Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Cultural Studies : Analisis Kuasa Atas Kebudayaan Rahmawati, MSi, Aulia; Febriyanti, M.Med.Kom, Syafrida Nurrachmi
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Progdi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran Jatim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cultural studies, yang merupakan paradigma baru dalam kajian ilmu sosial, memperkenalkan budaya dalam dimensi yang baru. Bukan hanya sebagai kreasi manusia dan hasil perilaku, melainkan menelaah pemahaman mendalam antara budaya dan kekuasaan yang mendasarinya. Tujuan dari kajian budaya adalah untuk meneliti kekuasaan dan ideologi yang membentuk kehidupan sehari-hari manusia. Segala yang tampak normal dan apa adanya dalam kehidupan sehari-hari, seperti iklan bahkan perilaku nongkrong adalah produk bentukan dari sebuah ideology. Metodologi krusial dalam membedah peran ideologi salah satunya melalui analisis metodologi dengan semiotika Roland Barthes. Dalam kajian media, mitologi dengan tajam menelaah bagaimana ideology yang dominant menghegemoni praktik kehidupan masyarakat sehari-hari.
DPR Versus Pemerintah : Analisis Retorika Terhadap Argumen DPR dan Pemerintah dalam Wacana Penjatuhan Sanksi PBB Terhadap Iran di Majalah TEMPO S.Sos, MSi, Aulia Rahmawati
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Progdi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran Jatim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu cara pemerintah untuk membangun citra yang baik dihadapan publik adalah dengan jalan retorika. Retorika politik bisa dipahami sebagai salah satu strategi persuasi dengan untuk meyakinkan orang lain. Berbeda dengan propaganda yang menggunakan paksaan , yang tujuan akhirnya adalah untuk mengakhiri diskusi. Retorika menggunakan gaya bahasa tingkat tinggi yang diwujudkan dalam seni berbicara. Retorika jamak dilakukan oleh pemerintah untuk membendung opini negatif, terutama bagi isu-isu kontroversial yang membelah opini masyrakat. Salah satu yang menjadi polemik besar tahun 2007, adalah polemik masalah penjatuhan resolusi 1747 oleh Dewan Keamanan PBB atas Iran. Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, yang setahun sebelumnya berkunjung ke Indonesia untuk memohon dukungan terhadap proyek nuklir kecewa terhadap sikap Indonesia yang menyetujui penjatuhan resolusi 1747 ketika voting dilakukan di sidang tahunan PBB . DPR juga mengecam politik luar negeri pemerintah RI yang dianggap terlalu berpihak pada Amerika , sehingga melahirkan wacana untuk menggunakan hak interpelasi. Masing-masing pihak saling berargumentasi yang salah satunya diwakili lewat artikel Dino Patti Djalal dan Dedy Jamaludin Malik melalui majalah TEMPO edisi 2-8 April 2007. Penelitian ini ingin melihat bagaimanakah argumen masing-masing pihak diformulasikan melalui analisis retorika menggunakan kerangka retorika Aristoteles.
Romance and Femininities in Indonesian Teenage Dramas: A Transnational Post-Feminist Analysis Aulia Rahmawati
Jurnal Perempuan Vol. 23 No. 1 (2018): Feminism and Love
Publisher : Yayasan Jurnal Perempuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34309/jp.v23i1.216

Abstract

Even after the rise of Indonesian feminist film directors by the likes of Nia Dinata, Mira Lesmana, Mouly Surya, Nan T Achnas and Lola Amaria, the Indonesian moviegoers still flocked into badly written teenage romance dramas. This paper interrogates the way romance and femininities have been shaped within the cinematic representation in London Love Story 2, Promise and Dear Nathan. It is concluded that the Indonesian romance teenage dramas are entrenched with masculine power and dominance spectacles in which the feminine heroines have been treated as passive objects of desire whose agency and subjectivities are being stripped away. Using feminist literature on post-feminist romance cinema, the heroines in these films have mostly been constructed as independent, smart and seemingly agentive at first, but nevertheless pursued romantic, traditional, heterosexual relationships saturated with masculinecontrol and dominance. This paper shows that post-feminist popular culture has transpired globally and morphed into transnational post-feminism that influenced the production and consumption of such text in Indonesia.
Usaha Kreatif Perempuan dalam Turbulensi Pandemi: Riset Longitudinal Wirausaha Industri Kreatif Perempuan 2018-2020 Aulia Rahmawati
PALASTREN: Jurnal Studi Gender Vol 14, No 1 (2021): PALASTREN
Publisher : IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v14i1.8970

