Ningtyas, Rahaju
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

LITERATURE REVIEW: PENGARUH PUZZLE TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI Priantiwi, Amri; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 3 No. 2 (2018): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v3i2.79

Abstract

Latar belakang: Anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan adalah dengan terapi bermain puzzle.Tujuan: Mengetahui apakah ada pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi. Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, sumber data diperoleh dari data sekunder dimana peneliti memperoleh sumber utama dari literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus kajian dari tahun 2010-2019 dengan menggunakan jurnal dan buku-buku yang membahas tentang konsep kecemasan, anak prasekolah dan hospitalisasi yang dijadikan sebagai referensi, hanya 2 jurnal yang dijadikan landasan teori. Hasil ulasan literatur: Tingkat kecemasan yang dialami pada anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain puzzle mengalami kecemasan sedang-berat, dan setelah diberikan terapi bermain puzzle tingkat kecemasan anak mengalami penurunan menjadi kecemasan ringan. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh terapi bermain puzzle untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.Kata Kunci: Anak prasekolah; hospitalisasi; bermain puzzle.
PENGARUH BLADDER TRAINING TERHADAP PENURUNAN INKONTINENSIA URINE PADA PASIEN POST OPERASI BPH Septian, Dwi Fajar; Julianto, Eko; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 3 No. 2 (2018): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v3i2.83

Abstract

Latar Belakang : Tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi (BPH) adalah, Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Guna melaksanakan TURP pasien harus dilakukan anestesi. Anestesi yang digunakan pada pembedahan TURP yaitu anestesi regional (spinal anastesi). Pada anestesi spinal dapat menyebabkan pasien tidak dapat merasakan distensi atau penuhnya kandung kemih. akibat pemasangan kateter dalam waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi selain itu juga dapat mengakibatkan kandung kemih akan kehilangan tonusnya. Otot detrusor tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran urinnya, atau inkontinensia urine. Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengatasi inontinensia adalah terapi bladder training, Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh bladder training terhadap penurunan inkontinensia urine pada pasien post operasi BPH, Metode: desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan , sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana peneliti memperoleh sumber utama dari literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus kajian baik berupa jurnal maupun buku-buku yang membahas tentang pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan Inkontinesia Urine, Hasil : Hasil pembahasan menunjukan bahwa terapi bladder training baik dengan metode delay urination maupun scheduled urination menjukan adanya pengaruh terhadap penuruna inontinensia urine pada pasien post operasi BPH. kondisi inkontinensia urine sebelum dan sesudah intervensi delay urination, diketahui seluruh pasien (100%) mengalami inkontinensia urine sebelum dilakukan intervensi delay urination, dan setelah dilakukan intervensi delay urination diketahui sebagian besar pasien (63,3%) masih mengalami kejadian inkontinensia urine dan hampir sebagian pasien (36,7%) mengalami perbaikkan yaitu dengan tidak menderita inkontinensia urine lagi. juga tidak jauh berbeda yaitu seluruh pasien (100%) mengalami inkontinensia urine sebelum dilakukan intervensi scheduled, Kesimpulan : Dari telaah jurnal yang ditiliti dapat disimpulkan bahwa bladder training dapat menurunkan inkontinensia pada pasien post BPH. Bladder training dapat menjadi terapi non farmakologi untuk menurunka inkontinensia pada pasien post operasi PBH.Kata Kunci: Transurethral Resection of the Prostate (TURP, Bladder Training, Inkontinesia Urine
PENGARUH PELAKSANAAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA Sukma, Hernanda Ari; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v5i1.112

