Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Hedonic test of agarwood tea from Gyrinops versteegii with different leaves processing method Wangiyana, I Gde Adi Suryawan; Triandini, I Gusti Agung Ayu Hari; Anita Nugraheni, Yosephin Martha Maria
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24111/jrihh.v13i2.6939

Abstract

Gyrinops Agarwood tea was a potential forest tea product. This research aim is to observe panelist preference level of Gyrinops agarwood tea with different leaves processing methods. There werefour agarwood leave processing including: fresh leaves without drying and oxidation (sample1), dried leaves without oxidation (sample2), dried leaves with partial oxidation (sample3), dried leaves with full oxidation (sample4). Phytochemical screening on samples was carried by tannin measurement with titrimetric method. Five scales hedonic score and numeric score were used by the panelist to express their preference level toward the samples, including like extremely (5), like slightly (4), neither like nor dislike (3), dislike slightly (2), dislike extremely (1).Hedonic assay has shown that at least 70% of panelists are given preference scores above the rejected standard (neither like nor dislike). The panelist gave this preference based on four parameters, including color, aroma, taste, and texture. Panelists prefer samples with oxidation then sample without oxidation. This preference was related to the higher tannin concentration on the sample with oxidation than the sample without oxidation. Sample 4 has got the highest numeric score from the panelist. This sample also has the highest tannin concentration among all samples (11%). It could be concluded that dried and full oxidation on leaf processing could produce agarwood tea with high tannin concentration and hedonic scores.
PELATIHAN PENGOLAHAN DAUN GAHARU MENJADI TEH HERBAL UNTUK ISTRI PETANI ANGGOTA KELOMPOK TANI DESA DUMAN KABUPATEN LOMBOK BARAT I Gde Adi Suryawan Wangiyana; Dina Soes Putri; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.285 KB) | DOI: 10.25077/logista.3.2.82-89.2019

Abstract

Pohon gaharu banyak terdapat di sekitar areal pertanian desa Duman dan sebagin besar tidak dimanfaatkan dengan optimal. Padahal bahan tersebut merupakan bahan baku minuman teh herbal yang berkualitas. Pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan istri petani untuk mengolah daun gaharu menjadi minuman teh herbal. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan keterampilan baru bagi istri petani desa Duman sehinnga mampu membantu perekonomian keluarga. Partisipan dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang istri anggota kelompok tani Duman. Pengabdian ini dibagi menjadi dua tahap: tahap teori dan tahap praktek. Partisipan diberikan materi terkait bagaimana mengolah daun gaharu menjadi teh herbal pada tahap teori. Praktek langsung dilakukan oleh parisipan berdasarkan teori yang sudah mereka peroleh. Partisipan telah memahami bahwa urutan sistematis pengolahan daun gaharu menjadi teh herbal meliputi: 1) Pemilihan daun, 2) Pengeringan Daun, 3) Pencacahan daun, 4) Oksidasi daun, 5) Penyeduhan daun. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, terjadi peningkatan pemahaman partisipan rata – rata sebesar 70% mengenai metode pengolahan daun gaharu menjadi teh gaharu secara sitematis. Partisipan memiliki peluang yang bagus untuk mengembangkan produk teh tersebut menjadi industri rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa Istri anggota kelompok tani desa Duman telah memahami cara pengolahan daun gaharu menjadi minuman teh yang berkualitas. Kata kunci: Pengolahan daun, Teh gaharu, Istri petani ABSTRACT Agarwood trees on rice field of Duman Village were not been utilized optimally. On the other hand, this material was a good source of herbal tea. The purpose of this community service is to give training to farmer’s wife of Duman Village about how to process agarwood leaves into herbal tea. This community service should give new skill to farmer’s wife of Duman village so they could give additional income for their family. Twenty participants of this community service consist of farmer’s wife of Duman Village. This community service including two main steps: Theoritical stage and Practical stage. Participant were given theory of processing agarwood leaves into herbal tea in theoretical stage. Participants applied theory that they already got in practical stage. Participant were fully understood about agarwood processing into herbal tea with systematic method. That method including 5 steps: 1) Selecting leaves, 2) Drying leaves, 3) Chopping leaves, 4) Oxidizing leaves, 5) Brewing leaves. There is 70% average improvement on participants knowledge about processing agarwood leaves into herbal tea based on pre-test and post-test. This herbal tea product has good prospect to be developed into home industry product by participants. It could be concluded farmer’s wife of Duman Village were fully understood about agarwood leaves processing method to produce good quality of herbal tea. Keywords: Leaves processing, Agarwood tea, Farmer’s wife
PEMBINAAN KADER DALAM ASUHAN MANDIRI TOGA DI BENDEGA I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Hairani Hairani; Diana Hidayati; Widhya Aligita; Nur Intan Hayati; Soni Muhsinin; ED. Yunisa Mega Pasha
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 5, No 1 (2021): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v5i1.6266

