is 52,1%. Body mass Index (BMI), waist circumference (WC) and the ratio of waist circumference to height are often associated with the occurrence of type 2 Diabetes, but the results are still heavily influenced by many factors such as ethnicity and gender. This research aims to observe the association of BMI, waist circumference and waist circumference to height ratio to diabetes mellitus among inter-city bus drivers. This is an analytical research with cross-sectional design involving 176 subjects. Fifty four percent subjects were obese, 53.4% of subjects have a waist circumference above 90 cm, 71.6% of subjects with a waist-to-height ratio of over 0.5. The association between BMI and fasting blood sugar was significant (p = 0,035), and also between the waist circumference and fasting blood sugar (p = 0,009). There is no statistically significant association between the ratio of waist circumference to height and fasting blood sugar level (P = 0,274). As Conclusion, The BMI and waist circumference can be used as indicators to the risk of diabetes among bus drivers. Keywords diabetes mellitus, body mass index, waist circumference, waist circumference to height ration, bus driver ABSTRAKDiabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat produksi insulin yang tidak mencukupi atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif. Kondisi hiperglikemia kronik berhubungan dengan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan dari organ-organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Diabetes melitus dan komplikasinya dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi. Prevalensi hiperglikemia di kalangan pengendara bus sebesar 52,1%. Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang (LP) dan Rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan sering dihubungkan dengan kejadian Diabetes tipe 2, namun hasilnya masih banyak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti etnis dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan diabetes melitus pada pengemudi bus antar kota. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang yang melibatkan 176 subjek. Didapatkan 54% subjek dengan status gizi obese, 53,4% subjek dengan lingkar pinggang di atas 90 cm, 71,6% subjek dengan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan di atas 0,5. Didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa (p=0,035), antara lingkar pinggang dengan kadar gula darah puasa (p=0,009). Tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan kadar gula darah puasa (p=0,274). Sebagai kesimpulan, IMT dan Lingkar pinggang dapat digunakan sebagai parameter terhadap risiko timbulnya diabetes pada pengemudi.
GAMBARAN TINGKAT AKTIFITAS FISIK PADA MASYARAKAT KELURAHAN TOMANG JAKARTA BARAT Lontoh, Susy Olivia; Kumala, Meilani; Novendy, Novendy
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v4i2.8728

Abstract

Lack of physical activity is a risk factor for increased incidence of coronary heart disease (CHD), type 2 diabetes mellitus (T2DM), breast cancer, colon cancer and reduced life expectancy. Regular and adequate levels of physical activity are essential to reduce the risk of non-communicable diseases. Kelurahan Tomang has an urban area and is an urban area and tends to be a sedentary life style. Data regarding the description of physical activity in the Tomang Village, West Jakarta is still limited. This study aims to determine the level of physical activity in the community of Tomang Village, West Jakarta. This research is an observational analytic study with a cross-sectional design. The study was conducted on 181 subjects and subject taking was done by consecutive sampling. Subjects in this study were aged from 20 years - 45 years with an average age of 35.1 ± 6.79 years, the majority were women as much as 55.8% and 78.5% of the subjects were married. Judging from the level of education, dominated by high school education / equivalent, the average monthly income of 42.9% of the subjects earned Rp. 3,000,001,-Rp. 4,000,000, - and most of the subjects worked as housewives and 43.1 % of subjects who did not exercise. The results of the measurement of the subject's physical activity level showed that 59.7% of subjects who had light activity and sex and type of work had an effect on the lack of physical activity Keywords: physical activity, sedentary life style ABSTRAKAktifitas fisik yang kurang  menjadi  faktor risiko untuk peningkatan kejadian penyakit jantung koroner (PJK), diabetes mellitus tipe 2 (T2DM), kanker payudara, kanker usus besar dan mengurangi harapan hidup. Tingkat aktifitas fisik yang teratur dan memadai sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular. Kelurahan Tomang berwilayah diperkotaan serta merupakan daerah urban dan  cenderung  sedentary life style. Data mengenai gambaran aktifitas fisik di lingkungan Kelurahan Tomang Jakarta Barat masih terbatas.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat aktifitas fisik pada masyarakat kelurahan Tomang Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik observational dengan disain potong lintang. Penelitian dilakukan pada 181  subyek dan pengambilan subjek dilakukan secara consecutive sampling.  Subjek  dalam penelitian ini berusia mulai dari 20 tahun - 45 tahun dengan usia rata-rata adalah 35.1 ± 6,79 tahun, mayoritas adalah perempuan  sebanyak 55,8 % dan  78,5 %  subjek menikah. Dilihat dari jenjang pendidikan, didominasi dengan pendidikan SMA/sederajat, rata-rata penghasilan perbulan 42,9 % subjek berpenghasilan Rp.3.000.001,-Rp.4.000.000,- dan  sebagian besar  subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga serta  43,1%subjek  yang tidak melakukan olahraga. Hasil pengukuran tingkat aktifitas fisik subjek terlihat bahwa 59,7 % subjek yang memiliki aktifitas ringan dan jenis kelamin dan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap kurangnya aktifitas fisik.