Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

GAMBARAN KADAR NITRIC OXIDE (NO) PADA MASYARAKAT YOGYAKARTA Agustina Susilowati; Akrom; Endang Darmawan
Jurnal Kefarmasian Akfarindo Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Senyawa Nitric Oxide (NO) merupakan salah satu senyawa penting bagi tubuh.Nitric oxide merupakan faktor relaksan untuk pembuluh darah. Dalam jumlah wajar senyawa NO juga memegang peran fisiologis penting pada proses signaling dalam sel dan mengontrol inflamasi, namun dalam jumlah yang berlebihan NO bersifat oksidatif reaktif, genotoksik dan destrukstif bagi sel manusia maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran kadar NO pada manusia.Tujuan: Mengetahui kadar NO pada masyarakat Yogyakarta bedasarkan jenis kelamin dan umur.Methode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Subjek penelitian berjumlah 44 orang yang terdiri dari 11 laki-laki dan 33 perempuan yang tinggal di Yogyakarta. Sejumlah 44 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengisi inform consent kemudian dilakukan pemeriksaan kadar NO plasma menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk deskriptif dan analisa statistika dengan taraf kepercayaan 95%.Hasil: Hasil penelitian analisa data berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa kadar rata-rata NOpada responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kadar rata-rata NO responden laki-laki yaitu 21,58± µmol/L sedangkan responden perempuan yaitu 16,63± µmol/L. Namun berdasarkan analisa statistik ANOVA didapatkan nilai p=0,068 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar NO plasma pada laki-laki dan perempuan. Analisa data kadar rata-rata NO berdasarkan umur menunjukan bahwa responden umur < 25th lebih rendah dari pada yang berumur >25th. Responden yang berumur <25th memiliki kadar NO 17,18± µmol/L sedangkan yang berumur >25th yaitu 21,51± µmol/L. Namun berdasarkan analisa statistik ANOVA didapatkan nilai p=0,181(p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar NO plasma yang berumur <25th dan >25th.Kesimpulan: Berdasarkan jenis kelamin kadar rata-rata NO masyarakat Yogyakarta untuk laki-laki yaitu 21,58± µmol/L dan perempuan yaitu 16,63± µmol/L. Berdasarkan umur kadar rata-rata NO masyarakat Yogyakarta untuk berumur <25th yaitu 17,18± 1,31 µmol/L dan >25th yaitu 21,51± 2,21µmol/L.
GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-MARET 2018 Agustina Susilowati; Annisa Meylana Wardani
Jurnal Kefarmasian Akfarindo Vol 3 No 2 (2018)
Publisher : Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37089/jofar.v0i0.37

Abstract

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah lebih bescar dari 90/140 mmHg. Menurut profil kesehatan kabupaten Sleman (2012) penyakit hipertensi menempati peringkat ke dua dari sepuluh besar penyakit rawat jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola peresepan obat hipertensi dan penggunaan obat antihipertensi secara tunggal dan kombinasi obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta periode Januari-Maret 2018. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif non eksperimental dengan pengumpulan data rekam medik pasien hipertensi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan dengan persentase, diagram atau tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola peresepan obat antihipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta adalah golongan diuretik, Calcium Channel Blocker (CCB), Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan Beta Blocker. Penggunaan obat antihipertensi tunggal yang digunakan adalah golongan CCB 66,67%, ACE Inhibitor 6,41%, dan ARB 1,28%. Sedangkan penggunaan obat antihipertensi untuk kombinasi dua jenis 19,24%, kombinasi tiga jenis 6,40%. Pola peresepan obat antihipertensi yang digunakan di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta adalah golongan diuretik, CCB, ACE Inhibitor, ARB, dan Beta Blocker. Penggunaan obat antihipertensi tunggal yang paling banyak digunakan adalah golongan CCB dan untuk obat kombinasi dua jenis adalah golongan CCB dengan ACE Inhibitor.
GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BHAYANGKARA POLDA DIY BULAN MARET 2018 Ninda Risky Mahesti; Agustina Susilowati
Jurnal Kefarmasian Akfarindo Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37089/jofar.v0i0.49

Abstract

Hipertensi disebut juga sebagai the silent disease karena penderita hipertensi cenderung tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat secara teratur untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara POLDA DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat analitik menggunakan kuisioner dengan sampel sebanyak 80 pasien hipertensi dari poli spesialis penyakit dalam. Analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan penilaian skor kuisioner tertutup tentang kepatuhan yang diperoleh dari 10 pertanyaan dengan jumlah skor antara 1-13. Hasil dari penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil penelitian menunjukkan dari 80 pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara POLDA DIY yang memiliki tingkat kepatuhan sedang yaitu sebanyak 16% dan yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 84%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara POLDA DIY adalah tinggi.
GAMBARAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN UNIT FARMASI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH GANJURAN BANTUL PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2017 Dyah Taufika Sari; Sunardi; Harti Astuti; Agustina Susilowati
Jurnal Kefarmasian Akfarindo Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37089/jofar.v0i0.50

