Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

EVALUASI DATABASE SUMBER DAYA AIR MENGGUNAKAN METODE KAGAN PADA SUNGAI-SUNGAI BESAR KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Zulis Erwanto; Yuni Ulfiyati; Dadang Dwi P; Siti Hadiyati
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 16 No 3 (2016): November
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.339 KB)

Abstract

Persebaran stasiun hujan di Kabupaten Banyuwangi tidak merata dan terlalu berhimpit sehingga perlu adanya rasionalisasi untuk merencanakan pola penyebaran dan kerapatan stasiun hujan pada beberapa DAS di Banyuwangi yang paling berpengaruh dalam perkembangan potensi di Kabupaten Banyuwangi. DAS yang di studi antara lain DAS Bomo, Kalibaru, Kalisetail, dan Tambong. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi persebaran stasiun hujan melalui rasionalisasi metode Kagan pada daerah aliran sungai-sungai besar Kabupaten Banyuwangi. Evaluasi rasionalisasi metode Kagan dengan data koordinat stasiun hujan dan data curah hujan harian dari beberapa tahun dengan bantuan program ArcView GIS, dan AutoCAD. Selain itu dalam menginput ke dalam sistem informasi geografis diperlukan analisis debit andalan untuk keperluan irigasi dan kebutuhan air bersih pada masing-masing DAS besar di Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan analisis rasionalisasi stasiun hujan dengan Metode Kagan pada masing-masing DAS diambil derajat kepercayaan di bawah 5% sehingga pada DAS Bomo tingkat kesalahan perataan (Z1) = 0,70%, kesalahan interpolasi (Z2) = 0,97% dengan jumlah penakar hujan 8 buah dengan jarak L = 4,46 Km, dengan pergeseran 4 stasiun hujan dan 4 penambahan stasiun hujan baru, serta kesalahan relatif kala ulang 10 tahun diperoleh 23,152%. DAS Kalibaru Z1 = 0,54%, Z2 = 2,32% dengan jumlah penakar hujan 14 buah dengan L = 7,07 Km, dengan pergeseran 10 stasiun hujan dan 4 penambahan stasiun hujan baru serta kesalahan relatif 0,236%. DAS Kalisetail Z1 = 0.30%, Z2 = 1,99% dengan jumlah penakar hujan 23 buah dengan L = 3,95 Km, dengan pergeseran 8 stasiun hujan dan 15 penambahan stasiun hujan baru serta kesalahan relatif 5,707%. Kemudian DAS Tambong Z1 = 1,28%, Z2 = 4,90% dengan jumlah penakar hujan 10 buah dengan L = 4,60 Km, dengan pergeseran 6 stasiun hujan dan 4 penambahan stasiun hujan baru serta kesalahan relatif 7,446%. Hasil neraca supply dan demand pada masing-masing DAS besar di Kabupaten Banyuwangi terjadi defisit air saat musin kemarau pada masing-masing sungai besar di Kabupaten Banyuwangi. Pada DAS Bomo terjadi defisit air sebesar 2,37 m3/dt, DAS Tambong defisit air sebesar 3,9 m3/dt, DAS Kalibaru defisit air sebesar 1,18 m3/dt, dan DAS Kalisetail defisit air sebesar 22,06 m3/dt. Direkomendasikan perlu adanya penambahan ataupun pergeseran letak stasiun hujan sesuai dengan koordinat simpul pada pola jaring-jaring Kagan dan adanya suatu pengelolaan sumber daya air berupa perencanaan embung atau waduk di masing-masing DAS besar Kabupaten Banyuwangi untuk menanggulangi kekurangan air bersih di Kabupaten Banyuwangi.
EVALUASI HIDROGRAF ALIRAN DENGAN AGIEL NN PADA SUNGAI-SUNGAI BESAR KABUPATEN BANYUWANGI Zulis Erwanto; Yuni Ulfiyati
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 16 No 1 (2016): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.896 KB)