Abstract

Primary Health Care (PHC) adalah kontak pertama individu, keluarga, atau masyarakat  dengan sistem pelayanan kesehatan. PHC bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi. Salah satu peran keluarga dalam PHC yaitu TOGA dalam apotek hidup sebagai bahan baku utama dalam manajemen pencegahan dan penanganan penyakit termasuk yang berhubungan dengan gejala COVID-19. Kader Posyandu yang sehari-harinya berinteraksi dalam mendampingi ibu dalam membangun kesehatan keluarga juga menjadi sosok yang berperan dalam program asuhan mandiri keluarga yang telah dicanangkan pemerintah dalam perwujudan PHC tersebut. TABSTRAKPrimary Health Care (PHC) adalah kontak pertama individu, keluarga, atau masyarakat  dengan sistem pelayanan kesehatan. PHC bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi. Salah satu peran keluarga dalam PHC yaitu TOGA dalam apotek hidup sebagai bahan baku utama dalam manajemen pencegahan dan penanganan penyakit termasuk yang berhubungan dengan gejala COVID-19. Kader Posyandu yang sehari-harinya berinteraksi dalam mendampingi ibu dalam membangun kesehatan keluarga juga menjadi sosok yang berperan dalam program asuhan mandiri keluarga yang telah dicanangkan pemerintah dalam perwujudan PHC tersebut. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah untuk melakukan perekrutan kader TOGA pada mitra, sosialisasi tupoksi kader serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam mengolah jenis TOGA yang secara ilmiah berfungsi mencegah COVID-19. Metode pelaksanaan: survei lokasi, pengurusan izin, penyuluhan, sosialisasi teknik pengolahan tanaman TOGA, evaluasi kegiatan, dokumentasi dan pelaporan. Kegiatan dilaksanakan secara daring dan luring. Dari hasil kegiatan, telah dibentuk suatu wadah kader TOGA di lingkungan Bendega yang berfungsi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan primer di lingkungan Bendega melalui pengembangan tanaman obat keluarga. Kata kunci: bendega; covid-19; kader, TOGA. ABSTRACTPrimary Health Care (PHC) is an individual, family, or community's first contact with the health care system. PHC aims to increase public access to quality health services. In Indonesia, PHC has 3 (three) main strategies, namely multisectoral cooperation, community participation, and application of technology. One of the roles of the family in PHC is TOGA in living pharmacies as the main raw material in the management of prevention and treatment of diseases, including those related to the symptoms of COVID-19. Posyandu cadres who interact daily in assisting mothers in building family health are also figures who play a role in the family self-care program that has been launched by the government in the realization of the PHC. The purpose of this community service activity is to recruit TOGA cadres to partners, socialize the main tasks of cadres and increase the knowledge and skills of partners in processing TOGA types which scientifically function to prevent COVID-19. Methods of implementation: site survey, permit processing, counseling, socialization of TOGA plant processing techniques, evaluation of activities, documentation and reporting. Activities are carried out online and offline. From the results of the activity, a TOGA cadre forum has been established in the Bendega environment which functions in developing primary health services in the Bendega environment through the development of family medicinal plants. Keywords: bendega; covid-19; cadre; TOGA.ujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah untuk melakukan perekrutan kader TOGA pada mitra, sosialisasi tupoksi kader serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam mengolah jenis TOGA yang secara ilmiah berfungsi mencegah COVID-19. Metode pelaksanaan: survei lokasi, pengurusan izin, penyuluhan, sosialisasi teknik pengolahan tanaman TOGA, evaluasi kegiatan, dokumentasi dan pelaporan. Kegiatan dilaksanakan secara daring dan luring. Dari hasil kegiatan, telah dibentuk suatu wadah kader TOGA di lingkungan Bendega yang berfungsi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan primer di lingkungan Bendega melalui pengembangan tanaman obat keluarga.  
PEMBINAAN KEGIATAN YOGA PADA WANITA MENOPAUSE HIPERTENSI DI LINGKUNGAN BENDEGA Isviyanti Isviyanti; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Ni Made Gita Gumangsari; Diana Hidayati; Amelia Kandisa; Ni Luh Budi Astuti; Adib Ahmad Shammakh
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 3, No 2 (2020): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.559 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v3i2.1644

