p-Index From 2019 - 2024
8.564
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Teologi Berita Hidup Manna Rafflesia SANCTUM DOMINE: Jurnal Teologi KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Jurnal Teologi Praktika LOGIA : Jurnal Teologi Pentakosta Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan Jurnal Teologi (JUTEOLOG) CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Jurnal Pendidikan Agama Kristen (JUPAK) Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0 Jurnal DIDASKO Jurnal Teologi Amreta Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Predica Verbum TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Sabda : Jurnal Teologi Kristen KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Dunamos: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Illuminate: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Jurnal Teologi & Pelayanan Kerusso Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Shema : Jurnal Teologi Injili dan Pendidikan Kristen MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen THRONOS: Jurnal Teologi Kristen CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Shalom: Jurnal Teologi Kristen DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Duta Harapan Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Theologia Insani Lentera Nusantara Philoxenia: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Jurnal Efata: Jurnal Teologi dan Pelayanan HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Paulus Kunto Baskoro
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia – Yogyakarta

Published : 68 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Dampak Pandemi Covid-19 yang Membawa Pengaruh Individualistik dan Implikasinya Bagi Orang Percaya Masa Kini Baskoro, Paulus Kunto
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.505 KB)

Abstract

The Covid-19 pandemic has brought about extraordinary changes. No one in this world thought that the Covid-19 pandemic would occur. The occurrence of Covid-19 has brought about an essential and fundamental change in human life. Dratic changes occurred in the health sector, then had a strong impact on education, business economics and even families. The general impact cannot be denied to be negative. And the biggest effect of Covid-19 is the individualistic behavior of people during the Covid-19 pandemic.People tend to focus on themselves because Covid-19 has made the distance even further in terms, especially social relationships. Even the biggest reason for living individually is so as not to catch the Covid-19 virus. This is completely irrelevant to the most essential human needs, namely to socialize and humans were created by God as social beings. And from the point of view of the truth God’s Word is very inaccurate. This writing uses the method of descriptive literature. The goal is that through writing, First, to clarify the impact of Covid-19 which has an individualistic influence on everyone; Second, to find put the individualistic influence on everyone during the Covid-19 pandemic from the results of the writing; Third, providing theological implications of the attitude of believers to always live as a blessing during the Covid 19 pandemic.AbstrakPandemi Covid-19 membawa perubahan yang luar biasa. Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang menyangka pandemi Covid-19 terjadi. Terjadinya Covid-19 membawa dampak perubahan secara esensi serta mendasar dalam kehidupan umat manusia. Perubahan dratis terjadi dalam bidang kesehatan, kemudian berimbas kuat di bidang pendidikan, bidang ekonomi bisnis bahkan keluarga. Dampak secara umum tidak bisa dipungkiri terjadi secara negatif. Dan efek terbesar dari Covid-19 adalah perilaku individualistik orang di masa pandemi Covid-19. Orang cenderung fokus kepada diri sendiri karena Covid-19 membuat jarak makin jauh dalam secara sisi, khususnya hubungan sosial. Bahkan alasan terbesar untuk hidup secara individualistik adalah supaya tidak tertular virus Covid-19. Hal ini sangat tidak relevan dengan kebutuhan manusia yang paling esensi, yaitu bersosialisasi dan manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial. Dan dipandang dari sisi kebenaran Firman Tuhan sangat tidak tepat. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, untuk mengklarifikasi dampak Covid-19 yang membawa pengaruh individualistis kepada setiap orang; Kedua, untuk mengetahui pengaruh individualistis pada setiap orang di masa pandemi Covid-19 dari hasil penulisan; Ketiga, memberikan implikasi teologis sikap orang percaya untuk selalu hidup menjadi berkat dalam masa pandemic Covid 19.
Prinsip-Prinsip Penggembalaan Berhati Hamba Menurut 1 Petrus 5:2-3 dan Implikasinya bagi Pertumbuhan Jemaat Baskoro, Paulus Kunto
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.206 KB)