Abstract

Pola persebaran curah hujan di Kabupaten Banyuwangi tidak merata serta sebaran stasiun hujan terlalu berimpit, tidak merata dan acak yang menyebabkan data-data curah hujannya tidak konsisten dan realibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hidrograf aliran dengan Agiel NN pada sungai-sungai besar Kabupaten Banyuwangi. Input berupa data curah hujan sedangkan outputnya berupa data debit model ANN dengan dibandingkan debit AWLR. Maksud evaluasi hidrograf aliran tersebut adalah untuk memvalidasi debit observasi dan debit hasil output pemodelan ANN, dengan melihat nilai kriteria NASH, MSE, RMSE, dan MAE. Sungai-sungai yang akan distudi adalah sungai-sungai besar di Kabupaten Banyuwangi antara lain sungai Bomo Atas, Bomo Bawah, Jambewangi, Jolondoro, Karangdoro, Keradenan, dan Tambong. Metode analisis yang digunakan adalah Backpropagation dengan bantuan program Agiel NN. Pemodelan training hujan aliran dengan simulasi single layer yang terbaik adalah pada Sungai Bomo Atas dengan MAE yang terkecil yaitu sebesar 0,06, MSE sebesar 0,53, RMSE sebesar 4,44 jika dibandingkan hasil validasi pemodelan pada sungai-sungai yang lain. Pada simulasi multi layer menunjukkan hasil validasi pemodelan yang terbaik pada Sungai Keradenan dan Sungai Tambong. Sungai Keradenan memiliki nilai MAE sebesar 0,17, MSE sebesar 0,55 dan nilai korelasi R sebesar 0,34. Sedangkan pada Sungai Tambong memiliki nilai RMSE sebesar 2,32, MAE sebesar 0,42, MSE sebesar 1,39. Perlu adanya kajian dan penelitian lebih lanjut tentang pola persebaran dan pemetaan lokasi stasiun hujan agar bisa mewakili data pengukuran debit AWLR yang ada pada setiap daerah aliran sungai-sungai besar di Kabupaten Banyuwangi sebagai tindak lanjut untuk menanggulangi dampak bencana banjir di musim penghujan dan pengelolaan sumber daya air.
A STUDY OF SEDIMENT DELIVERY RATIO USING AVSWAT-X IN THE CATCHMENT AREA OF PACAL RESERVOIR OF BOJONEGORO Zulis Erwanto; Nadjadji Anwar; Bambang Sarwono
Journal of Civil Engineering Vol 30, No 2 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1080.875 KB) | DOI: 10.12962/j20861206.v30i2.1722

Abstract

Recently, the flood intensity that brought by tributary rivers in the catchment area of Pacal reservoir has increased, both in the quantity of runoff and sediment volume. The research aims to set up erosion rate modeling and find the formulation of the Sediment Delivery Ratio (SDR) at Pacal reservoir. The research used USLE and MUSLE methods as comparator to find sediment yield accuracy at Pacal reservoir, by applying ArcView SWAT-X software. Total average annual erosion rate in the catchment area of Pacal reservoir which has area 82 Km2 calculated using USLE and MUSLE methods are 159,31 ton/ha/yr and 582 ton/ha/yr respectively. MUSLE method resulted SDR which is most closely to SDRobservation if it is compared to USLE method. In this research, MUSLE - Sediment-Discharge Rating Curve method has evaluation values MSE = 0,08; RMSE = 0,29; and Nash = 0,75. Furthermore, Sediment Delivery Ratio at catchment area of Pacal reservoir can be formulated as 0,29 3,83. DAS Waduk Pacal SDR A with value of SDRZulis = 0,27 and sediment yield obtained from MUSLE method equal to 157,40 ton/ha/yr, while from USLE method equal to 43,09 ton/ha/yr. Evaluate sediment yield of MUSLE from SDRZulis to formulation of SDR of former researcher was value of Nash = 0,89; MAE = 0,01. Based on the research result, it is expected that the institution which has responsibility in managing the catchment area of Pacal reservoir would pay high attention to zonation map of erosion risk level and can overcome sedimentation in Pacal reservoir.
TEKNOLOGI KONSERVASI ARTIFICIAL TEMPLE REEF SEBAGAI PENGENDALI ABRASI PESISIR PULAU TABUHAN DESA BANGSRING KECAMATAN WONGSOREJO BANYUWANGI Zulis Erwanto; Umi Masluha
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 1 (2019): Juni
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v4i1.1078