Abstract

ABSTRAKHipertensi dapat dialami oleh semua kalangan usia, terutama pada usia paruh baya. Beberapa permasalahan yang dihadapi meliputi: 1. Masih tingginya jumlah wanita menopause dengan hipertensi di lingkungan Bendega wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang. 2. Kurangnya informasi masalah pola hidup sehat yang dapat mencegah penyakit hipertensi. 3. Kurangnya kegiatan rutin atau aktivitas fisik yang dilakukan untuk penangulangan hipertensi pada wanita menopause 4. Belum adanya sosialisasi mengenai aktivitas fisik yoga dalam membantu menurunkan tekanan darah pada wanita menopause. Solusi yang dapat ditawarkan meliputi: 1. Pelatihan dan pendampingan aktivitas fisik yoga untuk mengurangi tekanan darah (hipertensi) pada wanita manupause. 2. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai aktivitas fisik yoga dalam membantu menurunkan tekanan darah pada wanita menupause. 3. Pembagian booklet & CD yoga sebagai panduan pelaksanaan yoga di rumah. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah wanita menopause (umur 40-60 tahun), mampu melakukan gerakan yoga, hipertensi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg, diastolic ≥ 90 mmHg) dan tinggal di  lingkungan Bendega. Kegiatan pengabdian ini menggunakan teknik penyuluhan tentang hipertensi dan yoga yaitu dengan menggunakan teknik ceramah, diskusi dan simulasi gerakan yoga dengan media sosialisasi berupa video dan booklet dilanjutkan dengan berlatih yoga bersama. Para peserta diberikan arahan tentang teknik gerakan dan manfaat dari gerakan-gerakan tersebut. Selain itu, mereka diajarkan pola hidup sehat untuk mencegah dan menanggulangi hipertensi. Dari kegiatan masyarakat yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hasil pengukuran tekanan darah sebelum latihan fisik yoga dan setelah latihan yoga mengalami perubahan. Dari 20 peserta kegiatan pengabdian masyarakat, rata-rata peserta mengalami penurunan sistol 20 mmHg dan diastole 10 mmHg. Kata kunci: hipertensi; menopause; yoga. ABSTRACTHypertension can be occurred in any age. Some of the problems faced include: 1. The high number of menopausal women with hypertension in the Bendega 2. Lack of information on healthy lifestyle problems that can prevent hypertension. 3. Lack of routine activities or physical activities undertaken to overcome hypertension in menopausal women 4. There is no socialization regarding physical activity of yoga in helping to reduce blood pressure in menopausal women. Solutions that can be offered include: 1. Training and mentoring physical activity of yoga to reduce blood pressure (hypertension) in postmenopausal women. 2. Socializing and counseling about the physical activity of yoga in helping to reduce blood pressure in menopausal women. 3. Distribution of yoga booklets & CDs as a guide to implementing yoga at home. The target community service activities are menopausal women (aged 40-60 years), able to do yoga movements, hypertension (systolic blood pressure ≥140 mmHg, diastolic ≥ 90 mmHg) and live in the Bendega environment. This dedication activity uses counseling techniques about hypertension and yoga that is by using lecture, discussion and yoga movement simulation techniques with media socialization in the form of videos and booklets followed by practicing yoga together. Participants are given direction about movement techniques and the benefits of these movements. In addition, they are taught a healthy lifestyle to prevent and treat hypertension. From the community activities that have been carried out, it shows that the results of blood pressure measurements before the physical exercise of yoga and after the practice of yoga have changed. From 20 participants of community service activities, the average participant experienced a decrease in systole of 20 mmHg and diastole of 10 mmHg. Keywords: hypertension; menopause; yoga.
SOSIALISASI BUDIDAYA TOGA DI LAHAN TERBATAS DENGAN VERTICAL GARDEN UNTUK MENUNJANG PRIMARY HEALTH CARE DALAM UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 DI LINGKUNGAN BENDEGA I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Isviyanti Isviyanti; Ni Made Gita Gumangsari; Diana Hidayati
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.033 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.3378

