Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

FAKTOR PENENTU MINAT BERKUNJUNG ULANG PASIEN TUBERKULOSIS DI POLIKLINIK PARU DI RUMAH SAKIT PIRNGADI DI MEDAN yulin sari; Juliandi Harahap; Masnelly Lubis
Jurnal Health Sains Vol. 1 No. 5 (2020): Jurnal Health Sains
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jhs.v1i5.56

Abstract

Sistem atau cara pelayanan yang optimal otomatis bisa memunculkan kepercayaan pasien pada instansi kesehatan. Jenis penelitian adalah dengan Cross Sectional dengan tujuan untuk mengetahui faktor penentu minat berkunjung ulang pasien tuberkulosis di Poliklinik Paru Rumah Sakit Pirngadi Medan dengan populasi penelitian adalah 1397 pasien TB yang berobat jalan dan sampel diambil dengan cara purposive sampling sebanyak 93 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehandalan memiliki nilai sig-p 0,300 > 0,05, jaminan sig-p 0,008 < 0,05, bukti fisik sig-p 0,221 < 0,05, empati sig-p 0,028 < 0,05, daya tanggap sig-p 0,034 < 0,05 dan kepuasan pasien sig-p 0,008 < 0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini ada pengaruh jaminan, empati, daya tanggap dan kepuasan pasien terhadap minat kunjungan ulang pasien tuberkulosis, sedangkan kehandalan dan bukti fisik tidak memiliki pengaruh terhadap minat kunjungan ulang pasien tuberkulosis. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan kepuasan pasien menjadi lebih baik seperti memberikan rasa peduli kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan
Healthy House as Indicator to Realize Healthy City and its Relationship with the Role of Community in Medan City Lita Sri Andayani; Juliandi Harahap
Proceedings of The Annual International Conference, Syiah Kuala University - Life Sciences & Engineering Chapter Vol 5, No 2 (2015): Life Sciences
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.469 KB)

Abstract

A healthy city connotes a city that is clean, comfortable, safe and healthy for inhabitants, which is achieved  through  the  implementation  of  the  arrangements  and  agreed  activities  between communities and local government units. Healthy house is one indicator of a healthy city. A healthy house meets the health requirements as measured by three parameters: components of house, sanitation facilities and the behavior of occupants. This study aimed to analyze if the houses in Medan qualify for the attainment of a healthy city, determine the knowledge of community in terms of healthy house, healthy city and the role of community, and to find out if there is a significant relationship between the role of community and having a healthy house. The study design used is survey with quantitative and qualitative approaches. Research sites were the 21 districts in the city of Medan wherein 400 respondents were selected through proportional random sampling. Data were analyzed quantitatively and qualitatively. The results showed that in the city of Medan, only 30% of houses were healthy and 70% were not. 63.0% of the respondents have good knowledge about healthy house  and  57.8% have good  knowledge about healthy city. Furthermore, the community perceived to have played a good role as much as 75.5% in the effort to realize a healthy home/city. The community’s role has a positive and significant effect on healthy house in efforts to achieve a healthy city in Medan (p = 0.04). It is recommended that the government of Medan City draw up a program of healthy house and healthy city and involve related stakeholders, increase  community  participation from  the  beginning of  planning  stage  in  order  to  increase community involvement in the implementation of development and formation of Healthy City Forum.
Screening of Degenerative Diseases and Quality of Life among Elderly People in Posyandu Lansia Medan Amplas Sub-Districts, Medan Juliandi Harahap; Lita Sri Andayani
Proceedings of The Annual International Conference, Syiah Kuala University - Life Sciences & Engineering Chapter Vol 5, No 2 (2015): Life Sciences
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.117 KB)