Abstract

Pantai Bangsring memiliki ekosistem terumbu karang yang berkaitan erat dengan kondisi kehidupan masyarakat nelayan ikan hias dan menggantungkan hidupnya pada keberadaan ekosistem terumbu karang. Beberapa permasalahan yaitu kurangnya pengelolaan vegetasi dan rusaknya terumbu karang di Pesisir Pulau Tabuhan. Demi menyelamatkan dan memelihara terumbu karang sebagai tempat perkembangbiakan ikan dan sebagai pelindung pulau dari abrasi dan erosi laut, maka dibuatlah Artificial Temple Reef berbahan abu ampas tebu yang ramah lingkungan yang akan diletakkan di Pesisir Pulau Tabuhan.Tahapan kegiatan dimulai dari survey lokasi, sosialisasi program kerja, penyuluhan konservasi biota laut, pelatihan pembuatan produk Artificial Temple Reef, Konservasi Vegetatif, Penenggelaman Artificial Temple Reef, dan Publikasi. Artificial Temple Reef merupakan inovasi produk terumbu karang buatan dengan model kerangkeng berduri dan berbentuk model candi berongga dari bahan campuran semen, pasir dan abu ampas tebu yang ramah lingkungan.Untuk menerapkan konservasi biota laut dilakukan dengan pelatihan pembuatan Artificial Temple Reef guna meningkatkan keterampilan kelompok nelayan dan partisipasi kelompok nelayan dalam melakukan penenggelaman Artificial Temple Reef di Pulau Tabuhan dan Pesisir Bangsring. Komposisi mix desain Artificial Temple Reef dengan perbandingan 1 Abu Ampas Tebu : 2 Pc : 3 Ps. Teknik pengelolaan dan perlindungan biota laut dilaksanakan melalui program penyuluhan konservasi biota laut guna meningkatkan kesadaran, perubahan sikap dan perilaku kelompok nelayan, juga melakukan konservasi vegetatif, serta pencangkokan cemara udang untuk program keberlanjutan. Jumlah kelompok sasaran 209 anggota dari Kelompok nelayan Samudera Bakti dan Kelompok nelayan Bangsring Underwater. Dengan diserahterimakan cetakan Artificial Temple Reef diharapkan program bisa dikembangkan dan dilanjutkan oleh Kelompok Nelayan secara swadaya dan produktif, sehingga konservasi biota laut tetap berjalan. Keywords— Artificial Temple Reef, Biota Laut, Konservasi, Pulau Tabuhan
PKM KARANG TARUNA WIRANUSA DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERAIRAN SEBAGAI KAWASAN KAMPUNG IKAN Sari Wiji Utami; Zulis Erwanto; Riza Rahimi Bachtiar; Fatimah Fatimah; Achmad Roghib Mabrur
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 1 (2019): Juni
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v4i1.1056

Abstract

Tingkat kesejahteraan masyarakat di dusun Gayam Lor, desa Gumirih, kecamatan Singojuruh, kabupaten Banyuwangi masih belum merata dan hanya mengandalkan mata pencaharian utama sebagai petani dan pedagang. Sumber daya perairan yang ada di sekitar pemukiman masyarakat juga belum dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) atau Nile Tilapia adalah sejenis ikan konsumsi air tawar yang mampu beradaptasi dan mempunyai toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran yang lebar. Ikan nila selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum dilakukan, juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, kantung jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak (air payau) sekalipun. Dengan adanya program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini, diharapkan desa Gumirih dapat menjadi salah satu sentra penghasil perikanan air tawar nila merah yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, melalui pengembangan “Kampung Ikan” dan menjadi lokasi percontohan bagi kawasan lain di kecamatan Singojuruh, mengingat sub sektor perikanan belum berkembang baik di wilayah ini. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri secara ekonomi dan sosial, meningkatkan keterampilan masyarakat untuk berwirausaha dan mengolah produk hasil perikanan yang dibudidayakan, serta meningkatkan kesejahteraan melalui pembentukan “Kampung Ikan”.Kata kunci: ikan nila merah, Kampung Ikan, sumber daya perairan
STUDI MUATAN SUSPENDED LOAD DAN BED LOAD PADA UPSTREAM BENDUNG DI HULU SUNGAI-SUNGAI BESAR KABUPATEN BANYUWANGI Feny Yuliana Wardani; Zulis Erwanto; Yuni Ulfiyati
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 18 No 1 (2018): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.212 KB) | DOI: 10.31940/logic.v18i1.789

Abstract

Di Kabupaten Banyuwangi terdapat empat sungai besar antara lain Sungai Tambong, Sungai Bomo, Sungai Kalisetail, dan Sungai Kalibaru. Sungai-sungai tersebut sering terjadi peningkatan debit akibat tingginya endapan sedimen pada bendung.Analisis muatan suspended load menggunakan metode Engelund & Hansen, Einstein, dan Chang Simons & Richardson. Sedangkan analisis muatan bed load menggunakan metode Meyer-peter ; Duboys ; dan Shields. Berdasarkan hasil analisis besar muatan suspended load dan bed load pada keempat upstream bendung, dengan nilai yang didapat untuk muatan suspended load pada Bendung Poncowati 2.45×10-4 ton/hari, Bendung Gembleng 5.90×10-4 ton/hari, Bendung Jambewangi 1.12×10-4 ton/hari, Bendung Karangdoro 8.85×10-4 ton/hari. Sedangkan muatan bed load pada Bendung Poncowati 9.48×10-1 ton/hari, Bendung Gembleng 0.1778 ton/hari, Bendung Jambewangi 3.56×10-1 ton/hari, Bendung Karangdoro 4.69×10-1 ton/hari. Kondisi bendung masih dalam kategori baik, akan tetapi pada keempat upstream bendung tersebut tetap diperlukan perawatan bendung dengan cara menguras sedimen bendung secara berkala.
STUDI OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAS TAMBONG BANYUWANGI BERDASARKAN HSS US SCS Zulis Erwanto; Baroroh Baried
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 14 No 1 (2014): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.728 KB)