Abstract

The pastor of the congresgation is an important figure in the pastor of the church. Adminttedly or not, progressing or not, the church also depends on the pastoral system of the sidng pastors. Besides strongly believing in the Holy Spirit to be a very extraordinary Person in the movement of God’s church. However, a pastor’s heart is an important point fot the growth of God’s church. Is is undeniable that are some shepherds who only make pasture field a place of escape and a place for popularity, not by pastoring with my heart. My heart is an important point in this writing, because this is the essence of a shepherding. In this literature descriptive method, the writer does text excavation and observations using a lot of literature from various book sources. The source of the book is obtained from book or literature and various book sources. The source of the book is obtained from books or literature and various other writing such as the Bible in various language versions, book on pastoral care, leadership, church growth and orther supporting books related to the subejt. In extracting the text, te inductive method will be used. The inductive method is drawing conclusions based on specific circumstances for general needs. With thus method the authos studies 1 Peter 5:2-3 as a whole, then adds from orther books on the principles of pastoral care. The biggest objective in thus paper is Frist, every siding pastor is made aware of the trus function of being a shepherd. Second, shepherding the congregation with a servant’s heart is a pattern in shephersind. Third, the congregation has grown tremendously in its pastoral ministry.AbstrakGembala Sidang menjadi sosok penting dalam sebuah penggembalaan gereja. Diakui atau tidak, maju tidak gereja tergantung juga kepada system penggembalaan gembala siding. Selain sangat percaya Roh Kudus menjadi Pribadi yang sangat luar biasa dalam kegerakan gereja Tuhan. Namun hati seorang gembala menjadi point penting pertumbuhan gereja Tuhan. Tanpa dipungkiri ada beberapa gembala yang hanya menjadikan ladang penggembalaan sebagai tempat pelarian dan tempat untuk popularitas, bukan dengan menggembalakan dengan hati hamba. Hati hamba menjadi point penting penulisan ini, sebab inilah esensi dalam sebuah penggembalaan. Dalam metode diskriptif literatur ini, penulis melakukan penggalian teks dan pengamatan memakai banyak literatur dari berbagai sumber buku.  Sumber buku tersebut didapatkan dari buku-buku atau literatur dan berbagai tulisan yang lain seperti Alkitab dalam berbagai versi bahasa, buku tentang penggembalaan, kepemimpinan, pertumbuhan gereja serta buku-buku pendukung lainnya yang berkaitan dengan pokok bahasan.  Dalam penggalian teks akan di pakai metode induktif.  Metode induktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus untuk diperlukan secara umum. Dengan metode ini penulis mempelajari 1 Petrus 5:2-3 secara keseluruhan, selanjutnya baru menambah dari buku lain mengenai prinsip-prinsip gembala sidang. Tujuan terbesar dalam penulisan ini adalah Pertama, setiap gembala siding disadarkan kembali fungsi yang sesungguhnya menjadi gembala. Kedua, menggembalakan jemaat dengan hati hamba menjadi pola dalam penggembalaan. Ketiga, jemaat makin bertumbuh dengan luar biasa dalam pelayanan penggembalaannya.
Pentingnya Komunitas Sel dalam Pertumbuhan Gereja: Sebuah Permodelan dalam Kisah Para Rasul Baskoro, Paulus Kunto; Arifianto, Yonatan Alex
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52220/magnum.v2i2.87

Abstract

The church as a place of fellowship for believers has a responsibility to create, maintain and develop koinonia relationships that can lead to church growth. Through this paper, the author can describe the importance of the cell community in bringing about the value of close fellowship and kinship so that it can lead to church growth. Using the descriptive qualitative method, it can be concluded that the cell community is a system that must be implemented. Where this group will be able to run well if the community applies the characteristics of strengthening, caring, sharing, and belonging to each other in the concept of shared interests, as well as being a role in serving others. The community in the Acts of the Apostles or the early church became a community that lived in respect for others. The cell community in the Acts model becomes a role model for the church that will develop in church growth. AbstrakGereja  sebagai tempat bersekutu orang-orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan hubungan koinonia yang dapat membawa pada pertumbuhan gereja. Melalui tulisan ini penulis dapat mendeskripsikan bahwa pentingnya komunitas sel  dalam membawa dampak bagi nilai pesekutuan dan kekekuargaan yang erat sehingga dapat membawa pada pertumbuhan gereja. Menggunkan metode kualitatif deskriftif dapat disimpulkan bahwa komunitas sel mempakan suatu sistem yang harus dilaksanakan.  Dimana kelompok ini akan dapat berjalan dengan baik, jika dalam komunitas tersebut menerapkan karakteristik  menguatkan, memperhatikan, berbagi serta saling memiliki dalam konsep kepentingan bersama, juga menjadi role dalam melayani sesama. Komuntas dalamKisah Parah Rasul atau gereja mula-mula menjadi  komunitas yang hidup dalam menghargai sesama. Komunitas sel dalam permodelan Kisah Para Rasul tersebut menjadi suatu role model bagi  gereja yang akan berkembang dalam pertumbuhan gereja.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Kristen Menurut Kitab Amsal Bagi Anak Usia 7-12 Tahun Paulus Kunto Baskoro; Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.36