Abstract

The number of elderly people in Indonesia from year to year is increasing in line with increasing life expectancy. The number of elderly people reached 7.56% of the population. Certainly, the increase in  the  elderly population will be  followed by  an  increased risk  for the  elderly to  suffer from degenerative diseases. This study aimed to assess the role of degenerative disease screening and health counseling to the quality of life of the elderly in the health post (Posyandu Lansia). This study was a descriptive analytic with prospective approach by assessing 100 elderly people. Screenings done for examination of blood pressure, blood sugar level, cholesterol level, uric acid level, and urine protein. Assessment of quality of life done by using questionnaire of WHOQOL. The elderly in Posyandu Lansia were educated in accordance with the results of the screening and followed up for 4 months. Screening results showed that most elderly people had high blood pressure (89% had high systolic blood pressure and 70% had high diastolic blood pressure). As much as 55% of elderly people had cholesterol levels ≥ 200 mg/dl, while blood sugar levels as ≥ 200 mg/dl were 20% of the elderly and only 20% of respondents who had uric acid levels that exceed normal limits (8,5mg/dl). As many as 13 of respondents indicated a positive result in urine protein. Assessment of the quality of life of elderly based on the score at first examination obtained a mean of 88.26 ± 9.1. Regarding general health status, 21% of elderly felt less satisfied, 47% declared that their health status in normal conditions and 32% felt satisfied with their current health status. The score of quality of life after receiving counseling, obtained a mean of 89.31 ± 7.8. Assessment of general health status showed only 11% of elderly declared unsatisfactory health status. Result of t test showed that there was a significant difference between score of quality of life before and after screening degenerative diseases (p0.05). Screening of degenerative diseases   showed a majority of the elderly had a potential risk to suffer from degenerative diseases. Prevention through screening and health counseling particularly in  Posyandu Lansia can  reduce  morbidity and  mortality in  elderly,  and therefore it will improve quality of life for the elderly
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU DI RSUD Dr. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2020 Yose Dodi Pratama; Arifah Devi Fitriani; Juliandi Harahap
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 6, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v6i2.1176

Abstract

Stres kerja dapat disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan pekerja dan kurang terjaminnya kesejahteraan pekerja. Berdasarkan survei pendahuluan dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada 8 orang perawat ICU didapatkan informasi bahwa perawat yang bekerja di ruang ICU RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai sering mengeluh adanya kelelahan dan kewalahan saat menghadapi pasien dengan keadaan kritis. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja pada perawat ICU di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2020.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed method), pengambilan data secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner, kemudian pengambilan data kualitatif melalui wawancara untuk melihat temuan dilapangan yang dilakukan secara terpisah.Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan beban kerja = 0,009, tanggung jawab, = 0,030, keamanan kerja = 0,032, menunjukkan adanya hubungan terhadap kejadian stres kerja pada perawat ICU. Sedangkan umur p = 0,670, jenis kelamin = 0,396, masa kerja = 0,695, status pernikahan = 0,331, hubungan interpersonal = 1,000, menunjukkan tidak ada hubungan terhadap kejadian stres kerja pada perawat ICU.Kesimpulan dalam penelitian ini adanya hubungan beban kerja, tanggung jawab, keamanan kerja terhadap stres kerja pada perawat ICU, sedangkan umur, jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan tidak ada hubungan terhadap stres kerja pada perawat ICU. Dengan hasil penelitian ini diharapkan pihak rumah sakit memberikan kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja perawat. Kata kunci                 : Stres Kerja, Perawat ICUDaftar Pustaka          : 22 Buku + 68 Jurnal 
EVALUASI MANAJEMEN PENYELENGARAAN MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI INSTALASI GIZI RSUD DR. R.M DJOELHAM BINJAI Luh Anggreni yulia; Juliandi Harahap; Beni Satria
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1704