Abstract

Penelitian ini melihat bagaimana bisnis kreatif perempuan sebelum dan selama pandemi dengan membandingkan fase 2018 dan fase 2020. Duapuluh wirausaha kreatif perempuan telah diwawancarai ditahun 2018 dan kembali diwawancarai ditahun 2020 untuk melihat bagaimanakah kelangsungan bisnis kreatif tersebut. Hampir separuh dari partisipan telah menghentikan bisnis kreatifnya dengan alasan ‘burnout’ atau kelelahan dengan tugas-tugas domestik yang semakin berat saat pandemi, terutama yang berkaitan dengan pengasuhan dan pendidikan anak-anak. Partisipan lain yang masih bertahan menyatakan bahwa omsetnya menurun drastis dengan perkecualian tiga partisipan yang didukung penuh oleh partner rumah tangganya. Riset ini membuktikan dua hal, pertama, ketimpangan dalam pembagian tugas-tugas domestik masih menjadi penghalang terbesar terhadap akses perempuan dalam dunia usaha dan karir profesional. Kedua, masih minimnya usaha-usaha pemerintah maupun insentif yang responsif terhadap gender membuktikan bahwa industri kreatif masih menjadi industri yang masih jauh dari kata sempurna dalam hal pengarusutamaan gender. Beberapa laporan menunjukkan setidaknya membutuhkan waktu enam tahun atau lebih untuk kembali meraih kemajuan-kemajuan pengarusutamaan gender yang telah direnggut selama pandemi. 
Manufacturing Authenticity: The Rise of Indonesian Micro-Celebrities on Instagram Aulia Rahmawati
Jurnal The Messenger Vol 13, No 1 (2021): January-April
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/themessenger.v13i1.999

Abstract

This paper interrogates the way in which Instagram, as one of the most famous micro-blogging participatory online media in the world, creates the production, consumption and articulation of the so-called micro-celebrity. The concept of micro-celebrity has been expanded to unearth the phenomenon of someone who has gained massive online popularity and followers based on their online-persona. Despite its burgeoning prominence, there is a lacuna of research addressing the emergence of micro-celebrities in Indonesia and the way in which Instagram facilitates such trajectories. This paper focuses on Instagram and how this platform helps to build celebrity online persona by examining what and how discourses have been embodied and reproduced by local (Indonesia) micro-celebrities. Using multimodal discourse analysis, this paper concludes that both discourses of authenticity and ordinariness are mostly prevailing in both Dian Pelangi and Arief Muhammad’s Instagram accounts. Dian Pelangi and Arief Muhammad’s rise to fame through online platform such as Instagram confirmed the digital myth that the Internet is the place of meritocracy where everyone can thrive without acknowledging the structural inequality toward those who lack in access or knowledge in achieving the same level of success.
Pemanfaatan Whatsapp Grup sebagai Media Komunikasi di Daerah Pedesaan Ririn Puspita Tutiasri; Wahyu Santoso; Aulia Rahmawati
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11 No. 1 (2021): April
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jik.2021.11.1.79-92

Abstract

Technological developments are able to change the habits or culture of an area, including the way people communicate. One of the technologies that change the way of socializing is through the Whatsapp application. The focus of this research is how to use Whatsapp groups as a communication medium by the community in Pandowan Village, Galur District, Kulon Progo Yogyakarta. The purpose of this study was to describe the use of Whatsapp groups as a communication medium by the community in Pandowan Village, Galur District, Kulon Progo Yogyakarta. This research method uses descriptive qualitative research. The results of this study indicate that the use of Whatsapp groups as a means of exchanging information on village government with the community and fellow villagers. Utilization through whatsapp groups is used as a means of delivering village government policies, conversations, and discussions between residents about village government policies.
Romance and Femininities in Indonesian Teenage Dramas: A Transnational Post-Feminist Analysis Aulia Rahmawati
Jurnal Perempuan Vol. 23 No. 1 (2018): Feminism and Love
Publisher : Yayasan Jurnal Perempuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34309/jp.v23i1.216

Abstract

Even after the rise of Indonesian feminist film directors by the likes of Nia Dinata, Mira Lesmana, Mouly Surya, Nan T Achnas and Lola Amaria, the Indonesian moviegoers still flocked into badly written teenage romance dramas. This paper interrogates the way romance and femininities have been shaped within the cinematic representation in London Love Story 2, Promise and Dear Nathan. It is concluded that the Indonesian romance teenage dramas are entrenched with masculine power and dominance spectacles in which the feminine heroines have been treated as passive objects of desire whose agency and subjectivities are being stripped away. Using feminist literature on post-feminist romance cinema, the heroines in these films have mostly been constructed as independent, smart and seemingly agentive at first, but nevertheless pursued romantic, traditional, heterosexual relationships saturated with masculinecontrol and dominance. This paper shows that post-feminist popular culture has transpired globally and morphed into transnational post-feminism that influenced the production and consumption of such text in Indonesia.
Perempuan dalam Industri Kreatif Indonesia Aulia Rahmawati; Ade Kusuma; Sumardjijati Sumardjijati
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2 No 1 (2019): Media dan Industri Kreatif
Publisher : Progdi Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jkom.v0i1.30

