Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

EVALUASI TINGKAT AKURASI PEMETAAN HABITAT BENTIK PERAIRAN DANGKAL PADA PERBEDAAN JUMLAH KELAS MENGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI Sugara, Ayub; Siregar, Vincentius Paulus; Agus, Syamsul Bahri
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24895/MIG.2020.22-2.1137

Abstract

Pulau Sebaru Besar merupakan salah satu pulau yang terdapat di bagian utara Kepulauan Seribu yang memliki keanekaragaman habitat perairan laut dangkal dengan ketersedian data spasial yang masih sedikit. Penginderaan jauh dengan menggunakan citra resolusi tinggi diitegrasikan dengan data observasi lapang dapat menjadi alternatif sumber informasi terkait habitat bentik perairan dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi habitat bentik perairan dangkal di Pulau Sebaru Besar Kepulauan Seribu menggunakan Citra Worldview-2 dengan penerapan 9 dan 7 kelas serta melakukan uji akurasi hasil klasifikasi. Data Citra Worldview-2 yang digunakan merupakan salah satu citra resolusi tinggi dengan resolusi spasial 1.84 x 1.84 meter2  yang diakuisisi pada 27 Mei 2018. Survei lapang habitat bentik perairan dangkal dilakukan pada tanggal 10 – 12 Mei 2018 dan 09 – 10 Desember 2018 dengan teknik foto kuadrat yang menghasilkan sample sebanyak 159 titik. Persentase tutupan habitat setiap foto kuadrat dianalisis dengan perangkat lunak Coral Point Count with Excel extensions (CPCe). Berdasarkan hasil penelitian akurasi klasifikasi pemetaan habitat bentik perairan dangkal untuk 9 dan 7 kelas dihasilkan akurasi sebesar 63.2% dan 67.5% dengan algoritma Maximum Likelihood Classification (MLC). Habitat bentik perairan laut dangkal dapat dipetakan dengan baik sehingga bisa menjadi masukan basis data informasi untuk pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) kaitannya dalam usaha monitoring habitat bentik terkhusus terumbu karang dan upaya konservasi habitat perairan laut  dangkal
Distribusi Spasial Rajungan (Portunus pelagicus) pada Musim Timur di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu Syamsul Bahri Agus; Nimmi Zulbainarni; Adriani Sunuddin; Tarlan Subarno; Aditya Hikmat Nugraha; Insaniah Rahimah; Andi Alamsyah; Rosdyani Rachmi; . Jihad
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 21 No. 3 (2016): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1924.486 KB) | DOI: 10.18343/jipi.21.3.209

Abstract

A study was carried out to assess the present status of blue swimmer crab (Portunus pelagicus) in Lancang Island, incorporating identification of fishing ground, also measurement of environmental condition and crab biometry. Monthly catch assessment was performed on JuneSeptember 2015 at three landing bases using structured questionnaire and morphometric sampling of minimum randomly selected 30 crabs. Bathymetric survey was conducted to produce depth-contoured maps combined with certain oceanographic parameters (sea surface temperature, salinity, water clarity, total suspended solids, dissolved oxygen, and nitrate-NO3) measured at 15 sampling sites. A grid map was produced to identify key areas of crab fishing grounds, recruitment habitat, and spawning habitats. During southeast monsoon, main fishing ground was distributed in the western and southern part of Lancang Island (grid C3, C4, and D5). In general, crab yields were dominated by female (66.9%) and 43.8% of them were bearing eggs. Four size classes were determined from frequency distribution of carapace width (Class 1 = 7.0-10.6 cm; Class 2 = 10.7-14.2 cm; Class 3 = 14.3-17.8 cm; and Class 4 = 17.9-21.5 cm), with Class 2 as the most prominent catch. Referring to ontogenetic migration trait of the species, presumed recruitment habitat for blue swimmer crab in Lancang Island is located at A6, where abundant juveniles were harvested in the area with strong oceanic influence and depth range of 24-30 m. Spatial coherence on the distribution of bearing egg female with several environmental parameters (sea surface temperature, salinity, and dissolved oxygen) indicates strong estuarine influence is required for crab spawning habitat at C3 and
ANALISIS REFLEKTANSI SPEKTRAL LAMUN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER DI PULAU TUNDA SERANG, BANTEN Nunung Noer Aziizah; Vincentius P Siregar; Syamsul Bahri Agus
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 6 No 2 (2015): NOVEMBER 2015
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3585.397 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.6.199-208