Abstract

ABSTRAKKeberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit dalam mendukung proses penyembuhan penyakit pada pasien, sangat ditentukan oleh proses pengolahan makanan mulai dari bahan makanan sampai menjadi makanan jadi yang siap dikonsumsi oleh pasien. Pelayanan gizi dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh manajemen penyelenggaraan makanan yang baik. Manajemen penyelenggaraan makanan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan makanan sampai dengan distribusi makanan kepada pasien/konsumen yang berfungsi sebagai sistem dengan tujuan untuk menghasilkan makanan dengan kualitas yang baikJenis penelitian ini menggunakan Kualitatif Fenomenologi dengan menggunakan deskriptif Informan penelitian berjumlah  22 orang. Informan Penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu informan utama dan informan pendukung. Adapun informan utama berjumlah 17 informan yaitu kepala instalasi gizi dan tenaga di instalasi gizi. Sedangkan informan pendukung berjumlah 5 informan yaitu pasien rawat inap.Berdasarkan hasil secara kualitatif berdasarkan wawancara mendalam terhadap informan didapatkan  bahwa perlu evaluasi mulai dari input, proses sampai output gizi harus diperbaiki, penambahan tenaga gizi, sarana dan prasarana, proses perencanaan di instalasi gizi serta hasil masakan yg disajikan sering mengalami keterlambatan juga dari segi variasi maupun cita rasa makanan      harus di kaji ulang, sehingga manajemen penyelenggaraan makanan menjadi lebih baik lagi.Kesimpulan dalam penelitian ini tenaga gizi masih kurang, sarana dan prasarana tergolong kurang memadai, dan biaya opersaional sangat minim berasal dari APBD. Selain itu, proses yang meliputi kegiatan penyelenggaraan makanan juga tidak seluruhnya dilakukan. Saran diharapkan Seluruh petugas di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai diharapkan melaksanakan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan sesuai langkah-langkah dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam pedoman PGRS. Kata Kunci    :           Evaluasi, manajemen penyelenggaraan gizi.
Analisis Demand dan Kesiapan Peningkatan Status UPTD Puskesmas Peusangan Menjadi Rumah Sakit Tipe D Daerah Bireuen Hanidi Hanidi; Arifah Devi Fitriani; Juliandi Harahap; Deli Theo; Jamaluddin Jamaluddin
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i1.1986

Abstract

Kebijakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diharapkan mampu memberikan pemerataan layanan kesehatan, salah satunya dengan meningkatkan status puskesmas menjadi rumah sakit terutama pada daerah dengan angka rujukan tinggi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui demand masyarakat dan kesiapan terhadap peningkatan status Puskesmas menjadi Rumah Sakit Tipe D di Kabupaten Bireuen. Metode: pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dilakukan pada 34 informan yang meliputi masyarakat dan tokoh setempat, pihak manajemen puskesmas, dinas kesehatan, komisi kesehatan DPRK dan pihak pemerintah kabupaten Bireuen. Hasil analisis kualitatif memberikan gambaran bahwa tingginya demand masyarakat terhadap peningkatan puskesmas menjadi rumah sakit type D, selain itu pihak puskesmas telah melakukan berbagai persiapan teknis maupun adminstratif. Dinas kesehatan dan pihak pemerintah kabupaten dan badan legiaslasi juga memberikan dukungan kebijakan dan finansial yang mencukupi sehingga diharapkan program tersebut terlaksana secepatnya. Sementara, kendala yang dihadapi saat ini adalah belum adanya upaya yang terintegarsi oleh semua pihak terutama dalam memantau perkembangan dan mendiskuskusikan secara bersama sama. Kesimpulan diperoleh bahwa perlunya membertuk tim percepatan lintas sector untuk dapat berkerja sama secara intens dalam mewujudkan program peningkatan status puskesmas menjadi rumah sakit type D.Kata Kunci: Demand, Kesiapan, Puskesmas, Rumah SakitThe Policies in health development in Indonesia are expected to be able to provide equal distribution of health services, one of policy intervention is by increasing the status of puskesmas (public health center) to hospitals, especially in areas with high referral rates. The purpose of the study was to determine the community's demand and readiness to increase the status of the Puskesmas to a Type D Hospital in Bireuen Regency Methods: a qualitative approach with in-depth interviews conducted with 34 informants including the community and local leaders, the management of the puskesmas, the health office, the DPRK (parliament)  health commission and the Bireuen District Government The results of the qualitative analysis illustrate that there is a high demand from the community for the improvement of the puskesmas into a type D hospital, besides that the puskesmas has made various technical and administrative preparations. The health office and district government and legislative bodies also provide adequate policy and financial support so that the program is expected to be implemented as soon as possible. Meanwhile, the current obstacle is that there are no integrated efforts by all parties, especially in monitoring developments and discussing them together. The conclusion is that it is necessary to form a cross-sectoral acceleration team to be able to work intensely in realizing the program to increase the status of the puskesmas to become a type D hospital.Keywords: Demand, Feasibility, Public Health Center, Hospital 
ANALISIS PELAKSANAAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN BEDAH ELEKTIF RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN Vinny Alvionita; Juliandi Harahap; Nur Aini
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1764