Abstract

ABSTRAKSalah satu peran keluarga dalam Primary Health Care (PHC) yaitu penyediaan tanaman obat keluarga (toga) dalam apotek hidup sebagai bahan baku utama dalam manajemen pencegahan dan penanganan penyakit termasuk COVID-19. Lingkungan Bendega merupakan salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan Tanjung Karang Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lingkungan Bendega terbilang lingkungan yang padat penduduk. Luas pekarangan di masing-masing KK di Lingkungan Bendega, rata-rata kurang memadai untuk dijadikan lahan bercocok tanam. Kurangnya ruang terbuka hijau dan kawasan padat penduduk menyebabkan sanitasi di Lingkungan Bendega menjadi kurang diperhatikan. Terlebih di saat pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Pada umumnya remaja di lingkungan Bendega tersebut mempunyai banyak waktu karena aktivitas pembelajaran yang belum secara tatap muka dan Ibu-ibu rata-rata bekerja sebagai pedagang sehingga dari sore sampai malam hari dapat digunakan waktunya untuk mengikuti sosialisasi. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam menanam dan mengolah jenis toga yang secara ilmiah berfungsi mencegah COVID-19, serta menyebarluaskan informasi tentang cara menanam toga di lahan terbatas guna mewujudkan apotek hidup mandiri dengan teknik vertical garden. Metode pelaksanaan: survei lokasi, pengurusan izin, pendataan lahan dan inventarisasi, pengumpulan bahan baku, pembuatan poster & penyuluhan, sosialisasi teknik budidaya & pengolahan tanaman toga, evaluasi kegiatan, dokumentasi dan pelaporan. Dari hasil kegiatan, didapatkan sebanyak 90 % mitra mengalami peningkatan pengetahuan tentang tanaman toga. Mitra memperoleh keterampilan baru dalam bercocok tanam dengan teknik vertical garden. Kata kunci: Bendega; COVID-19; herbal; toga; vertical garden  ABSTRACTOne of the roles of families in Primary Health Care (PHC) is the provision of family medicinal plants (toga) in living pharmacies as the main raw material in the management of prevention and management of diseases including COVID-19. Bendega neighborhood is one of the neighborhoods in Tanjung Karang Village, Sekarbela District, Mataram City, West Nusa Tenggara Province. Bendega is a densely populated environment. The area of yards in each household in the Bendega neighborhood is inadequate to be used as land for cultivation. Lack of green open space and densely populated areas causes sanitation in the Bendega Neighborhood to be less attention. Especially during the COVID-19 pandemic like now. In general, adolescents in the Bendega neighborhood have a lot of time because the learning activities are doing not face-to-face and the average mothers work as traders so that from the afternoon until the evening they can use the time to attend the socialization. The aim of this community service activity is to increase the knowledge and skills of partners in planting and processing types of toga that scientifically function to prevent COVID-19, as well as disseminating information about how to grow toga in limited land in order to create independent living pharmacies with vertical garden techniques. Methods of implementation: survey, permition, land data collection and inventory, collection of raw materials, making posters & counseling, socialization of toga cultivation & processing techniques, evaluation of activities, documentation and reporting. From the results of the activity, an increase in knowledge about toga was obtained by 90% sample. The object groups acquire new skills in farming with vertical garden techniques. Keywords: Bendega; COVID-19; herbs; toga; vertical garden
Mini-review Teknologi Produksi Teh Herbal Gaharu I Gde Adi Suryawan Wangiyana; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
Journal of Agritechnology and Food Processing Vol 1, No 2 (2021): December
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jafp.v1i2.6997

