Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Profil Self Acceptance Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus di Yayasan Tiji Salsabila Kota Padang Hafizah, Hafizah; Mulyani, Rila Rahma
Journal of Education Research Vol. 2 No. 3 (2021): September 2021 InPress
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.321 KB) | DOI: 10.37985/jer.v2i3.61

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya orangtua merasa malu mempunyai anak berkebutuhan khusus, orangtua merasa masa depan anak berkebutuhan khusus tidak jelas, orangtua merasa anak berkebutuhan khusus menjadi beban dalam hidupnya, orangtua merasa anak berkebutuhan khusus menjadi titik masalah dalam keluarga, orangtua menjadi menyesal telah melahirkan anak berkebutuhan khusus, dan orangtua merasa tidak mampu merawat anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Self acceptance orangtua anak berkebutuhan khusus, 2) Menghargai anak, 3) Menilai anak sebagai diri yang unik, 4) Mengenal kebutuhan-kebutuhan anak, 5) Mencintai anak tanpa syarat anak berkebutuhan khusus di Yayasan Tiji Salsabila Padang.  Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskripstif kuantitatif. Populasi penelitian adalah 30 Orangtua, teknik pengambilan sampel yang dipilih dengan total sampling, yaitu sebanyak 30 Orangtua. Data penelitian ini diperoleh melalui angket dan diolah menggunakan skala interval.Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh hasil bahwa; profil self acceptence orangtua anak berkebutuhan khusus di Yayasan Tiji Salsabila Kota Padang secara umum berada pada kategori cukup baik. Selanjutnya dilihat dari indikator sebagai berikut:  1) Self acceptence orangtua anak berkebutuhan khusus menghargai anak pada  kategori cukup baik. 2) Self acceptence orangtua anak berkebutuhan khusus indikator menilai anak sebagai diri yang unik pada kategori cukup baik. 3) Self acceptence orangtua anak berkebutuhan khusus mengenal kebutuhan-kebutuhan anak pada kategori cukup baik, 4) Self acceptence orangtua anak berkebutuhan khusus mencintai anak tanpa syarat pada kategori  baik. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada orangtua untuk dapat memberikan perhatian kepada anak yang memeiliki kebutuhan kusus agar anak lebih merasa dihargai dan lebih percaya diri dalam menjalankan aktivitasnya 
Profil Kreativitas Peserta Didik Di SMP Negeri 34 Padang Rahma Suryani; Ahmad Zaini; Rila Rahma Mulyani
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v3i1.1360

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya peserta didik yang kreativitasnya masih kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kreativitas peserta didik yang dilihat dari dua aspek sebagai berikut: 1). Aspek Kognitif : adapun yang termasuk dalam aspek kognitif yaitu  keterampilan berfikir lancar, keterampilan berfikir luwes, keterampilan berfikir orisinal, keterampilan berfikir rinci atau memperinci, dan keterampilan menilai. 2).Aspek Afektif : adapun yang terkait dalam aspek afektif yaitu sifat berani mengambil resiko, bersifat menghargai, rasa ingin tahu yang tinggi, serta imajinasi/firasat. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah 240 peserta didik. Untuk penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu rekomendasi dari guru bimbingan dan konseling kelas VII SMP Negeri 34 Padang  dengan jumlah 71 peserta didik. Instrumen yang digunakan yaitu angket, sedangkan untuk analisis data menggunakan teknik persentase. Hasil penelitian tentang Profil Kreativitas Peserta Didik di Kelas VII SMP Negeri 34 Padang yang dilihat dari dua aspek yaitu: 1). Aspek kognitif berada pada kategori cukup tinggi. 2). Aspek afektif berada pada kategori cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pada peserta didik agar lebih meningkatkan kembali kreativitasnya untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Analisis dan Tindak Lanjut Profil Emosi Remaja dalam Berinteraksi Sosial di Jorong Matur Katik Kecamatan Matur Kabupaten Agam Rila Rahma Mulyani; Citra Imelda Usman
Jurnal Neo Konseling Vol 2, No 3 (2020): Jurnal Neo Konseling
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/00308kons2020