Abstract

Family is the most comfortable palce in a chlid’s education. Because children have a lot of time in a family. Chlirdren’s education is the most important part in life in the future. Especially in Christian religious education. Parents must play an active role in educating their their children to grow spiritually in Christ. Christian regilious education for children cannot be ruled out. Some parents think that their children’s education in Christianity is not primary. As evidenced by several cases, parents are more focused on work, career, position rather than focusing on Christian religious education. Some also stated that the role of educating children could be left to the church. Trough this wiritng, the author would like to remind again how important the role of parents for Christian religious education for their children aged 7-12 years according to the Book of Provebs. This writing uses the mothed of descriptive literature. The goal is that through writing, First, to awaken every Christian parent to play an active role in Christian religious education for their children. Second, parents practice the role system of Christian religious education for children according to Bible truth. Third, children of believers experience early spiritual growth, so that their future is strong in God.Abstrak:Keluarga adalah tempat yang paling nyaman dalam sebuah pendidikan anak. Sebab anak memiliki banyak waktu dalam sebuah keluarga. Pendidikan anak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan di masa depan. Terutama dalam pendidikan agam Kristen. Orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anaknya untuk bertumbuh secara rohani dalam Kristus. Pendidikan agama Kristen terhadap anak, tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Beberapa orang tua menganggap bahwa pendidikan anak pada agama Kristen adalah hal yang tidak primer. Terbukti dengan beberapa kasus yang terjadi, orang tua lebih fokus kepada pekerjaan, karir, jabatan daripada fokus kepada pendidikan agama Kristen. Beberapa juga menyatakan bahwa peran mendidik anak bisa diserahkan kepada gereja. Lewat penulisan ini, penulis mau kembali mengingatkan betapa pentingnya peran orang tua bagi pendidikan agama Kristen bagi anak-anaknya di usia 7-12 tahun menurut Kitab Amsal. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, menyadarkan setiap orang tua Kristen untuk berperan aktif dalam pendidikan agama Kristen terhadap anak. Kedua, orang tua mempraktekkan sistem peran pendidikan agama Kristen bagi anak menurut kebenaran Alkitab. Ketiga, anak-anak orang percaya mengalami pertumbuhan rohani secara dini, sehingga masa depan mereka kuat di dalam Tuhan. 
Membangun Pola Pengajaran melalui Mezbah Keluarga sebagai Gaya Hidup Keluarga Kristen Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Hardi Budiyana
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.245 KB) | DOI: 10.55884/thron.v2i2.24