Abstract

     Agarwood tea is a prospective herbal tea product in the Indonesian marketplace. This product was made from agarwood trees, especially Aquilaria and Gyrinops genera. Agarwood leaves were the primary raw material of agarwood tea products. The leaves processing method into herbal tea products has adopted the conventional tea production method. This method has an essential contribution to maintaining the quality of agarwood tea products. This mini-review emphasizes the importance of systematic procedure and its effect on agarwood tea production technology. Agarwood tea production started with the standardization of raw material preparation. Raw material selection and sterilization were the essential procedure at this stage. Agarwood tea production after raw material preparation involves three steps: drying, chopping, and oxidizing. Dried leaves could produce agarwood tea with more robust characteristics than fresh leaves. Chopping the leaves is essential for agarwood tea product packaging. Oxidizing the leaves could produce agarwood tea with a better tannin concentration. It could be concluded that leaf preparation, drying, chopping, and oxidizing the leaves is an essential processing technology for agarwood leaves to produce a good quality tea.
Pemberdayaan Kelompok Karang Taruna Desa Kekait Pucang dalam Optimalisasi Investasi Gaharu dari Jenis Gyrinops Versteegii I Gde Adi Suryawan Wangiyana; Raden Roro Narwastu Dwi Rita; Yulia Ratnaningsih; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2: November 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v5i2.463

Abstract

Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan tentang pengelolaan budidaya gaharu sebagai investasi prospektif bagi anggota Kelompok Karang Taruna di Desa Kekait Puncang. Pengabdian masyarakat ini menggunakan dua tahap, yaitu tahap teori dan tahap praktek. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa anggota kelompok Karang Taruna Kekait Puncang telah memahami diversifikasi produk dari skema investasi gaharu dan metode pemanfaatan produk-produk tersebut dari berbagai organ gaharu. Berdasarkan hasil kegiatan, dapat disimpulkan bahwa anggota Kelompok Karang Taruna Kekait Puncang telah memahami produk investasi gaharu dan juga telah memulai investasi gaharu dengan pengelolaan pembibitan gaharu yang baik. Uraian detail terkait hasil kegiatan disajikan dalam badan artikel ini.Empowerment of Karang Taruna Group of Kekait Pucang Village on Optimization of Agarwood Investment from Gyrinops Versteegii SpeciesAbstractThis community service aims to provide training on the management of agarwood cultivation as a prospective investment for members of the Karang Taruna Group in Kekait Puncang Village. This community service uses two stages, namely the theory stage and the practical stage. The results of this activity indicate that the members of the Karang Taruna Kekait Puncang group have understood the product diversification of the agarwood investment scheme and the methods of using these products from various gaharu organs. Based on the results of the activity, it can be concluded that the members of the Puncang Kekait Youth Organization have understood the investment product of agarwood and have also started agarwood investment with good management of agarwood nurseries. Detailed descriptions related to the results of the activities are presented in the body of this article.
Pembuatan Hand Sanitizer Alami di tengah Upaya Mengatasi Kelangkaan pada Masa Pandemi COVID-19 di SMK Bhakti Kencana Mataram Nening Listari; Isviyanti Isviyanti; I.G.A. Ayu Hari Triandini
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2: November 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v5i2.467