Abstract

The main aim of this study is to look at the positive and negative emotional profile of adolescents in social interaction and efforts to develop adolescent emotional sentiments in social interaction in Jorong Matur Katik, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.  The sample in this study were all teenagers in Jorong Matur Katik as many as 35 teenagers consisting of 16 teenage boys and 19 teenage girls. All the collected data during the study were analyzed on a percentage basis. The results showed that the positive and negative emotional profile of adolescents in social interaction was 65.71% and 77.14% respectively. This shows that the percentage of negative emotions is more than positive emotions. In addition, based on the findings of this study, efforts are needed to develop the positive emotions of adolescents in social interaction at Jorong Matur Katik, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.
The Role of Parents in Coping with Adolescent Aggressive Behavior Besti Nora Dwi Putri; Rila Rahma Mulyani; Wike Wulandari
Jurnal Neo Konseling Vol 2, No 4 (2020): Jurnal Neo Konseling
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/00323kons2020

Abstract

This research is motivated by the existence of parents who do not know their role in changing adolescent aggression behavior. The purpose of this study was to describe the role of parents in overcoming children's aggressive behavior in terms of moral cultivation, development of non-aggression behavior and the cultivation of the ability to develop empathy. The research sample consisted of 36 adolescents who experienced aggressive behavior. The results of this study reveal that the role of parents in overcoming adolescent aggression behavior in general is in the sufficiently role category, meaning that parents are expected to play a greater role in overcoming the aggressive behavior of their youth so that they are able to behave in accordance with applicable norms.
Memahami perilaku kemandirian belajar Siswa melalui perspektif Human Agency: Sintesis perspektif Human Agency Alfaiz Alfaiz; Asroful Kadafi; Yuzarion Yuzarion; Rahmadianti Aulia; Septya Suarja; Rila Rahma Mulyani; Yasrial Chandra; Joni Adison
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/counsellia.v10i2.6761

Abstract

Human agency adalah konsep bahwa seorang individu memiliki kompetensi dalam perencanaan, disiplin, realisasi dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri dalam keadaan hidup termasuk dalam pembelajaran. Ini telah dipelajari dalam pendidikan dengan empat sifat inti seperti sengaja, pemikiran, reaktivitas diri, dan reflektifitas diri membentuk individu sebagai aktor, bukan reaktor. Hal ini dapat digunakan untuk memahami pembelajaran mandiri siswa, karena konsep pembelajaran mandiri memiliki kesadaran diri secara sengaja. Jika individu selalu bergantung pada lingkungannya, itu karena ia tidak memiliki agen dalam keadaan hidupnya. Menurut sebuah penelitian terbaru yang dilakukan pada tahun 2012, telah menemukan bahwa seorang siswa memiliki kurang otonom dalam belajar, dan juga dari survei yang dilakukan pada 2017-2019 ditemukan bahwa 61,50% siswa di 4 sekolah menengah atas memiliki pembelajaran mandiri yang lebih rendah. Fenomena ini mempengaruhi perilaku selingkuh dan menunda-nunda mereka. Pada artikel ini akan membahas kondisi siswa dalam belajar dan memberikan rekomendasi baru dalam perspektif tentang intervensi alternatif dalam praktik bimbingan dan konseling tentang agensi manusia untuk membentuk dan memahami perilaku belajar mandiri dan juga sifat internalisasi agensi manusia dalam proses konseling dalam konteks dalam belajar.Abstract: Human agency is a concept that an individual has a competencies in planning, discipline, realization and evaluate their own behavior in life circumstance including in learning. It has been studied in education with four core properties such intentionally, forethought, self-reactiveness, and self-reflectiveness shape an individual as an actor, not a reactor. It can be used to understanding a student autonomous learning, because the concept of autonomous learning has a self-cognition purposely. If individual always depends on their environment, that because he does not have an agentic in his life circumstance. According a latest research that conducts in 2012, has found that a student has a lack of autonomous in learning, and also from survey that conduct in 2017-2019 it’s found that 61,50% students in 4 senior high school has lower autonomous learning. This phenomena influence to their cheating and procrastination behavior. On this article will discuss a student’s condition in learning and gives a new recommendation in perspective about alternative intervention in guidance and counseling practice about the human agency to shape and understanding an autonomous learning behavior and also internalization properties of human agency in counseling process in the context in learning.
Meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada anak dengan Social Skill Training Rila Rahma Mulyani
Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi Vol. 1 No. 1 (2013): Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/procedia.v1i1.1368

