Sidik, Dikdik Zafar
Universitas Pendidikan Indonesia

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

DAMPAK PENERAPAN POLA PELATIHAN HARNESS MENGGUNAKAN METODE INTERVAL DAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE TUNGKAI Mulyawan, Rizki; Sidik, Dikdik Zafar; Hidayat, Nida'ul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.208 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.1.1

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang diberikan latihan harness dengan menggunakan metode interval dan repetisi terhadap peningkatan power endurance tungkai. Populasi dalam penelitian ini adalah UKM Futsal Putri UPI. Dimana 20 sampel diambil dengan teknik sample random sampling. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok dengan sample acak beraturan (pola A-B-A-B) Tes 10 hop digunakan untuk mengetahui besarnya dampak perbedaan power endurance. Desain penelitian menggunakan One Group Prestest-Postest Design. Satu kelompok menggunakan eksperimen latihan interval dan satu kelompok lain menggunakan eksperimen latihan repetisi. Penelitian dilakukan selama 6 minggu, dengan dua kali latihan dalam seminggu. Data yang diolah pada penelitian ini adalah data pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dari program penelitian yang telah dilaksanakan. Pengolahan data menggunakan perhitungan uji homogenitas, uji normalitas, uji kesamaan dua rata-rata dan uji beda. Menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan yang diberikan tidak signifikan, baik metode interval (1.94 ± 2.26) maupun repetisi (1.40 ± 2.26) terhadap peningkatan power endurance tungkai. Tetapi jika dibandingkan antar metode yang digunakan dalam penelitian, metode interval peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan metode repetisi. Penulis menyarankan untuk menggunakan metode interval dan repetisi sebagai salah satu saran untuk meningkatkan kondisi fisik.
PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN FUTSAL KOTA BANDUNG Juniarsyah, Agung Dwi; Sidik, Dikdik Zafar; Sunadi, Didi; Karim, Doddy Abdul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.194 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2019.4.2.5

Abstract

Kemampuan fisik bagi seorang pemain futsal merupakan syarat untuk menampilkan performanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kondisi fisik pada pemain Futsal Kota Bandung (FKB). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah pemain FKB sebanyak 18 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari enam item tes: Modified Sit and Reach, Sit-Up, Shuttle Run, lari 20 meter, Bleep Test dan Vertical Jump. Pada penelitian ini didapat rata-rata usia 22,57±2,40 tahun, berat badan 60,94±4,48 kg, tinggi badan 168,61±3,94 cm, dan indeks massa tubuh 21,44±1,44 %. Rata-rata VO2 max para pemain sebesar 48,74±5,18 ml/kg/min, fleksibilitas 24,94±13 cm, daya tahan otot perut 82,61±14 kali, kecepatan 3,14±0,12 detik, kelincahan 11,76±0,61 detik, dan power tungkai 49,39±4,24 cm.  Berdasarkan hasil analisis data konversi nilai yang diperoleh; a. Tidak ada satupun pemain FKB yang berkategori Baik Sekali dan Baik, b. Kategori Cukup ada 6 pemain (33,33%), c. Kategori Kurang ada 10 pemain (55,56%), d. Kategori Sangat Kurang ada 2 pemain (11,11%).
PENERAPAN POLA HIPOKSIK PADA METODE NEURAL ACTIVATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAEROB PARA ATLET GULAT Sidik, Dikdik Zafar; Hasanudin, Dudung; Imanudin, Iman
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v1i1.16191

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari penerapan pola Hipoksik pada Metode Latihan Neural Activation (Koordinasi Intramuskular) terhadap peningkatan kemampuan Anaerob (Kemampuan Kekuatan Maksimal). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan sampel mahasiswa anggota Pusat Pembinaan dan Pelatihan Mahasiswa (PPLM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Gulat FPOK Universitas Pendidikan Indonesia berjumlah 16 orang. Hasil penelitian diperoleh: (1) Terdapat peningkatan yang signifikan dalam penerapan pola hipoksik pada metode Neural Activation (Koordinasi Intramuskular) terhadap kemampuan kekuatan maksimal. (2) Terdapat peningkatan yang signifikan pada metode Neural Activation (Koordinasi Intramuskular) tanpa penerapan pola hipoksik terhadap kemampuan kekuatan maksimal, kecuali pada kemampuan Pull Ups tidak terdapat peningkatan yang signifikan, dan (3) Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara yang dilatih dengan penerapan pola hipoksik dan tanpa hipoksik pada metode Neural Activation (Koordinasi Intramuskular) terhadap kemampuan kekuatan maksimal, kecuali pada kemampuan Pull Ups dan Bench Press yang tidak menunjukkan perbedaan peningkatan yang signifikan.
PENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAEROB & AEROB MELALUI PELATIHAN HARNESS sidik, dikdik zafar
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 3, No 2 (2011)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v3i2.16178

