Sudaryono
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

GERAK RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Agustina, Ina Helena; DJUNAEDI, ACHMAD; SUDARYONO; SURYO, DJOKO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 1 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.129 KB)

Abstract

Teori lokal mulai dikembangkan setelah adanya kegagalan teori-teori yang didasarkan oleh filsafat rasionalisme. Paradigma Postmodernisme semakin memberi peluang pengembangan teori yang berbasis lokalitas dan komunitas. Kawasan Keraton Kasepuhan yang berdiri sejak abad ke 14 kaya akan nilai-nilai lokal. Didasarkan oleh pendekatan fenomenologi menangkap suatu fenomena yang menunjukkan nilai lokalitas berupa gerak ruang. Gerak adalah keluarnya sesuatu dari titik kemungkinan menuju titik yang dimungkinkan ( Ammar, 1993). Gerak ruang yang terjadi di kawasan ini berupa gerak ruang substansi dan gerak ruang aksiden. Gerak ruang substansi yang ditunjukkan dalam fenomena gerak tradisi ke politik memiliki nilai lokal kesadaran integral dinamika spirit yang ditunjukkan oleh: 1) keyakinan terhadap tanggung jawab sebagai pemegang amanah; 2) keyakinan terhadap persatuan umat (keluarga); 3) keyakinan untuk membuka diri pada yang lain. Sedangkan gerak ruang aksiden yang ditunjukkan oleh kegiatan revitalisasi keraton memiliki nilai lokal “ kebersamaan “.
PEREMPUAN DAN RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Agustin, Ina; DJUNAEDI, ACHMAD; SUDARYONO; SURYO, DJOKO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 2 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.884 KB)

Abstract

Pada saat ini ada suatu perkembangan pemikiran yang mendikotomikan antara peran laki-laki dan perempuan. Ini dipicu oleh gerakan kaum feminis yang berkembang sejak abad Ke 18. Gerakan feminis menurut Toynbee akan mengakibatkan transformasi kebudayaan. Akan tetapi gerakan feminis ini tidak terjadi di Kawasan Keraton Kasepuhan yang masih memegang teguh adanya suatu ruang sakral yang terlarang bagi kaum perempuan. Ruang ini hingga saat ini masih terlarang untuk kaum perempuan dan belum pernah dilanggar hingga saat ini. Sakralitas ruang di kawasan keraton kasepuhan masih betahan bukan karena adanya androsentrisme melainkan karena adanya “keyakinan” terhadap nilai sakral tersebut. Keyakinan terhadap nilai sakral ini muncul karena Islam yang berkembang adalah Islam tradisional dengan membawa ajaran yang bersifat primordial. Ajaran yang menyatu dengan alam semesta.
GERAK RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Ina Helena Agustina; ACHMAD DJUNAEDI; SUDARYONO; DJOKO SURYO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 1 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v13i1.262

Abstract

Teori lokal mulai dikembangkan setelah adanya kegagalan teori-teori yang didasarkan oleh filsafat rasionalisme. Paradigma Postmodernisme semakin memberi peluang pengembangan teori yang berbasis lokalitas dan komunitas. Kawasan Keraton Kasepuhan yang berdiri sejak abad ke 14 kaya akan nilai-nilai lokal. Didasarkan oleh pendekatan fenomenologi menangkap suatu fenomena yang menunjukkan nilai lokalitas berupa gerak ruang. Gerak adalah keluarnya sesuatu dari titik kemungkinan menuju titik yang dimungkinkan ( Ammar, 1993). Gerak ruang yang terjadi di kawasan ini berupa gerak ruang substansi dan gerak ruang aksiden. Gerak ruang substansi yang ditunjukkan dalam fenomena gerak tradisi ke politik memiliki nilai lokal kesadaran integral dinamika spirit yang ditunjukkan oleh: 1) keyakinan terhadap tanggung jawab sebagai pemegang amanah; 2) keyakinan terhadap persatuan umat (keluarga); 3) keyakinan untuk membuka diri pada yang lain. Sedangkan gerak ruang aksiden yang ditunjukkan oleh kegiatan revitalisasi keraton memiliki nilai lokal “ kebersamaan “.
PEREMPUAN DAN RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Ina Agustin; ACHMAD DJUNAEDI; SUDARYONO; DJOKO SURYO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 2 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v13i2.270

Abstract

Pada saat ini ada suatu perkembangan pemikiran yang mendikotomikan antara peran laki-laki dan perempuan. Ini dipicu oleh gerakan kaum feminis yang berkembang sejak abad Ke 18. Gerakan feminis menurut Toynbee akan mengakibatkan transformasi kebudayaan. Akan tetapi gerakan feminis ini tidak terjadi di Kawasan Keraton Kasepuhan yang masih memegang teguh adanya suatu ruang sakral yang terlarang bagi kaum perempuan. Ruang ini hingga saat ini masih terlarang untuk kaum perempuan dan belum pernah dilanggar hingga saat ini. Sakralitas ruang di kawasan keraton kasepuhan masih betahan bukan karena adanya androsentrisme melainkan karena adanya “keyakinan” terhadap nilai sakral tersebut. Keyakinan terhadap nilai sakral ini muncul karena Islam yang berkembang adalah Islam tradisional dengan membawa ajaran yang bersifat primordial. Ajaran yang menyatu dengan alam semesta.