Abstract

DR adalah seorang laki-laki (12 Th) memiliki kesulitan dalam menjalin interaksi sosial. Untuk meningkatkan keterampilan sosial subyek maka diberikan Social Skill Training karena memiliki tujuan untuk mengembangkan suatu perilaku prososial dan memberikan suatu pengenalan keterampilan sosial yang belum dimiliki anak. Selain itu juga diberikan psikoedukasional kepada keluarga untuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai permasalahan yang dialami subyek. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan tes psikologi (CAT dan WISC). Intervensi selama tiga hari dan hasil dari intervensi tersebut ialah subyek mulai berani berbicara dihadapan orang lain dan mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan lawan bicara.Kata kunci: Social skill training, psikoedukasional, interaksi sosial, anak
PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT (Studi Pada Angkatan 2015) Fakhrul Ramadhan Fatan; Rila Rahma Mulyani; Wira Solina
MUDABBIR Journal Reserch and Education Studies Vol. 1 No. 1 (2021): Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2021
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.326 KB) | DOI: 10.56832/mudabbir.v1i1.9

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya mahasiswa program bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat angkatan 2015 yang sulit terbuka dengan teman-teman di kampus, terdapat beberapa mahasiswa yang mengalami kendala dalam penyesuaian sosial dengan gejala mahasiswa sering melanggar peraturan atau aturan. di kampus, jangan berpartisipasi aktif. dalam kegiatan ekstrakurikuler, tidak menghadiri perkuliahan, sendirian, masuk geng, mencontek, sering main-main, enggan mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Profil penyesuaian sosial dilihat dari kematangan emosi, 2) Profil penyesuaian sosial dilihat dari keterampilan sosial, 3) Profil penyesuaian sosial dilihat dari kecenderungan menarik perhatian, 4) Profil penyesuaian sosial dilihat dari emosional normalitas. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian sebagai berikut adalah: 1) Penyesuaian sosial mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2015 dilihat dari kematangan emosi berada pada kategori cukup baik, 2) Penyesuaian sosial mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2015 dilihat dari keterampilan sosial kategori cukup baik, 3) Penyesuaian penyesuaian sosial siswa bimbingan dan konseling angkatan 2015 dilihat dari kecenderungan berada pada kategori cukup baik, 4) Penyesuaian sosial siswa bimbingan dan konseling angkatan 2015 dilihat dari normalitas emosi berada pada kategori cukup baik. kategori cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2015 untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian sosialnya dengan memanfaatkan beberapa layanan dalam layanan bimbingan dan konseling.
Peran Orangtua Tunggal terhadap Perkembangan Anak Down Syndrome (Studi pada Single Mother dan Single Father) Rila Rahma Mulyani; Rivoni Melati; Rahayu Khoirunnisa
Jurnal Counseling Care Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Counseling Care, [Terakreditasi Sinta 4] No: 225/E/KPT/2022
Publisher : Universitas PGRI SUMATERA BARAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1091.921 KB) | DOI: 10.22202/jcc.2021.v5i1.5371