Abstract

Family is the best place for education. Good education for fathers, mothers and especially for children. Because children are an inheritance for the next family. What happens in family life become a patron for orther families. A strong family will build a strong church, a strong church will bulid a strong country. Many people underestimate an education in the family. So that it cannot be denied that there are so many Chirstian families that have experienced destruction because they do not have a correct teaching pattern. Education in the family must be built with the best teaching patterns. The family altar is one of the best patterns of family education. This is important to understand and imply in today’s family life into a lifestyle to build teaching patterns. This writing uses a descriptive literature method to provide and ideal description of the teaching pattern in the family through the family altar for each heart. With an end goal. First, every family realizes how important the family altar is to be part of Christian family ecudation; Second, the entire Christian family applies this pattern of teaching to the family which becomes a divine inheritance for all of its descendants; Third, the formation of a strong Christian family and a strong spiritual life, because is hat the best teaching pattern through the family prayer altar. AbstrakKeluarga menjadi tempat yang terbaik bagi sebuah pendidikan. Baik pendidikan bagi bapak, ibu dan terlebih bagi anak-anak. Sebab anak-anak adalah warisan bagi keluarga selan-jutnya. Apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga menjadi sebuah patron bagi keluarga yang lain. Keluarga yang kuat akan membangun sebuah gereja yang kuat, gereja yang kuat akan membangun sebuah negara yang kuat. Banyak orang menganggap sepele sebuah pendidikan dalam keluarga. Sehingga tidak bisa dipungkiri banyak sekali keluarga-keluarga Kristen yang mengalami kehancuran karena tidak memiliki sebuah pola pengajaran yang benar. Pendidikan dalam keluarga harus dibangun dengan sebuah pola pengajaran yang terbaik. Mezbah keluarga menjadi salah satu pola yang terbaik dalam pendidikan keluarga. Hal ini penting untuk dipahami dan diimplikasikan dalam kehidupan keluarga masa kini menjadi sebuah gaya hidup membangun pola pengajaran. Penulisan ini menggunakan metode diskriptif literatur untuk memberikan pemapa-ran yang ideal tentang pola pengajaran dalam keluarga melewati mezbah keluarga setiap hati. Dengan sebuah tujuan akhirnya Pertama, setiap keluarga menyadari betapa pentingnya mezbah keluarga menjadi bagian pendidikan keluarga Kristen; Kedua, seluruh keluarga Kristen menerap-kan pola pengajaran tersebut dalam keluarga yang menjadi sebuah warisan ilahi bagi seluruh keturunannya; Ketiga, terbentukanya keluarga Kristen yang kuat dan kehidupan rohani yang kokoh, karena memiliki pola pengajaran terbaik lewat mezbah doa keluarga. 
Tinjauan Dampak Metode Penginjilan Evangelism Explosion Bagi Pertumbuhan Jemaat Lokal Paulus Kunto Baskoro
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.712 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i1.5

Abstract

The Great Commission of the Lord Jesus commanded every believer to go make all nations. This is an important mandate called an evangelistic mandate. But there is no denying that many of God's churches or believers are not serious about carrying out the mandate of evangelism which is God's desire to bring believers to Him. The author tries to contribute to the understanding of one of the methods in evangelism, evangelism explosion method as an evangelistic method is quite effective for the growth of the local church. In obtaining accurate and accountable data, the author uses descriptive writing methods of literature. The purpose of this writing is to convey how important evangelism is in the local congregation. Then through evangelism the evangelism explosion method became a very effective method of bringing people to accept Jesus as Lord, and the Savior personally. In addition, local congregations can play an active role in evangelism. The impact of the application of this method experienced the maximum growth of the congregation and evangelism into the lifestyle of believers.Keyword : Evangelism Explosion, Local Church AbstrakAmanat Agung Tuhan Yesus memerintahkan setiap orang percaya untuk pergi menjadikan semua bangsa. Ini merupakan mandat penting yang disebut mandat penginjilan. Namun tidak bisa dipungkiri, banyak gereja Tuhan atau orang percaya tidak serius dalam melaksanakan mandat penginjilan yang merupakan keinginan Tuhan untuk membawa orang percaya kepada-Nya. Penulis mencoba memberikan kontribusi pemahaman salah satu metode dalam penginjilan, yaitu metode evangelism explosion sebagai metode penginjilan cukup efektif bagi pertumbuhan gereja lokal. Di dalam mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif literatur. Tujuan penulisan ini adalah menyampaikan betapa pentingnya sebuah penginjilan dalam jemaat lokal. Kemudian  melalui metode penginjilan dengan evangelism explosion menjadi metode yang sangat efektif dalam membawa orang menerima Yesus sebagai Tuhan, dan Juruselamat secara pribadi. Selain itu jemaat lokal dapat berperan aktif dalam penginjilan. Dampak dari penerapan metode ini mengalami pertumbuhan jemaat yang maksimal dan penginjilan menjadi gaya hidup orang percaya.Kata Kunci : Evangelism Explosion, Gereja Lokal
Konsep Imam dan Jabatan Imam pada Masa Intertestamental Paulus Kunto Baskoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.50