Abstract

ABSTRAKPelayanan kesehatan yang bermutu tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan akan pentingnya menjaga kepuasan pasien, termasuk dalam menangani keluhan yang disampaikan oleh pasien. Kebutuhan pasien yang diutamakan sehingga pasien merasa terpuaskan akan setiap pelayanan yang mereka terima dan kemudian dari kepuasan itu lahirlah loyal atau kesetiaan mereka sehingga membuat mereka untuk tidak beralih rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk  mengetahui tentang pelaksanaan Informed Consent pada pasien bedah elektif rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2021.Penelitian ini menggunakan yakni kualitatif dari penelitian ini adalah maka sampel sebanyak 15 orang yaitu 6 informan utama yaitu Dokter Spesialis Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan sebanyak 5 orang dan Dokter Spesialis Anestesi RSUD Dr. Pirngadi Medan sebanyak 1 orang Dan 9 informan pendukung. 6 orang informan kunci, dan 9 orang informan triangulasi.Hasil penelitian Penjelasan Informed Consent pada pasien bedah elektif. Tindakan sebelum dioperasi  sudah di jelaskan oleh dokter dengan rinci sesuai ketentuan Permenkes tentang Informed Consent, pelaksaan pengisian Informed Consent sudah sesuai SPO, tindakan yang dilakukan pihak rumah sakit Informed Consent pasien bedah berjalan lancar, dan pengisian Informed Consent sudah lengkap terisi. Dengan hasil penelitian ini diharapkan RSUD Dr. Pirngadi Medan diharapkan dapat meneruskan, mempertahankan, dan mengembangkan program-program keselamatan dan sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien dalam melakukan operasi dengan memberikan informasi yang detail. Kata Kunci                : Informed Consent, Bedah Elektif
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK DI RSUD Dr RM ‘DJOELHAM KOTA BINJAITAHUN 2020 Romi Yuansyah; Juliandi Harahap; Razia Begum Suroyo
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1799

Abstract

ABSTRAKManfaat hasil pemeriksaan laboratorium bagi para klinisi untuk membantu menegakkan bahkan dapat memastikan diagnosa pasien sehingga dengan ini dapat meminimalkan pengobatan/terapi yang tidak diperlukan. Menurut Menkes 2008 waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratoriun minimal kurang dari 140 menit. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium klinik di RSUD Dr RM Djoelham Kota Binjai.Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed method). Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas laboratorium klinik diRSUD Dr RM Djoelham Kota Binjai tahun 2020 dengan jumlah 32 orang yang seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian. Sampel kualitatif dilakukan dengan 3 orang informan.Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam.Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel fasilitas dan peralatan, transportasi spesimen, dan stabilitas listrik dengan nilai p<sig-α 0,05, sedangkan kualifikasi petugas, permasalahan pre-analitik, analitik dan pasca-analitik dengan nilai p>sig-α 0,05. Hasil analisis univariat diketahui bahwa fasilitas dan peralatan serta stabilitas listrik merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh fasilitas dan peralatan, transportasi spesimen dan stabilitas listrik dengan waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratirum, sedangkan kualifikasi petugas, permasalahan pre-analitik, analitik dan pasca-analitik tidak memiliki pengaruh yang bermakna.Diharapkan kepada pihak manajemen RSUD. Dr. R.M. Djoelham agar meningkatkankan pelatihan kepada tenaga analis laboratorium secara rutin agar memiliki kinerja yang lebih baik, menata ulang sarana dan prasana ruang laboratorium seperti memiliki laboratorium satelit yang letaknya tidak jauh dari IGD rumah sakit, mengevaluasi kelayakan fasilitas dan peralatan yang digunakan di laboratorium.Kata Kunci    : Waktu Tunggu, Pemeriksaan Laboratorium 
Factors Affecting Adverse Events Following SARS-CoV-2 Vaccine among Indonesian Ear, Nose, and Throat Specialist, and Residences Susyana Tamin; Jenny Bashiruddin; Indra Zachreini; Harim Priyono; Ika Dewi Mayangsari; Respati Ranakusuma; Natasha Supartono; Khoirul Anam; Anggina Diksita; Yussy Afriana Dewi; Sagung Rai Indrasari; Nyilo Purnami; Tengku Siti Hajar Haryuna; Juliandi Harahap; Eka Savitri; Tjandra Manukbua
eJournal Kedokteran Indonesia Vol. 10 No. 2 - Agustus 2022
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23886/ejki.10.165.129-37