Abstract

Analisis reflektansi spektral suatu objek mulai banyak berkembang dan memberikan data atau informasi tentang pola spektral. Objek dalam penelitian ini adalah lamun, yang merupakan tanaman memiliki kemampuan untuk beradaptasi hidup di perairan dengan salinitas tinggi. Permasalahan yang muncul adalah sejauh mana pola spektral objek mampu memberikan gambaran yang sesuai dengan karakteristik objek di lapangan. Penelitian dilaksanakan di ekosistem lamun Pulau Tunda Kabupaten Serang pada bulan Agustus 2014 dan dilanjutkan bulan Maret 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kurva reflektansi spektral lamun, karakteristik spektral, dan identifikasi panjang gelombang yang memberikan karakteristik berbeda dari setiap jenis lamun. Pengukuran reflektansi insitu menggunakan spektrometer USB4000 menghasilkan nilai intensitas dan dianalisis menggunakan algoritma reflektansi untuk menghasilkan kurva. Kurva reflektansi memiliki dua puncak pada panjang gelombang 500-650 nm dan 700-750 nm dengan nilai tertinggi adalah 22% dipuncak pertama dan 14% dipuncak kedua. Hasil dari analisis statistik menunjukkan nilai reflektansi dari lima spesies lamun di Pulau Tunda berbeda signifikan. Berdasarkan nilai reflektansi dari lima jenis lamun dan uji Tukey yang telah dilakukan, dapat diketahui panjang gelombang penciri karena lima jenis lamun memiliki perbedaan signifikan yaitu dipanjang gelombang hijau, kuning, merah tepi, dan NIR-2.
PENGUKURAN KOEFISIEN DIFFUSE ATENUASI (Kd) DI PERAIRAN DANGKAL SEKITAR KARANG LEBAR, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Budhi Agung Prasetyo; Vincentius Paulus Siregar; Syamsul Bahri Agus; Wikanti Asriningrum
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1190.097 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.127-138

Abstract

Diffuse attenuation coefficient from downwelling irradiance measurement is one of the important oceanography parameter that provide information on light availability and the light penetration through waters column that represent the waters clarity, photosynthesis and other biological processes. Information about diffuse attenuation coefficient play an important role on the development of bio-optical algorithm on Ocean Color satellite data. The aim of this research is to know the variability of diffuse attenuation coefficient in the shallow water of Karang Lebar, Air and Panggang island using irradiance sensor from hyperspectral radiometer TriOS-RAMSES covering a wavelength range from 320 to 950 nm with 3.3 nm spectral resolution. In situ measurments performed by pull down the irradiance sensor on each depth vertically in waters column up to just before the sea floor. Overall, the measurement result showed that values of Kd(λ) had patterns tends to be decreased on blue-green region wavelength (380-480 nm) and increased again on green-red region (560-760 nm). We found that values of Kd(λ) inside of gobah area had greater values than the outside gobah, significantly the difference significantly occured on all regions that Kd(λ) values measured (F = 5.581 > F critical = 5.554), where each regions has different characteristics to each others. Kd(λ) values dominantly affected by absorbtion of chlorophyll-a with determination cofficient R2 = 0.808 compared with backscattering by suspended solid with determination coefficient R2 = 0.043. Kd(λ) values on visible wavelength regions (400-700 nm) can describe information about how far light can be detected by Ocean Color satellite from water column represented by one optical depth. Relationship of Kd(λ) values with one optical depth can be describe as exponential equation Kd(400-700 nm) = 0.6747*exp(-0.231*1ζ) with the determination coefficient R2 = 0.97.
The Impact of Tsunami on Seagrass Ecosystem in Tanjung Lesung, Banten, Indonesia Muta Ali Khalifa; Ani Rahmawati; Forcep Rio Indaryanto; Luky Adrianto; Syamsul Bahri Agus; Fery Kurniawan; Aldi Agus Setiawan; Desy Aryani; Agustin Rustam
Journal Omni-Akuatika Vol 16, No 3 (2020): Omni-Akuatika Special Issue 3rd Kripik SCiFiMaS
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.oa.2020.16.3.859