Abstract

Instalasi farmasi adalah tempat pelayanan kefarmasian untuk melakukan praktek kefarmasian oleh apoteker dan penyaluran sediaan farmasi kepada masyarakat. Salah satu indikator untuk mengevaluasi kualitas pelayanan farmasi adalah dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan unit farmasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental, menggunakan instrumen kuesioner, sebanyak 100 responden yang di survei di unit farmasi rawat jalan Rumah Sakit Santa Elisabeth Ganjuran Bantul. Kuesioner mengacu kepada dimensi kualitas pelayanan yang meliputi reliability, responsivenesess, assurance, empathy, tangible. Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil penilaian terbanyak kepuasan pasien pada dimensi reliability (keandalan) 60,50% puas, dimensi responsiveness (daya tanggap) 55,50% puas, dimensi assurance (jaminan kepastian) 54,00% puas, dimensi empathy (empati) 58,25% puas, dan dimensi tangible (bukti fisik) 52,50% puas.
EFEK GEL EKSTRAK ETANOL DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SEBAGAI PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS JANTAN GALUR Sprague Dawley Agustina Susilowati; Nanda Syta Nur’aini
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v3i1.496

Abstract

The skin is the outermost organ that protects the body from external damage and can experience injury. Tamarind leaves have several benefits, one of the properties is as a wound healer. This research using 25 male rats Sprague Dawley strain divided into 5 groups. The group consisted of a negative control (base gel), a positive control (comersial gel), an extract of tamarind leaves gel concentration 0.5%, 1%, and 2%. Gel application was carried out 3 times daily as much as 0.2 g for 5 days at the same hour by observing the length of the wound and scab formation. The results showed that the scab appeared on the 3rd day of the early stage of the proliferation process. Extract gel of tamarind leaves with a concentration of 0.5%, 1% and 2% had activity as an incision wound healing until day 5 showed the percentage of incision wound healing reached 17%, 19.8% and 25%. The main efficacious chemical compound for wound healing are flavonoids, saponins and tannins. Based on these results, it can be concluded that concentration extract of tamarind leaves gel the most effective as an incision wound healer is 2% with a wound healing percentage reaching 25%.
Perbandingan Aktivitas Diuretik pada Berbagai Produk Seduhan Teh Hijau(Camellia sinensis L.) Agustina Susilowati; Nur Karim Kusuma Ramadhan
Majalah Farmasetika Vol. 6, Supl. 1, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i0.36705

Abstract

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang berbahaya karena memiliki faktor resiko yang mengarah pada penyakit kardiovaskuler. Penggunaan diuretik berperan dalam terapi pengobatan seperti hipertensi, gagal jantung, serta edema. Diketahui bahwa teh hijau dapat berkhasiat sebagai diuretik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan aktivitas diuretik pada berbagai produk teh hijau (Camellia sinensis L.). Pada uji aktivitas diuretik, 30 ekor mencit di bagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok I (CMC. Na 1%), Kelompok II (Furosemid), Kelompok III, IV, V dan VI merupakan kelompok perlakuan yang terdiri dari pemberian seduhan White Tea, Yellow Tea, Black Dragon Tea Dan Green Tea Premium dengan dosis 2g, 4g dan 6g yang diseduh dengan 200ml air suhu 70οC selama 5-15 menit. Pengukuran urin dilakukan setiap 1 jam selama 6 jam. Analisa data dilakukan dengan menggunakan spss versi 26 dengan taraf kepercayaan 95%. Seduhan white tea, yellow tea, dan  black dragon tea pada dosis 2g tidak memiliki efek diuretik (p>0,05) sedangkan green tea premium 2g memiliki aktivitas diuretik namun lebih rendah dibandingkan dengan furosemid. Pada dosis 4g, white tea, yellow tea dan green tea premium memiliki aktivitas sebagai diuretik (p<0,05) namun masih lebih rendah dibandingkan dengan furosemid. Pada dosis 6g, white tea, yellow tea, black dragon tea memiliki aktivitas sebagai diuretik (p<0,05) namun masih lebih rendah dibandingkan dengan furosemid, sedangkan green tea premium  dosis 6g memiliki aktivitas diuretik yang sebanding dengan furosemid (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa white tea, yellow tea, black dragon tea, dan green tea premium  dosis 6g memiliki aktivitas diuretik.