Abstract

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kemampuan fisik adalah salah satu faktor yang sangat penting apabila ingin mendapatkan prestasi yang maksimal dalam setiap cabang olahraga, terlebih lagi jika atlet yang ditangani adalah atlet yang masuk dalam kelas atlet elit. Kita mengetahui bahwa kunci keberhasilan prestasi adalah karena hadirnya faktor-faktor penentu prestasi, baik secara internal maupun eksternal seperti tergambarkan di samping berikut.Kemampuan fisik atlet pada dasarnya secara fisiologis merupakan kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik. Setiap berlangsungnya pelatihan fisik maka hakekatnya sedang terjadi keberlangsungan aktivitas fisiologis yang secara garis besar terangkum dalam tiga sistem kerja (Santosa, 2010:5) yang terdiri dari : (a) sistem kerja I sebagai pelaksana gerak yang meliputi sistema skelet, sistema muscular, dan sistema nervorum; (b) sistem kerja II sebagai pendukung gerak yang meliputi sistema hemo-hidro-limfatik, sistema respirasi, dan sistema kardiovaskular; dan (c) sistem kerja III sebagai perangkat pemulih/pemelihara yang meliputi sistema digestivus, sistema ekskresi, sistema reproduksi. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar setiap pelatih mempunyai kompetensi pemahaman fisiologi (ilmu faal/ilmu fungsi) ketika mempersiapkan untuk menjalankan pelatihan fisik pada setiap atlet. Hal ini sering menjadi kendala yang cukup pelik dialami oleh para pelatih, terutama dasar pemahaman keilmuan ini yang masih belum mencukupi. Problematika ini sering mengakibatkan terjadinya “malpraktik” dalam pelatihan olehraga prestasi yang berindikasi pada sulitnya atau tidak munculnya prestasi yang diharapkan.Setiap orang yang lahir ke bumi ini pada hakekatnya telah diberikan anugrah potensi dari Yang Maha Pencipta. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang tidak berbakat, tidak ada manusia yang tidak potensial. Hanya karena kurang pandai menempatkan dan mengembangkan potensi-lah yang menjadikan kurang dan tidak berprestasi.
PENGARUH PELATIHAN HARNESS SPRINTS DENGAN POLA TAHAN NAPAS (HIPOKSIK) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAEROBIK DAN AEROBIK Hermanu, Entang; Sidik, Dikdik Zafar; Komarudin, Komarudin
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 1, No 2 (2009)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v1i2.16220

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi olahraga bangsa ini yang salah satunya disebabkan oleh pemahaman para pelatih tentang pentingnya pelatihan fisik yang menuntut segala konsekuensi untuk dapat meningkatkan pengayaan tentang pelatihan fisik melalui pemanfaatan metode-metode dan bentuk-bentuk latihan secara lebih komprehensif.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu metode melalui implementasi bentuk latihan yang tepat berdasarkan kajian fisiologik sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam meningkatkan kualitas prestasi atlet dari faktor fisik.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang mengambil sampel pada mahasiswa FPOK Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga sebanyak 20 orang yang terbagi dalam 2 (dua) kelompok. Kelompok I mendapat perlakuan Latihan Harness tanpa Hipoksik dan Kelompok II Latihan Harness dengan Pola Hipoksik.Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa Latihan Harness dengan Pola Hipoksik dan tanpa Pola Hipoksik memberikan dampak peningkatan yang signifikan terhadap Fungsi Dinamis Anaerobik Alaktasid, Anaerobik Laktasid, dan Aerobik. Latihan dengan Pola Hipoksik secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan tanpa Pola Hipoksik.
PENERAPAN PROGRAM LATIHAN SPEED, AGILITY AND QUICKNESS (SAQ TRAINING) DALAM MENINGKATKAN KEBERBAKATAN SISWA jakariyadi, dudi; sidik, dikdik zafar
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 7, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v7i1.16287