Abstract

The Sunda Strait Tsunami (end of 2018) has an impact on the seagrass ecosystem in Tanjung Lesung. This paper described the seagrass ecosystem’s changes after the tsunami disaster. Sentinel-2 satellite image processing in 2018 and 2019 was used to see changes in the seagrass area. The field data were collected from May–July 2019, including the types of seagrass ecosystems based on data seagrass existence, density and biomass. Then, the seagrass sample was analyzed biomass after the tsunami disaster. The results showed that the data from 2018 – 2019 showed decreased seagrass area from 105.86 to 77.07 ha. Seagrass density dropped quite dramatically, and the species of Halodule uninervis was no longer found. The ratio of after tsunami BG/AbG dry biomass has doubled compared to before the tsunami, which indicates the seagrass's lower biomass is higher than the upper part allegedly due to tsunami impacts. Based on the results obtained, it can be concluded that the seagrass ecosystems changed and disrupted by the tsunami. Keywords: Seagrass, Tanjung Lesung, Tsunami, Sentinel-2
HABITAT SUITABILITY AND ZONING ANALYSIS FOR GREEN TURTLE Chelonia mydas IN THE MARINE CONSERVATION AREAS OF PANGUMBAHAN TURTLE PARK, SUKABUMI Yusuf Arief Afandy; Fredinan Yulianda; Syamsul Bahri Agus; Lucy Peter Liew
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 8 No. 2 (2016): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1450.344 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v8i2.15820

Abstract

This study reviews the suitability of habitat for the green turtle in the Pangumbahan Turtle Park. The purpose of this study is to evaluate the existing zoning system and to provide recommendations of alternative zoning approach based on ecological suitability turtle habitat. Observations and fieldwork were undertaken throughout the coastal area of Pangumbahan from January to June 2015 by collecting data which include nesting site for turtles, sand temperature and moisture content, width of the beach, surface slope of the beach, vegetation cover, seagrass and secondary data. Methods of data analysis consists of suitability analysis with the spatial approach using Geographic Information System. The results of the analysis of overlay method were classified into three classes of suitability, which include very suitable covering 6,91 hectares, suitable covering 14,60 hectares and less suitable covering 37,21 hectares. The current existing zones needs to be revised using the recommended zoning system. As an implementation of the findings from this study as well as to effectively manage the conservation area based on the green turtle ecology, it is highly recommended to do a zoning system which is based on the principal of the green turtles habitat suitability to ensure the sustainability of the green turtle within the conservation area. This will ensure the zoning system suits the green turtles’ characteristics hence enabling each of the zones to effectively functioning.
PEMANFAATAN CITRA SPOT-7 UNTUK PEMETAAN DISTRIBUSI LAMUN PADA ZONA INTERTIDAL DAN PENDUGAAN KEDALAMAN PERAIRAN PULAU WAWONII Syamsul Bahri Agus; Nunung Noer Aziizah; Tarlan Subarno; Adriani Sunudin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.751 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i1.19119

Abstract

Diantara peran penting habitat lamun di lingkungan perairan laut adalah sebagai habitat bagi berbagai jenis biota laut. Ketersediaan informasi spasial padang lamun masih terdapat kekurangan yang besar, sehingga perlu terus dikembangkan metode maupun kegiatan pemetaan ekosistem padang lamun. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi spasial sebaran lamun di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara, termasuk informasi kedalaman perairan khususnya lokasi dimana lamun ditemukan tumbuh di lokasi ini. Data utama yang digunakan adalah citra multispektral SPOT-7 dengan resolusi spasial 6m. Transformasi citra menjadi data kedalaman dilakukan menggunakan algoritma rasio kanal, adapun untuk sebaran lamun diperoleh melalui klasifikasi terbimbing dengan menerapkan algoritma MLH pada pendekatan berbasis piksel. Kedua metode yang diterapkan menggunakan informasi lapangan dan data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber sebagai acuan dalam melakukan pengolahan citra digital. Kajian difokuskan pada sisi Barat dan Utara Pulau Wawonii, khususnya di perairan Kecamatan Wawonii Barat, Wawonii Utara, dan Wawonii Timur Laut. Hasil klasifikasi citra satelit menghasilkan sebaran lamun di sepanjang sisi Pulau yang menjadi fokus kajian dengan ketebalan yang berbeda. Zona persebaran lamun sangat ditentukan oleh kedalaman perairan, dimana lamun di Pulau ini umumnya ditemukan pada kedalaman kurang dari 2 m.
KLASIFIKASI HABITAT BENTIK BERBASIS OBJEK DENGAN ALGORITMA SUPPORT VECTOR MACHINES DAN DECISION TREE MENGGUNAKAN CITRA MULTISPEKTRAL SPOT-7 DI PULAU HARAPAN DAN PULAU KELAPA Nico Wantona Prabowo; Vincentius P. Siregar; Syamsul Bahri Agus
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.367 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i1.21670