Abstract

Kondisi tanah DAS Tambong telah mengalami degradasi, sebagai akibat dari erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi penggunaan lahan dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tambong di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Hidrograf Satuan Sintetik US SCS dengan bantuan program HEC-HMS. Berdasarkan kondisi di lapangan DAS Tambong memiliki nilai CN rata-rata sebesar 91,33%, nilai absorpsi ratarata sebesar 12,54 %, impervious rata-rata sebesar 70,95%, kemiringan rata-rata sebesar 2% dan time lag ratarata sebesar 6 jam. Nilai optimasi lahan di DAS Tambong dapat ditunjukkan dari hubungan debit puncak (Qp) dan nilai CN dengan persamaan regresi y = 0,0119.X + 73,465 diperoleh nilai CN optimum rata-rata sebesar 73,50% dikategorikan termasuk CN B. Tingkat laju erosi rata-rata tahunan di DAS Tambong sebesar 0,66 mm/th dengan laju erosi tertinggi sebesar 14,43 mm/th di daerah pegunungan Licin pada lahan semak belukar. Zona tingkat bahaya erosi yang berpotensi kritis terletak pada penggunaan lahan perkebunan dan hutan. Perlu adanya tindakan konservasi lahan di daerah pegunungan Licin dan perencanaan bangunan konservasi pada daerah perkebunan.
IbM Kelompok Pengguna Air Bersih Desa Pakel Melalui Teknologi Filter Beton Pasir Zulis Erwanto; Wahyu Naris Wari; Yuni Ulfiyati
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 2 (2016): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v1i2.281

Abstract

Desa Pakel, Kabupaten Banyuwangi mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi warganya. Sumber mata air utama yang digunakan oleh warga Desa Pakel terletak di daerah perbukitan dengan konstruksi bangunan penangkap mata air yang sederhana. Lokasi mata air berada di tengah hutan dan terletak di kemiringan bukit menyebabkan air yang tertampung berpeluang mengalami pencemaran dan kandungan sedimen yang tinggi apalagi pada saat musim penghujan. Mitra dalam kegiatan IbM adalah Pengelola kelompok pengguna air minum Desa Pakel Kabupaten Banyuwangi. Sesuai prioritas kebutuhan maka ditawarkan solusi permasalahan yang dihadapi Mitra yakni dengan penyuluhan tentang teknologi penjernihan dan pengolahan air bersih, dan rancang bangun instalasi filter beton pasir. Manfaat yang diperoleh berupa pemahaman tentang pentingnya kesehatan dalam pengolahan air bersih dengan sistem instalasi pengolahan air bersih menggunakan teknologi filter beton pasir. Berdasarkan hasil sosialisasi dan penyuluhan pengolahan air bersih di Desa Pakel tanggal 24 September 2016 di Balai Desa Pakel, pengolahan air bersih dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih melalui proses penjernihan air dengan instalasi teknologi filter beton pasir yang ditempatkan di dalam reservat. Filter beton pasir merupakan salah satu unit proses dalam instalasi pengolahan air (IPA) yang terbuat dari bahan dari kerikil, pasir beton, arang aktif, dan mortar pasir silica dengan perbandingan 1 PC : 10 PS yang disusun sedemikian rupa untuk menghilangkan kekeruhan air. Berhubung instalasi penempatan filter tersebut di dalam tandon dengan tekanan kecil maka filter beton pasir yang digunakan menggunakan ukuran partikel lebih dari 1-2 mm dengan ketebalan 15 cm agar kuantitas debit airnya tetap sesuai dengan kapasitasnya dan sirkulasinya biar cepat. Bahan yang digunakan sebagai filter terbuat dari pipa PVC Ø 4” dengan ketinggian 50 cm menyesuaikan diameter pipa outlet. Filter terdiri dari 4 tabung pipa. Teknologi filter beton pasir ini merupakan bentuk prototype filter untuk percontohan di Desa Pakel dan bisa dibuat skala rumah tangga di tiap-tiap rumah atau diinstalasi sebelum masuk ke hidran umum.
TEKNOLOGI PENGERING PADI UNTUK KETAHANAN PANGAN DI DESA WRINGIN PUTIH, BANYUWANGI IGNB. Catrawedarma; Zulis Erwanto; Danang Sudarso WPJW; Akhmad Afandi
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2017): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v2i2.567