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui peningkatan kecepatan gerak (speed, agility, and quickness) siswa setelah diberikan treatment SAQ Training, antara siswa yang memiliki tingkat keberbakatan tinggi dan rendah. Penelitian ini menggunakan metode preexsperimental dengan desain one group pretest-posttest design. Teknik penyampelan yang digunakan adalah purposif sampling sejumlah 40 siswa. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok sama banyak (20 siswa per kelompok) melalui metode identifikasi bakat secara fisik dan kemampuan motor educability. Pretest dan posttest dalam penelitian ini menggunakan SAQ test, sedangkan treatment yang diberikan adalah SAQ Training yang dilaksanakan selama 12 minggu dengan jumlah pertemuan 3 kali/minggu. Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang diolah menggunakan software MS. Excel 2007 dan IBM SPSS versi 20. Dari hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa: 1) Terdapat peningkatan speed, agility, and quickness pada kelompok siswa dengan tingkat keberbakatan tinggi dengan t-hitung 17,121 0,05; 2) Terdapat peningkatan kecepatan gerak (speed, agility, and quickness) pada kelompok siswa dengan tingkat keberbakatan rendah dengan t-hitung 16,505 0,05. 3) Terdapat perbedaan peningkatan antara siswa dengan keberbakatan tinggi dan rendah didapat t-hitung 5,757 0,005. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan tingkat keberbakatan tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan keberbakatan rendah.
DASAR-DASAR FISIOLOGI PELATIHAN FISIK (Meningkatkan Kemampuan Anaerobik dan Kemampuan Aerobik) Giriwijoyo, Santosa; Sidik, Dikdik Zafar; sagitarius, sagitarius
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 1, No 2 (2009)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v1i2.16227

Abstract

     Olahraga mempunyai 2 (dua) kutub. Kutub pertama adalah kemampuan ketramplan teknik kecabangan (kemampuan teknik) dan kutub yang lain adalah kemampuan dasar (kemampuan fisik). Kemampuan dasar merupakan faktor pendukung, bahkan merupakan landassan bagi kemampuan teknik. Bila kemampuan dasar (kemampuan fisik) tidak mampu lagi memenuhi tuntutan dukungan bagi kemampuan teknik, maka runtuhlah kemampuan (ketrampilan) teknik Atlet yang berangkutan. Atlet tidak mampu mengembangkan permainannya dan bahkan mutu permainannya menurun, yang pertama-tama ditandai dengan menurunnya ketepatan (akurasi) gerakan dan/atau hasil gerakan. Oleh karena itu kemampuan fisik tidak boleh hanya sekedar cukup untuk mendukung satu sesi permainan, tetapi harus mampu mendukung minimal dua sessi permainan secara berturut-turut. Kemampuan fisik terdiri dari kemampuan anaerobik dan kemampuan aerobik. Kemampuan anaerobik yang tinggi memungkinkan Atlet memperagakan gerakan-gerakan dari yang ringan  sampai yang berat, dari yang santai sampai yang explosive maximal secara berulang-ulang, terlebih bila didukung oleh kemampuan aerobik yang tinggi. Kemampuan aerobik yang tinggi, di samping mampu menunda datangnya kelelahan juga mampu mempercepat pemulihan baik pemulihan parsial (pemulihan on court) maupun pemulihan total (pemulihan out of court). Oleh karena itu pelatihan fisik yang hakekatnya adalah pelatihan untuk meningkatkan batas kemampuan maximal Atlet sangat perlu difahami oleh para Pelatih.
Pengaruh Metode Circuit Training Terhadap Daya Tahan Cardiovascular Cabang Olahraga Atletik Nomor Lari Jarak Jauh Ramadan, Wahyu; Sidik, Dikdik Zafar
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v11i2.20317