Abstract

This study’s objectives were to investigate factors affecting the adverse events of the COVID-19 vaccine in Indonesia among health care workers and compare adverse events following SARS-CoV-2 vaccine using CoronaVac as the first and second dose and Moderna used as the booster third dose. A cross-sectional study was conducted using the Self-reporting Online Survey Platform (Google Form) from August to October 2021. Subjects included in the study were ENT specialists and residents all over Indonesia who had been vaccinated with both doses of CoronaVac COVID-19 vaccine and Moderna COVID-19 vaccine as a booster dose. Among a total of 1394 participants, 51.2% and 43.7% of subjects experienced adverse events following the first and second dose of the CoronaVac vaccine. Adverse events are significantly higher following the third dose of Moderna vaccine (95.3%) with p-value <0.001, odds ratio (OR) 26.63 (95% CI 19.87-35.7). Adverse events following the CoronaVac vaccine were significantly higher in females and individuals with comorbidities in the first dose (p=0.002 and p=0.04), and the second dose (p=0.008 and p=0.042). Adverse events following the Moderna vaccine were significantly higher in females (p=0.01) and lower in individuals ≥40 years of age (p=0.017). Comorbidity status did not affect adverse events following the Moderna vaccine. Keywords: adverse events, SARS-CoV-2, COVID-19, vaccine, otorhinolaryngology.   Faktor yang Mempengaruhi Efek Samping Vaksin SARS-CoV-2 terhadap Dokter Spesialis dan Residen Telinga, Hidung, dan Tenggorok di Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efek samping vaksin COVID-19 di Indonesia pada petugas kesehatan dan membandingkan efek samping setelah vaksin SARS-CoV-2 menggunakan CoronaVac sebagai dosis pertama dan kedua dan Moderna sebagai booster dosis ketiga. Studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan self-reporting survei online (Google Form) dari Agustus-Oktober 2021. Subjek yang termasuk dalam penelitian adalah dokter residen dan spesialis THT di Indonesia yang telah divaksinasi dengan kedua dosis vaksin CoronaVac COVID-19 dan vaksin Moderna COVID-19 sebagai dosis tambahan. Dari total 1394 peserta, 51,2% dan 43,7% subjek mengalami efek samping setelah dosis pertama dan kedua vaksin CoronaVac. Efek samping secara signifikan lebih tinggi setelah dosis ketiga vaksin Moderna (95,3%) dengan p-value <0,001, rasio odds (OR) 26,63 (95% CI 19,87-35,7). Efek samping setelah vaksin CoronaVac secara signifikan lebih tinggi pada wanita dan individu dengan penyakit penyerta pada dosis pertama (p=0,002 dan p=0,04), dan dosis kedua (p=0,008 dan p=0,042). Efek samping setelah vaksin Moderna secara signifikan lebih tinggi pada wanita (p=0,01), dan lebih rendah pada individu ≥ 40 tahun (p=0,017). Status komorbiditas tidak mempengaruhi efek samping setelah vaksin Moderna. Kata kunci: efek samping, SARS-CoV-2, COVID-19, vaksin, otorinolaringologi.
Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Karies Gigi Anak Balita di TK Perkebunan Nusantara I Kota Langsa Tahun 2019 Chairani Chairani; Juliandi Harahap; Umar Zein
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2834