Abstract

ABSTRACT This research is motivated by the existence of single parents (single mother and single father) who have down syndrome children in nurturing, guiding, and caring for children without being accompanied by a partner. The purpose of this study is to describe the role of single parents on the development of children with down syndrome seen from 1) decision-makers, 2) responsibilities as parents, 3) responsibilities as teachers, and 4) advisors. This research was conducted using qualitative methods. The key informants in this study consisted of two people, one single mother and one single father who had a child with Down syndrome. While the additional informants are three people each from a single parent. The instruments used are interviews and observations. As for the data analysis technique using data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that 1) Single parents as decision-makers were seen from single mothers who decided to take care of their children by themselves by providing physical therapy and speech therapy according to the doctor's advice, while single fathers also consulted with doctors to monitor their child's development and asked for help from the eldest child to take care of his sister. 2) The responsibility as a parent of a single mother is shown by sending their children to school to be independent and practicing communication with others as well as actively sharing information with other parents who also have Down syndrome children, while single fathers feel responsible for helping their children adjust by not feeling bad. ashamed to have a child with down syndrome. 3) The responsibility as a teacher of a single mother is shown by assisting children in doing assignments and directing them to be independent in carrying out daily activities, while single fathers do not have much time to accompany children's activities at home because of busywork. 4) The single parent as an advisor is seen from the single mother, namely giving directions slowly to the child in daily activities, while the single father understands the limitations of the child by being patient and accepting the mistakes made by the child. Keyword:Role, Single Mather, Single Father, Down Syndrome  ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya orangtua tunggal (single mother dan single father) yang memiliki anak down sndrome dalam mengasuh, membimbing dan merawat anak tanpa didampingi pasangan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peran orang tua tunggal terhadap perkembangan anak down syndrome dilihat dari: 1) Pengambil keputusan, 2) Tanggung jawab sebagai orang tua, 3) Tanggung jawab sebagai guru, dan 4) Penasehat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari dua orang yaitu satu single mother dan satu single father yang memiliki anak down syndrome. Sedangkan informan tambahan masing-masing tiga orang dari single parent.Instrumen yang digunakan yaitu wawancara dan observasi.Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Orangtua tunggal sebagai pengambil keputusan dilihat dari single mother yaitu memutuskan untuk merawat sendiri anaknya dengan memberikan terapi fisik serta terapi berbicara sesuai saran dokter, sedangkan single father juga berkonsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan anaknya dan meminta bantuan dari anak tertua untuk merawat adiknya.2) Tanggung jawab sebagai orangtua dari single mother ditunjukkan dengan menyekolahkan anak untuk bisa mandiri serta melatih komunikasi dengan orang lain disamping juga aktif berbagi informasi dengan orangtua lain yang juga memiliki anak down syndrome sedangkan single father merasa bertanggung jawab dalam membantu anak menyesuaikan diri dengan tidak merasa malu memiliki anak down syndrome. 3) Tanggung jawab sebagai guru dari single mother ditunjukkan dengan mendampingi anak mengerjakan tugas serta mengarahkan untuk bisa mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari sedangkan single father kurang memiliki banyak waktu untuk mendampingi kegiatan anak di rumah karena kesibukan bekerja. 4) Orangtua tunggal sebagai penasehat dilihat dari single mother yaitu memberitahu arahan secara perlahan kepada anak dalam kegiatan sehari-hari, sedangkan single father memahami dengan keterbatasan yang dimiliki anak dengan bersabar dan menerima kesalahan yang dilakukan anak. Kata Kunci: Peran, Single Mother, Single Father, Down Syndrome
Gambaran Penyesuaian Diri Remaja yang Diasuh oleh Orangtua Single Mother dan Single Father Rila Rahma Mulyani; Wike Puspita Belni; Sonia Andini
Jurnal Counseling Care Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Counseling Care
Publisher : Universitas PGRI SUMATERA BARAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1089.014 KB) | DOI: 10.22202/jcc.2020.v4i1.5370

Abstract

ABSTRACT This research is motivated by the existence of adolescents who are cared for by single parents who have poor communication with peers, feel inferior and often daydream, like to be alone and not open. The purpose of this study is to describe the adjustment of adolescents who are cared for by: 1) single mothers and 2) single fathers. This type of research is a descriptive qualitative type of research. The number of research informants was determined using a purposive sampling technique, amounting to 4 people, 2 teenagers from a single mother and 2 teenagers from a single father. Data collection techniques using interviews and data analysis techniques through three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that: 1) adolescents who were cared for by single mather parents felt inferior and jealous of friends who had whole families, and often compared them to their family conditions, and when they had problems they preferred to be alone and did not want to share with others. 2) Meanwhile, adolescents who are cared for by single father parents show that teenagers are still unable to solve problems with their peers, such as showing their anger if their desires are not fulfilled and prefer to leave the house if advised by their parents, and do not want to listen to other people's opinions. Keyword :Adjustment, Adolescent, Single Mother, Single Father ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya remaja yang di asuh oleh orangtua tidak utuh yang memiliki komunikasi kurang baik dengan teman sebaya, merasa minder dan sering melamun, suka menyendiri dan tidak terbuka. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan penyesuaian diri remaja yang di asuh oleh: 1) orangtua single mother dan 2) orangtua single father. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tipe deskriptif. Jumlah informan penelitian ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang berjumlah 4 orang, 2 remaja dari single mother dan 2 remaja dari single father. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan teknik analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Remaja yang diasuh oleh orangtua single mather merasa minder dan cemburu terhadap teman yang memiliki keluarga  utuh, dan sering membandingkannya dengan keadaan keluarganya, dan ketika punya masalah lebih memilih menyendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain. 2)  Remaja yang diasuh oleh orangtua single father menunjukkan bahwa remaja masih belum mampu menyelesaikan masalah dengan teman sebaya seperti menunjukkan kemarahannya jika keinginannya tidak terpenuhi dan lebih memilih keluar rumah jika dinasehati oleh orangtua, serta tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.  Kata Kunci : Penyesuaian diri, Remaja, Single Mother, Single Father
Peran Orangtua Tunggal terhadap Perkembangan Anak Down Syndrome (Studi pada Single Mother dan Single Father) Rila Rahma Mulyani; Rivoni Melati; Rahayu Khoirunnisa
Jurnal Counseling Care Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Counseling Care, [Terakreditasi Sinta 4] No: 225/E/KPT/2022
Publisher : Universitas PGRI SUMATERA BARAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/jcc.2021.v5i1.5371