Abstract

Latar belakang : Anak merupakan masa dimana organ-organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal yang berakibat lebih rentan terhadap penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang anak adalah bronkopneumonia. Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran pernapasan dengan manifestasi klinis bervariasi mulai dari batuk, pilek, yang disertai dengan panas dengan, sedangkan anak bronkopneumonia berat akan muncul sesak napas yang hebat. Salah satu tindakan non farmakologis untuk mengatasi penyakit bronkopneumonia dengan fisioterapi dada. Tujuan : mengetahui pengaruh pelaksanaan fisioterapi dada (clapping) terhadap bersihan jalan napas pada anak dengan bronkopneumonia. Metode : Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kepustakaan. Sumber data diperoleh dari data sekunder seperti jurnal-jurnal, buku, atau sumber literatur lainnya yang telah berstandrar nasional. Pada penelitian ini terdapat 2 jurnal yang menjadi sumber utama penelitian sebagai landasan teori.Hasil ulasan literatur :Terdapat perubahan pada rata-rata frekuensi pernapasan responden yaitu 26.6 kali per menit kemudian setelah dilakukan fisioterapi dada atau clapping rata-rata rekuensi napas menurun menjadi 22.3 kali per menit. Selain itu suara napas ronki dan batuk efektif berkurang setelah dilakukan fisioterapi dada. Jadi, fisioterapi dada efektif terhadap bersihan jalan napas pada anak dengan bronkopneumonia. Kesimpulan : Tindakan fisioterapi dada berpengaruh terhadap masalah bersihan jalan napas pada anak dengan bronkopneumonia. Kata kunci : anak, bronkopneumonia, fisioterapi dada.
PENGARUH TERAPI STORY TELLING TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN HOSPITALISASI Purnama, Bayu Aji; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v5i1.116

Abstract

ABSTRAK Latar belakang : Dalam pertumbuhan dan perkembanganya anak membutuhkan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tua dan juga lingkunganya, dengan demikian anak akan merasa lebih nyaman. Kemudian juga seorang anak memiliki imunitas yang lemah, sehingga anak lebih mudah terserang sakit, dan tidak menutup kemungkinan mengharuskan anak untuk dirawat di Rumah Sakit serta hospitalisasi. Jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 20,72% dari jumlah total penduduk Indonesia, berdasarkan data tersebut diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami peningkatan kecemasan. Tujuan :untuk mengetahui pengaruh dari terapi Story Telling (bercerita) terhadap tingkat kecemasan pada anak prasekolah dengan hospitalisasi. Metode penelitian : desain penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan one group pretest- posttes Hasil penelitian : menurut jurnal 1 Sebelum dilakukannya story telling sebagian besar anak 56. 4 % ( 22 responden) berada pada tingkat kecemasan sedang. Setelah diberikannya story telling sebagian besar anak 53. 8 % ( 21 responden) berada pada tingkat kecemasan ringan.. Melalui uji perbedaan paired sampel T-test, terbukti ada perbedaan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling. Menurut jurnal 2 Dari hasil penelitian setelah diberikan terapi pada kedua kelompok dapat dilihat pada hasil postest ke 5 antara terapi Story telling dan terapi menonton animasi kartun didapatkan nilai rata-rata 2,04 dan 8,02. Semakin kecil hasil nilai rerata pada kedua kelompok setelah intervensi menunjukkan semakin menurunnya kecemasan pada anak. artinya ada perbedaan yang signifikan rerata anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi setelah diberikan intervensi terapi Story telling. Kata kunci : Pemberian Story Telling, Hospitalisasi, Tingkat kecemasan
PENGARUH PENERAPAN KOMPRES HANGAT PADA PASIEN KEJANG DEMAM DENGAN HIPERTERMI Febriawan, Galih Tulus; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v5i1.117

Abstract

Latar belakang:Kejang demam/Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium (di luar rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi (demam).Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi, Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang demam. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahun. (Setyowati, 2013). Profil Kesehatan Indonesia tahun (2013) menggungkapkan bahwa jumlah penderita demam yang disebabkan oleh infeksi dilaporkan sebanyak 112.511 kasus demam,dengan jumlah kematian 871 orang. Jumlah kasus demam meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan angka 90.245 kasus demam infeksi pada anak di Indonesia. Dari angka kejadian hipertermi tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah sekitar 2%-5% terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun disetiap tahunnya. Kata kunci: World Health Organization (WHO), Kejang, imunisasi