Abstract

Masalah karies merupakan penyakit yang sangat luas penyebarannya, dan penderita terbanyak adalah kelompok umur anak-anak. Provinsi Aceh merupakan Provinsi urutan ke-7 dari keseluruhan Provinsi yang ada di Indonesia dengan penduduk yang bermasalah terhadap gigi dan mulut yaitu 30,5%. Sedangkan di lihat dari kelompok usia 1-4 tahun mencapai 10,4%6. Data dari Dinas Kesehatan Kota Langsa pada tahun 2017 angka prevalensi karies gigi pada balita 2-5 tahun adalah sebanyak 306 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan karies gigi anak balita di TK Perkebunan Nusantara I Kota Langsa Tahun 2019. Jenis Penelitian menggunakan survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak yang mengalami karies gigi di TK Perkebunan Nusantara I Kota Langsa. Sampel penelitian diambil dari populasi sebanyak 89 orang dengan masing-masing strata (proportional startifed sampling) dan sampel sebanyak 73 responden. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan hubungan pola asuh ibu berdasarkan dimensi kontrol (p-value 0,001), dimensi kehangatan (p- value 0,000), dan jenis pola asuh ibu (p-value 0,002) terhadap karies gigi pada anak. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa sub variabel dimensi kehangatan menjadi penyebab utama karies gigi dengan nilai OR sebesar 13,349 dan IK 3,386-52,632. Saran penelitian ini diberikan kepada orang tua agar memperhatikan pola asuh terhadap anak untuk pencegahan terjadinya karies sejak dini, terutama memberikan motivasi dan perhatian serta contoh perilaku kepada anak untuk selalu menjaga kebersihan gigi. Serta diadakan program penyuluhan dari institusi kesehatan agar informasi tentang perawatan gigi anak dapat diketahui orang tua untuk mengatasi kasus karies.Kata kunci : Karies Gigi, Dimensi Kontrol, Dimensi Kehangatan, Jenis Pola Asuh.The problem of caries is a very widespread disease, and most sufferers are children in the age group. Aceh Province is the 7th province of all provinces in Indonesia with a population with oral and dental problems, namely 30.5%. Whereas seen from the age group 1-4 years it reaches 10.4% 6. Data from the Langsa City Health Office in 2017, the prevalence rate of dental caries in children 2-5 years old was 306 cases. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal parenting and dental caries in children under five at Kindergarten Perkebunan Nusantara I Langsa City in 2019. This type of research used analytical survey with cross sectional design. The population of this study were all children who had dental caries in TK Perkebunan Nusantara I Langsa City. The research sample was taken from a population of 89 people with each strata (proportional started sampling) and a sample of 73 respondents. Data analysis techniques used univariate, bivariate and multivariate analysis using logistic regression tests. The results showed a significant influence on the relationship between maternal parenting based on the control dimension (p-value 0.001), warmth dimension (p-value 0.000), and the type of parenting style (p-value 0.002) on dental caries in children. The conclusion of this study shows that the sub-variable of the warmth dimension is the main cause of dental caries with an OR value of 13.349 and CI 3.386-52.632. Suggestions for this study are given to parents to pay attention to child care patterns to prevent caries from an early age, especially to provide motivation and attention as well as examples of behavior for children to always maintain dental hygiene. As well as an extension program from health institutions so that information about children's dental care can be known by parents to deal with caries cases.Keywords: Dental Caries, Control Dimension, Warm Dimension, Type of                       Parenting.