Abstract

ABSTRACT This research is motivated by the existence of single parents (single mother and single father) who have down syndrome children in nurturing, guiding, and caring for children without being accompanied by a partner. The purpose of this study is to describe the role of single parents on the development of children with down syndrome seen from 1) decision-makers, 2) responsibilities as parents, 3) responsibilities as teachers, and 4) advisors. This research was conducted using qualitative methods. The key informants in this study consisted of two people, one single mother and one single father who had a child with Down syndrome. While the additional informants are three people each from a single parent. The instruments used are interviews and observations. As for the data analysis technique using data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that 1) Single parents as decision-makers were seen from single mothers who decided to take care of their children by themselves by providing physical therapy and speech therapy according to the doctor's advice, while single fathers also consulted with doctors to monitor their child's development and asked for help from the eldest child to take care of his sister. 2) The responsibility as a parent of a single mother is shown by sending their children to school to be independent and practicing communication with others as well as actively sharing information with other parents who also have Down syndrome children, while single fathers feel responsible for helping their children adjust by not feeling bad. ashamed to have a child with down syndrome. 3) The responsibility as a teacher of a single mother is shown by assisting children in doing assignments and directing them to be independent in carrying out daily activities, while single fathers do not have much time to accompany children's activities at home because of busywork. 4) The single parent as an advisor is seen from the single mother, namely giving directions slowly to the child in daily activities, while the single father understands the limitations of the child by being patient and accepting the mistakes made by the child. Keyword:Role, Single Mather, Single Father, Down Syndrome  ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya orangtua tunggal (single mother dan single father) yang memiliki anak down sndrome dalam mengasuh, membimbing dan merawat anak tanpa didampingi pasangan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peran orang tua tunggal terhadap perkembangan anak down syndrome dilihat dari: 1) Pengambil keputusan, 2) Tanggung jawab sebagai orang tua, 3) Tanggung jawab sebagai guru, dan 4) Penasehat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari dua orang yaitu satu single mother dan satu single father yang memiliki anak down syndrome. Sedangkan informan tambahan masing-masing tiga orang dari single parent.Instrumen yang digunakan yaitu wawancara dan observasi.Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Orangtua tunggal sebagai pengambil keputusan dilihat dari single mother yaitu memutuskan untuk merawat sendiri anaknya dengan memberikan terapi fisik serta terapi berbicara sesuai saran dokter, sedangkan single father juga berkonsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan anaknya dan meminta bantuan dari anak tertua untuk merawat adiknya.2) Tanggung jawab sebagai orangtua dari single mother ditunjukkan dengan menyekolahkan anak untuk bisa mandiri serta melatih komunikasi dengan orang lain disamping juga aktif berbagi informasi dengan orangtua lain yang juga memiliki anak down syndrome sedangkan single father merasa bertanggung jawab dalam membantu anak menyesuaikan diri dengan tidak merasa malu memiliki anak down syndrome. 3) Tanggung jawab sebagai guru dari single mother ditunjukkan dengan mendampingi anak mengerjakan tugas serta mengarahkan untuk bisa mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari sedangkan single father kurang memiliki banyak waktu untuk mendampingi kegiatan anak di rumah karena kesibukan bekerja. 4) Orangtua tunggal sebagai penasehat dilihat dari single mother yaitu memberitahu arahan secara perlahan kepada anak dalam kegiatan sehari-hari, sedangkan single father memahami dengan keterbatasan yang dimiliki anak dengan bersabar dan menerima kesalahan yang dilakukan anak. Kata Kunci: Peran, Single Mother, Single Father, Down Syndrome