Abstract

Desa Wringin Putih merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyuwangi yang mengalami permasalahan dalam penanganan pasca panen padi. Selama ini penanganan yang dilakukan adalah dengan mengeringkan padi dibawah sinar matahari, cara ini terkendala disaat musim hujan, sehingga tidak bisa melakukan pengeringan. Jika proses ini terlambat, maka mengganggu tingkat kestabilan produktivitas beras dan pasokan beras ke masyarakat menjadi terlambat sehingga pada akhirnya mengganggu ketahanan pangan. Pengering dengan konsep natural convection menjadi salah satu solusi untuk membantu petani dalam meningkatkan nilai jual gabahnya. Pada prinsipnya pengering ini akan mengurangi kadar air secara perlahan-lahan karena udara panas secara alami mengalir kedalam ruang pengering tanpa bantuan blower mirip dengan pengering sinar matahari tetapi tidak perlu ruang yang luas, disamping itu kontaminasi oleh debu dan kotoran dapat dihindari. Berdasarkan hasil sosialisasi dan workshop alat pengering yang dilakukan di desa Wringin Putih didapatkan bahwa penerapan teknologi pengering sangat membantu petani dalam penanganan pasca panen khusunya dimusim hujan. Prototipe alat pengering ini dirancang dengan konsep yang sederhana untuk dapat dibuat dalam skala rumah tangga. Bed pengeringnya dengan diameter 60 cm dan lebar 30 cm, serta menggunakan motor listrik dengan daya 1 HP. Diharapkan dengan adanya penerapan teknologi pengering ini dapat membantu penanganan pasca panen dari petani di desa wringin putih. Keywords— Padi, Natural Convection Dryer
Pengembangan SEGAR (Sea Garden) dengan Teknologi Puzzle Tetrapod Berbasis Konservasi Ekowisata di Pesisir Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi Hafid As’ad Abdurrahman; Zulis Erwanto; Nabila Fauqho
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 11, No 4 (2020): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v11i4.4307

Abstract

Desa Bangsring merupakan salah satu wilayah yang terletak didaerah pesisir yang mempunyai permasalahan umum seperti wilayah pantai lainnya yaitu rusaknya terumbu karang yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penanganan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar masih belum maksimal sehingga berdampak pada penurunannya keanekaragaman bahari dan mengalami kerugian. Konservasi merupakan solusi dalam penanganan terumbu karang yang rusak menjadi terumbu karang yang bernilai jual tinggi bukan untuk dieksploitasi melainkan untuk penyeimbang ekosistem laut dengan membuat produk puzzle tetrapod berbentuk limas segitiga berkaki empat dengan dimensi 30x30 cm. Puzzle Tetrapod dibuat dari bahan campuran 2 semen, 6 pasir, 1 kerikil, dan 0,5 Abu Ampas Tebu yang tentunya ramah lingkungan yang diharapkan menjadi perangsang untuk pertumbuhan bibit terumbu karang, dan menjadi spot wisata baru dibawah laut untuk diving maupun snorkling. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap dimulai dengan sosialisasi, pembuatan produk, penyuluhan/pelatihan dan penenggelaman puzzle tetrapod. Kelompok sasaran dari Kelompok Nelayan Samudera Bakti, Bangsring Underwater, dan Kelompok Sadar Wisata Pesona Bahari Grand Watu Dodol (GWD). Kemitraan yang terjalin adalah Dinas Pariwisata, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi dan Pengelola Kelompok Nelayan Samudera Bakti. Produk puzzle tetrapod telah ditenggelamkan dan ditata sedemikian rupa membentuk taman laut di GWD dengan luasan 5,5x1,5 m2 berjumlah kurang lebih 65 buah membentuk huruf “PWI”, sedangkan taman laut di Bangsring seluas 3-5 m2 berjumlah kurang lebih 200 buah tetrapod dengan kombinasi tempurung kelapa. Kegiatan konservasi ekowisata ini diharapkan dapat berkelanjutan dan dapat meningkatkan wahana edukasi bagi masyarakat sekitar.