Abstract

Daya tahan cardiovascular merupakan salah satu komponen kondisi fisik. Seorang atlet yang memiliki daya tahan cardiovascular baik dapat melakukan kerja atau aktivitas dalam selang waktu yang relatif lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode circuit training terhadap peningkatan daya tahan cardiovascular yang ditunjukkan oleh nilai VO2Max pada atlet nomor lari jarak jauh. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test post-test design. Instrumen yang digunakan adalah tes Balke 15 menit untuk memperoleh nilai VO2Max yang menjadi parameter untuk menggambarkan kondisi daya tahan cardiovascular. Sampel yang diteliti adalah atlet nomor lari jarak jauh UKM Atletik. Pengaruh metode circuit training terhadap VO2Max dianalisis secara statistik menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai VO2Max setelah melakukan program latihan circuit training.
KONSEP DAN CARA PENILAIAN KEBUGARAN JASMANI MENURUT SUDUT PANDANG ILMU FAAL OLAHRAGA Giriwijoyo, Santosa; Sidik, Dikdik zafar
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v2i1.16223

Abstract

Kebugaran Jasmani lebih merupakan terjemahan dari Physiological fitness. Secara Fisiologis kemampuan fungsional jasmani terdiri dari kemampuan anae-robik dan kemampuan aerobik. Kemampuan anaerobik terdiri dari kemampuan anaerobik alaktasid dan kemampuan anaerobik laktasid. Kemampuan anaerobik alaktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ledak (gerak explosive) maximal maupun sub-maximal, kemampuan anaerobik laktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan anaerobik (anaerobic endurance/stamina/daya tahan anaerobik), sedangkan kemampuan aerobik adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan umum seperti misalnya pada lari maximal maupun sub-maximal dengan durasi 8 menit atau lebih. Tes adalah uji kemampuan maximal. Dengan demikian tes Kebugaran Jasmani (KJ) adalah uji kemampuan maximal untuk menilai kemampuan anaerobik (alaktasid dan laktasid) dan kemampuan aerobik. Kemampun anaerobik dan kemampuan aerobik merupakan kemampuan fungsional jasmani dengan kepentingan yang setara. Demikian juga kepentingan fungsional anaerobik alaktasid dan laktasid adalah setara. Oleh karena itu berdasarkan konsep kesetaraan fungsional ini, maka penilaian KJ adalah penjumlahan dari nilai kemampuan anaerobik (jumlah kemampuan anaerobik alaktasid ditambah kemampuan anaerobik laktasid dibagi dua) ditambah dengan nilai kemampuan aerobik dibagi dua, dengan rumus sebagai berikut:½ (anaerobik alaktasid + anaerobik laktasid) + aerobik/2Pada Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) tidak jelas konsep dasar fisiologi dan cara penilaiannya. Kesalahan yang nyata ialah memposisikan butir (item) tes kemampuan aerobik sebagai salah satu dari 5 (lima) butir TKJI. Dengan demikian maka kontribusi peran fungsional kemampuan aerobik menjadi hanya 20 % saja (100 % : 5) dari seluruh nilai TKJI itu, sedangkan sesungguhnya kontribusi peran itu adalah 50%. Sebaliknya kontribusi peran fungsional kemampuan anaerobik menjadi sebesar 80%, sedangkan sesungguhnya kepentingan peran fungsional kemampuan anaerobik dan aerobik adalah setara, yaitu masing-masing 50%.
HASIL RENANG JAWA BARAT DAN ANALISIS PADA PON XVIII RIAU 2012 sidik, dikdik zafar; imanudin, iman; mujiyanto, supyar; afari, luki
Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jko-upi.v4i2.16189

Abstract

Cabang olahraga Renang merupakan salah satu cabang Olimpiade (Sport Olympics) karena pada setiap Multievent Internasional merupakan cabang olahraga yang wajib diperlombakan. Begitu pula ketika berlangsungnya Pekan Olahraga Nasioanl (PON). Cabang ini memperlombakan minimal 32 nomor (untuk putera dan puteri). Dalam setiap perlombaan sangat dimungkinkan untuk terjadinya pemecahan rekor baru karena cabang olahraga ini sangat terukur. Sehingga setiap atlet mempunyai peluang untuk berprestasi pada setiap penampilannya dalam memperbaiki catatan waktu pada setiap nomor yang dikuasainya. Namun demikian banyak faktor yang akan mempengaruhi prestasi maksimal setiap atlet baik secara internal maupun eksternal. Hal inilah yang menggambarkan kesuksean Tim Renang Jawa Barat pada PON XVIII. Kajian analisis dan pemetaan prestasi renang pada setiap provinsi serta profil para atlet elit renang Indonesia yang disajikan ini merupakan bagian dari referensi yang sangat berharga untuk upaya perbaikan di masa yang akan datang.