Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efektivitas Simulasi Terhadap Penguatan Kompetensi Guru Dalam Komunikasi Pembelajaran Arsad
Jurnal Syntax Transformation Vol 1 No 06 (2020): Jurnal Syntax Transformation
Publisher : CV. Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jst.v1i6.91

Abstract

Tugas pokok guru adalah melaksanakan perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik agar pembelajaran di kelas menjadi efektif dan bermakna. Dari hasil penilaian kinerja guru di madrasah, kompetensi guru dalam komunikasi dengan peserta didik masih kurang. Dari 10 guru yang dinilai kinerjanya (berdasarkan instrumen PKG) diperoleh hasil 25% baik, 20% cukup baik, dan 55% kurang. Dari data tersebut sebagai kepala madrasah akan melakukan perbaikan melalui kegiatan simulasi yang dikemas dalam penelitian tindakan sekolah. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam berkomunikasi dapat ditempuh melalui pelatihan dan simulasi. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design dengan model desain One-Group Pretest-Posttest Design. Digunakan desain ini karena terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang telah bersertifikasi. Sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik pengambilan data menggunakan lembar observasi unjuk kerja. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Berdasarkan data pre test/PKG dan post test (pasca simulasi) dapat disimpulkan sebagai berikut; 1) Kemampuan guru dalam komunuikasi pembelajaran sebelum dilaksanakan simulasi nilai minimum 6 dan maksimum 9, rata-rata skor 7,7 dengan standar deviasi 0,8; Kemampuan guru dalam komunuikasi pembelajaran setelah dilaksanakan simulasi menunjukkan skor minimum 7, skor maksimum 12, rata-rata skor 10 dengan standar deviasi 1,3; dan Nilai probabilitas atau sig (2-tailed) sebesar 0,000 <0,05, artinya terdapat perbedaan yang siginifikan kemampuan guru dalam komunikasi pembelajaran sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan simulasi
A Model of Wolio Language Maintenance Strategies in Society 5.0 Mansyur, Firman Alamsyah; Arsad; Nazar, Asrul; Hikmah, Isti’anatul; Zilani
ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities Vol. 5 No. 2 (2022): June
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.092 KB) | DOI: 10.34050/elsjish.v5i2.21510

Abstract

This study aims to describe the Wolio language maintenance strategy model in the 5.0 era of society. This study uses qualitative research methods within the scope of sociolinguistic studies. Data were collected through library studies, and field studies. The results of this study describe five models of strategies for maintaining the Wolio language as a mother tongue, namely: 1) strengthening the preservation of Wolio customs and culture, 2) strengthening the role of Wolio traditional and cultural institutions, 3) strengthening the role of government, 4) strengthening the role of the family, and 5) strengthening the use of the latest communication and social media. The results of this study indicate that language maintenance in era 5.0 still requires the involvement of various elements, the government, the community, parents, and traditional leaders. In addition, language maintenance must be carried out by maintaining community traditions and customs because languages ​​that lose their culture will die slowly, and traditional traditions that lose their language will lose their sacredness. The use of the latest social media is also very important in maintaining language to respond to the 4.0 revolution. If not, the language will begin to be abandoned by its speakers, especially the younger generation, because they are considered inflexible, not prestige and left behind, or old-fashioned..