Abstract

ABSTRACTThe intertestamental period is a Protestant term, while the deuterocanonical period is a Catholic and Orthodox Christian term to refer to the time gap between the period covered by the Hebrew Bible or "Old Testament" and the period covered by the Christian "New Testament". Traditionally, this period is thought to cover about four hundred years, from the time of Malachi's ministry (420 BC) to the advent of John the Baptist in the early 1st century AD, a period that is almost the same as the Second Temple period (530 BC to 70 M). It is known by members of the Protestant community as "400 Silent Years" (400 Silent Years) because it is believed to be a time period in which God did not reveal anything new to His people.However, it is undeniable that in the intertestamental times there are many parts of history that are sometimes questioned and are being sought for truth. Because after all, even though 400 years of God's silence did not speak to humans, the world's history continues. Although the context is mostly in the form of ruling kingdoms. And religious history also continues, with a tradition built. Among them about the journey of the concept of the priesthood in tradition in Israel as the concept of worship for the Jews. The question which is still being debated and becoming a conversation is First, what are the duties and responsibilities of the high priest during the intertestamental period? Second, are priesthood rules in the Torah still enforced during the intertestamental period, or are there changes and adjustments?Through this paper, the author will give a little understanding of what happened during the intertestamental period in connection with the priestly ministry in Israel. ABSTRAKPeriode intertestamental (bahasa Inggris: Intertestamental period) merupakan suatu istilah Protestan, sedangkan periode deuterokanonikal (bahasa Inggris: deuterocanonical period) adalah istilah Katolik dan Kristen Ortodoks untuk menyebut kesenjangan waktu antara periode yang dicakup oleh Alkitab Ibrani atau "Perjanjian Lama" dan periode yang dicakup oleh "Perjanjian Baru" orang Kristen. Secara tradisional, periode ini dianggap mencakup kira-kira empat ratus tahun, sejak masa pelayanan Maleakhi (420 SM) sampai kepada munculnya Yohanes Pembaptis pada awal abad ke-1 Masehi, suatu periode yang hampir sama dengan periode Bait Suci Kedua (530 SM hingga 70 M). Dikenal oleh anggota komunitas Protestan sebagai "400 Tahun Sunyi" (400 Silent Years) karena diyakini merupakan kurun waktu di mana Allah tidak menyatakan apa-apa yang baru kepada umat-Nya.Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dimasa-masa intertestamental banyak sekali bagian-bagian sejarah yang terkadang banyak yang dipertanyakan dan sedang dicari kebenarannya. Sebab bagaimanapun juga meskipun 400 tahun masa Allah diam tidak berbicara kepada manusia, manusia sejarah dunia tetap berjalan. Meskipun konteksnya banyak berupa kerajaan-kerajaan yang berkuasa. Dan sejarah keagamaan juga tetap berjalan, dengan sebuah tradisi-tradisi yang dibangun. Diantaranya tentang pejalanan konsep keimaman dalam tradisi di Israel sebagai konsep penyembahan bagi orang-orang Yahudi. Pertanyaan yang masih menjadi perdebatan dan menjadi perbincangan adalah Pertama, bagaimanakah tugas dan tanggung jawab imam besar pada masa intertestamental?  Kedua, apakah aturan keimaman dalam Taurat tetap ditegakkan pada masa intertestamental, ataukah ada perubahan dan penyesuaian?Lewat makalah ini, penulis akan sedikit memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi di masa intertestamental sehubungan dengan perjalanan pelayanan keimaman di Israel.
Metode Pendekatan Pemberitaan Injil yang Efektif Menurut Injil Matius dan Aplikasinya Bagi Orang Percaya Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Suhadi Suhadi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.191

Abstract

Penginjilan menjadi bagian terpenting dalam kehidupan setiap orang percaya dan ini merupakan pesan amanat agung yang Tuhan Yesus nyatakan dalam Matius 28:19-20. Penginjilan selalu indentik dengan konsep pemberitaan Injil. Pemberitaan Injil seharusnya selalu menjadi gaya hidup setiap orang percaya. Sebab sadar atau tidak sadar pemberitaan Injil menjadi kunci pertumbuhan gereja dan juga penambahan murid Yesus yang diperlengkapi dan memperlengkapi setiap orang percaya. Ketika penginjilan tidak menjadi prioritas, yang terjadi gereja akan terjadi kelambatan dalam pertumbuhan dan pemuridan tidak berjalan secara efektif. Perlu dilakukan metode pendekatan tentang pemberitaan Injil, sehingga memberitakan Injil menjadi hal yang menyenangkan serta menggairahkan bagi setiap orang percaya. Karena beberapa orang percaya beranggapan bahwa pemberitaan Injil hanya tugas kaum misionaris dan terkadang sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, menyadarkan setiap orang percaya betapa pentingnya esensi pemberitaan Injil bagi orang yang belum percaya Yesus. Kedua, orang percaya memiliki metode yang terbaik dalam pemberitaan Injil, sehingga pemberitaan Injil menjadi hal yang menyenangkan. Ketiga, banyak jiwa yang dimenangkan dan siap untuk dimuridkan. 
Refleksi Teologis Kitab Hosea Tentang Peran Tuhan Terhadap Kekudusan Paulus Kunto Baskoro
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v1i1.2