Abstract

Tujuan dari kegitan PKM ini adalah pelatihan pembuatan handsanitizer alami sebagai upaya mengatasi kelangkaan dimasa Pandemi covid 19. Mitra dalam kegiatan siswa SMK Bhakti Kencana Mataram. Metode trasfer pengetahuan dan trasfer teknologi dengan tahapan kegiatan 1) pembekalan materi, 2) praktik pembuatan, dan 3) evaluasi. Hasil dari kegiatan ini adalah 1) siswa dapat memahmi dengan baik teknik pembuatan handsanitizer dengan bahan alami hal ini terlihat dari indikator peningkatan kemampuan mencapai 56%, 2) adanya keterampilan membuat handsanitizer alami dari bahan alam, dan 3) tersedianya produk handsanitizer alami di lingkungan sekolah SMK Bhakti Kencana Mataram. Kegitan pelatihan pembuatan handsanitizer perlu dilakukan secara berkala dengan memanfaatkan bahan alam yang tersedia.Making Natural Hand sanitizer amid Efforts to Overcome Scarcity during the COVID-19 Pandemic at SMK Bhakti Kencana MataramAbstractThe purpose of this PKM activity is training in making natural handsanitizers as an effort to overcome scarcity during the Covid 19 Pandemic. Partners in the activities of students of SMK Bhakti Kencana Mataram. Methods of knowledge transfer and technology transfer with activity stages 1) material provision, 2) manufacturing practice, and 3) evaluation. The results of this activity are 1) students can understand well the technique of making handsanitizers with natural ingredients, this can be seen from the indicator of increasing their ability to reach 56%, 2) the ability to make natural handsanitizers from natural ingredients, and 3) the availability of natural handsanitizer products in the school environment. SMK Bhakti Kencana Mataram. Handsanitizer making training activities need to be carried out regularly by utilizing available natural ingredients.
UTILIZATION OF FAMILY MEDICINAL PLANT DURING ANTENATAL CARE: A REVIEW I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i1.3655

Abstract

Family medicinal plants is an traditional medication that has been used by Indonesian people for many years. It also has been used as primary medication on family as first aid medication before medical personel handling. Family medicinal plants consist of plants that are commonly being consumed on daily life of Indonesian people especially on village. This also confirm the safety of this medication for pregnant women. Pregnant women during antenatal care have strict medication option for their illness. The could not consume antibiotic and other synthetic chemical medicine for medical treatment. The use of family medicinal plants on antenatal care could give an alternatif solution for treatment of pregnant women. Thus, this article describe beneficial of using family medicinal plant during antenatal. Since all medication should has side effect, this article also describe the limitation of family medicinal plant utilization. However, analysis of beneficial and limitation of family medicinal plants application could give strong consideration for pregnant women as their alternative medication option.
UJI IN VITRO TANAMAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK ALAMI UNTUK RADANG PAYUDARA (MASTITIS) I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Siti Ruqqayah; Ni Luh Budi Astuti
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 4 No. 3 (2018): September 2018
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi payudara atau disebut juga mastitis merupakan peradangan pada payudara yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Tata laksana pengobatan mastitis, dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu dan yang tidak kalah pentingnya yaitu pemberian kompres. Umumnya kompres yang digunakan yaitu air hangat atau air dingin untuk meredakan rasa nyeri. Namun, hal tersebut kurang efektif jika ditinjau dari segi medis, karena tidak ada kandungan antibiotik pada kompres yang dapat menekan pertumbuhan bakteri seperti Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman yang efektif dalam mengobati mastitis. Tahapan-tahapan penelitian meliputi: 1. Perbanyakan isolate S. aureus, 2. Pembuatan perasan masing-masing dari sampel tumbuhan, 3. Pengujian efektivitas bahan secara in vitro ke isolate Staphylococcus aureus dengan metode disk diffusion assay (Kirby-Bauer). Diameter zona hambat terbesar dengan jenis ekstrak dan perasan serta konsentrasi tertentu dinilai efektif dalam mengobati mastitis. Di antara jenis perasan herbal yang diujikan, bawang putih memiliki daya hambat terbesar terhadap pertumbuhan S. aureus. Namun, dari ekstrak komersial yang diujikan, campuran buah manjakani, daun sirih, kunyit putih dan daun kayu putih juga efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman-tanaman tersebut potensial untuk dikembangkan dalam pengobatan mastitis.