Abstract

Teknik klasifikasi berbasis objek dengan algoritma machine learning SVM untuk citra resolusi tinggi di Indonesia sampai saat ini masih terbatas khususnya untuk pemetaan terumbu karang, oleh karena itu diperlukan kajian lebih lanjut mengenai perbandingan metode maupun penerapan algoritma sebagai alternatif dari proses klasifikasi. Penelitian ini bertujuan memetakan habitat bentik berdasarkan klasifikasi menggunakan metode OBIA dengan algoritma support vector machine dan decision tree di Pulau Harapan dan Kelapa. Segmentasi dilakukan menggunakan algoritma multiresolution segmentation dengan faktor skala 15. Metode OBIA diterapkan pada citra terkoreksi atmosfer dengan skema klasifikasi habitat bentik yang telah ditentukan sebelumnya. Akurasi keseluruhan dari penerapan algoritma SVM dan DT masing-masing sebesar 75,11% dan 60,34%. Analisis nilai Z statistik yang diperoleh dari penerapan dua algoritma yang digunakan yakni sebesar 2,23, dimana nilai ini menunjukkan bahwa klasifikasi dengan algoritma SVM berbeda nyata dengan hasil dari penggunaan algoritma DT.  
ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA SIRIP KUNING Thunnus albacares DI PERAIRAN SUMATERA BARAT BERDASARKAN MODEL GAM Emma Suri Yanti Siregar; Vincentius Paulus Siregar; Syamsul Bahri Agus
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v10i2.21908

Abstract

Pengunaan Generalized Additive Model (GAM) sudah umum digunakan di beberapa wilayah laut Indonesia dengan tingkat akurasi yang lebih baik. Tujuan dari penelitian adalah untuk memprediksi daerah penangkapan ikan tuna sirip kuning melalui pendekatan statistik Generalized Additive Model (GAM). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data penangkapan ikan tuna sirip kuning yang didapatkan dari logbook Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus dan data oseanografi berupa data suhu permukaan laut, klorofil-a, salinitas dan tinggi muka laut. Analisis kelimpahan ikan dinyatakan dalam nilai laju pancing (hook rate) tuna longline. Laju tangkap merupakan indeks kepadatan stok. Didalam pemodelan, dataset dibagi menjadi 2 bagian yaitu training data yang digunakan untuk pembentukan model dan evaluation data digunakan untuk memvalidasi hasil prediksi dari pemodelan. Pada penelitian ini, data tahun 2015 digunakan sebagai training data dan data tahun 2016 digunakan sebagai evaluation data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebanyak 14 model prediksi telah dihasilkan melalui pendekatan model GAM berdasarkan parameter oseanografi. Model variabel SPL+Salinitas+TML+Chl-a merupakan yang terbaik dengan nilai AIC terkecil yaitu sebesar 658,1 dan nilai deviance terbesar yaitu 56,9%. Nilai deviance memberikan pengertian model GAM tersebut dapat menjelaskan data hook rate sebesar 56,9%. Berdasarkan model GAM, daerah penangkapan ikan yang potensial pada tahun 2016 terdapat pada perairan Pulau Siberut dan Sipora.
POLA SPASIAL DAN TEMPORAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS MENGGUNAKAN DATA OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SUMATERA BARAT Mutiara Alkayakni Harahap; Vincentius Paulus Siregar; Syamsul Bahri Agus
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 2 (2019): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.054 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v11i2.22590

Abstract

The West Sumatera waters is one of the waters that has a huge potential for fish resources. Many fishing activities carried out near the coast, and fishing gear used in West Sumatra waters is a Bagan. This study aims to determine the relationships between sea surface temperature and Chl-a concentration with pelagic fish catches in West Sumatera waters. The data used were SST and Chl-a in the periode of 2014 – 2016. The variability of SST and Chl-a data was analyzed using Empirical Orthogonal Function (EOF) method. This study shows that the EOF SPL mode indicates that the overall value of SPL range is above the average (positive anomaly) with a total variance of 81.24%, while the Chl-a shows that the overall value of variability is at an average (negative anomaly) variance of 70.23%. The results of cross-correlation between SPL and pelagic fish have a lag time of 2.2 months, meaning that pelagic fish predates SST and predominantly occurs in a 6-month period. The relationship between Chl-a and pelagic fish was dominant in the 0.5 year period which showed a gap between Chl-a and pelagic fish catches with a lag time of 22 days.