Abstract

Holiness is a very serious matter before God and is not compromised at any price. Holiness is the most important part of a relationship between God and humans. However, it cannot be denied that because of sin, the quality of human holiness with God is destroyed. God cannot compromise sin. Sin severed man's relationship with God. Seeing how very important holiness is, it is necessary to seriously discuss the meaning of holiness before God. Because what is happening at this time, holiness has begun to fade with evidence of moral destruction and several principles of good life in the family, dating style, service standards and even in work, holiness is not a priority, because holiness remains the highest standard. Through descriptive qualitative method with literature study approach, it can be concluded that in order for people to believe in returning to the divine quality of life, that is, living in holiness according to God's heart. The book of Hosea becomes a reference for serious contemplation with the meaning of a holiness from the side of God's role. And the discussion of this context will focus on the theological understanding of the Book of Hosea by using the method of extracting literature and several sources of writings that strongly strengthen the theological concept. So that from exploring the theological concepts of God's role in the holiness of the Book of Hosea, we can get a reflection of life that holiness is the most important part in the standard of life forever. AbstrakKekudusan menjadi hal yang sangat serius dihadapan Tuhan dan tidak ada ditawar-tawar dengan harga apapun. Kekudusan menjadi bagian terpenting bagi sebuah hubungan antara Tuhan dengan manusia. Namun tidak bisa dipungkiri, karena dosa, maka kualitas kekudusan manusia dengan Allah menjadi hancur. Allah tidak bisa kompromi dengan dosa. Dosa membuat hubungan manusia dengan Allah menjadi terputus. Melihat betapa sangat pentingnya kekudusan, maka perlu dibahas secara serius arti sebuah kekudusan dihadapan Allah. Sebab yang terjadi saat ini, kekudusan sudah mulai luntur dengan terbuktinya kehancuran moral dan beberapa prinsip-prinsip kehidupan baik dalam keluarga, gaya pacaran, standart pelayanan bahkan dalam pekerjaan, kekudusan menjadi hal yang tidak diutamakan, sebab kekudusan tetap menjadi standart tertinggi. Melalui metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka dapat disimpulkan bahwa   supaya orang percaya kembali kepada kualitas hidup ilahi, yaitu hidup dalam kekudusan sesuai dengan hati Tuhan. Kitab Hosea menjadi acuan untuk perenungan secara serius dengan arti sebuah kekudusan dari sisi peran Tuhan. Dan pembahasan konteks ini akan difokuskan kepada pemahaman teologis dari Kitab Hosea dengan menggunakan metode  penggalian pustaka dan beberapa sumber penulisan-penulisan yang sangat menguatkan konsep teologisnya. Sehingga dari penggalian konsep-kosep teologis peran Tuhan dalam kekudusan dari Kitab Hosea, didapatkan refleksi kehidupan bahwa kekudusan menjadi bagian terpenting dalam standart kehidupan sampai selama-lamanya.
Prinsip-Prinsip Keluarga Kristen Sebagai Pusat Pendidikan Menurut Ulangan 6:1-25 Paulus Kunto Baskoro
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 11 No 1 (2021): SANCTUM DOMINE December 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46495/sdjt.v11i1.107

Abstract

ABSTRACT Whether or not the dynamics of family life are destroyed is determined by the education in the family itself. Especially education in a Christian family or the principles of education in a family of believers. Several reasons are the background of this writing problem. First, there is the unconsciousness of some family of believers about the importance of the family as the center of teaching. Second, there are some couples or families of believers who are too busy with outside work rather than taking care of family life. Third, many Christian families today only focus on making ends meet. Fourth, many Christian families are currently experiencing problems regarding the impact of families with worldly life. With this method the author studies Deuteronomy 6: 1-25 as a whole, then adds from other books on the principles of pastoral care. This research uses descriptive method, namely studying the principles of the Christian family as a teaching center according to Deuteronomy 6: 1-25 which is a special revelation. Which finally has a big goal, First, for every family of believers to realize how important the family is as the center of teaching. Second, it is hoped that every family of believers can understand each other and encourage family after family. Third, the most essential thing is that every family of believers can become a figure or role model in the focus of the family being the center of teaching.