Abstract

Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030 mendatang. Jumlah usia produktif akan didominasi oleh generasi yang berusia 17 hingga 37 tahun. Keuntungan dari melimpahnya jumlah usia muda dan produktif dapat menjadi salah satu kekuatan bagi pembangunan suatu negara. Sejak tahun 2015 melalui pembentukan Bekraf, pemerintah Indonesia menggarap potensi industri kreatif dengan lebih serius. Industri ini juga diproyeksikan akan meningkatkan akses perempuan terhadap kesempatan kerja yang lebih luas. Lima orang wirausaha muda perempuan dengan bebagai jenis usaha kreatif diwawancarai melalui proses FGD (focus group discussions) untuk melihat bagaimana partisipan memaknai kerja kreatif mereka dalam industri ini dan bagaimana faktor jender (gender) berpengaruh terhadap pilihan profesi mereka. Tulisan ini menghasilkan kesimpulan bahwa partisipan awalnya melihat industri ini sebagai bentuk industri yang ideal, namun dalam kenyataannya juga memiliki derajat ketidakpastian yang tinggi. Walau tidak pasti, partisipan menganggap bahwa kerja kreatif ideal bagi perempuan menikah dan ibu rumah tangga karena posisi perempuan yang tidak diharapkan sebagai pencari nafkah utama. Berbagai studi menyimpulkan bahwa perempuan masih menjadi pekerja kreatif yang kalah dalam hal representasi dan penghasilan dibandingkan laki-laki, apalagi bagi para anggota kelompok minoritas yang lain.
ANALISIS WACANA KRITIK SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY MAMAT ALKATIRI Vicky Virgiawan Walgunadi; Aulia Rahmawati
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 5 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i5.2021.1100-1107

Abstract

Stand Up Comedy merupakan sebuah genre di dalam komedi, dimana seseorang melakukan monolog dengan tujuan utama membuat tawa, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Stand Up Comedy juga digunakan untuk tujuan lainnya, seperti industri, demokrasi, dan menyampaikan kritik sosial. Komika yang Stand Up Comedy-nya tentang kritik sosial terhadap Indonesia Timur adalah Mamat Alkatiri. Penelitian ini merupakan analisis wacana pada Stand Up Comedy yang bertujuan untuk mengungkap bagaimana wacana kritik sosial yang digunakan oleh Mamat Alkatiri, menggunakan Analisis Wacana model Van Dijk. Subjek yang diteliti merupakan 3 video Stand Up Comedy Mamat Alkatiri yang ada pada youtube, diantaranya (1) Mamat: Si Anak Papua - SUCI 7 yang diunggah oleh channel Stand Up Kompas TV, (2)  Stand up Comedy - Mamat Alkatiri: Ditolak Ngekos | Shopee Canda yang diunggah oleh Channel SHOPEE Indonesia, (3) Mamat: Manusia Sangar - SUCI 7 yang diunggah oleh Channel Stand Up Kompas TV. Hasil analisis menunjukan dua tema kritik sosial yaitu penyalahgunaan kekuasaan dan diskriminasi ras. Stand up comedy Mamat Alkatiri juga memberikan pemaknaan bahwa: 1) Jangan menilai individu hanya dari wajah, 2) Tidak semua individu dari Papua seperti yang pikirkan masyarakat, 3) Menawarkan anak Papua untuk merealisasikan mimpi dengan karya.
Representasi Konflik Keluarga Dalam Film Yang Tak Tergantikan Tasya Fasa Anjani; Aulia Rahmawati
Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/interaksi.v6i2.10129

Abstract

Film merupakan sarana media yang masih eksis dikalangan masyarakat. Media film juga menjadi salah satu alat penggambaran atau sebuah refleksi dari realitas sosial yang hadir saat ini. Film Indonesia beberapa tahun ini mengusung berbagai konsep kekeluargaan, mulai dari keharmonisan keluarga, hingga mengusung konsep seperti gambaran konflik yang terjadi pada keluarga disfungsional. Tema konflik keluarga diusung dan digarap menjadi sebuah film yang bertajuk Yang Tak Tergantikan  oleh Herwin Novianto sebagai salah satu sutradara dengan peraih penghargaan sebagai sutradara terbaik pada ajang FFI 2012. Premis maupun esensi cerita yang terkandung dalam film Yang Tak Tergantikan ini adalah bagaimana sebuah keluarga tanpa sosok seorang ayah menghadapi badai konflik yang menerjang kehidupan keluarga mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis tekstual yaitu analisis semiotika milik Charles Sanders Peirce. Peirce menjabarkan tiga unsur dari triadic model berupa sign, object, dan interpretant yang didalamnya memiliki perangkat berupa ikon, indeks, dan symbol. Adegan yang menjadi objek penelitian ini yaitu adegan-adegan konflik keluarga yang terjadi antara ibu dengan anak, maupun konflik antar saudara. Hasil dari penelitian ini ditemukan dari 11 adegan dengan potongan gambar yang berisi tanda-tanda perwujudan sebuah konflik keluarga yang dialami oleh pemeran film melalui mimik wajah maupun ekspresi aktor, dialog antar tokoh, hingga gesture tubuh para tokoh film Yang Tak Tergantikan. Selain itu, konflik yang terjadi dala film ini terbagi menjadi dua jenis yaitu solvable conflict dengan total jumlah empat scene, sedangkan perpetual conflict dengan total tujuh scene dengan masing-masing penyelesaian konflik berupa kompromi (compromise), pengajuan (submission), kebuntuan (standoff), atau penarikan(withdrawal). Kata kunci: Konflik Keluarga, Semiotika Charles Sanders Peirce, Film Yang Tak Tergantikan.