Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KOMPARASI PENCAHAYAAN BOOTH DENGAN METODE PERHITUNGAN MANUAL DAN SIMULASI RELUX DESKTOP 2020.2.3.0 Andadari, Tri Susetyo; Purwanto, LMF; Satwiko, Prasasto; Sanjaya, Ridwan
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.43746

Abstract

Sistem perhitungan pencahayaan penting untuk mengetahui jumlah dan tipe armatur, tingkat efektifitas kuat penerangan pada bidang kerja, serta untuk mengetahui besarnya pemakaian energi listrik pada suatu ruangan. Sistem perhitungan pencahayaan bisa dilakukan secara manual atau dengan simulasi menggunakan software pencahayaan. Kedua metode tersebut, menjadi alternatif pilihan bagi arsitek dalam mendapatkan formula pencahayaan buatan untuk desainnya. Namun permasalahannya adalah bagaimanakah perbandingan ketepatan kedua metode tersebut? Bagaimanakah hasil kedua metode tersebut terhadap standar yang berlaku? Dan bagaimanakah kualitas hasil perhitungan kedua metode tersebut? Untuk itulah, penelitian ini berusaha membandingkan metode perhitungan pencahayaan secara manual dan secara simulasi agar hasilnya bisa digunakan sebagai acuan arsitek dalam menentukan sistem perhitungan pencahayaan yang tepat pada desainnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan metode komparatif dan menggunakan booth sebagai media uji. Software simulasi yang dipilih adalah Relux Desktop versi 2020.2.3.0, dengan pertimbangan sudah lama release, mudah pengoperasionalannya dan banyak digunakan oleh praktisi.  Hasil akhir menunjukkan bahwa luaran perhitungan sistem pencahayaan secara simulasi (1) lebih akurat dengan deviasi maximal 4%, (2) rerata besar kuat penerangan pada bidang kerja dan pemakaian energi listrik lebih rendah terhadap standar yang berlaku dan (3) kualitas luaran lebih lengkap berupa kalkulasi, gambar perspektif sebaran cahaya dan gambar kontur sebaran pencahayaan sesuai titik lampu. BOOTH LIGHTING COMPARISON WITH MANUAL AND RELUX DESKTOP 2020.2.3.0 SIMULATION CALCULATION METHODS  The lighting calculation system is essential to determine the number and type of armature, light strength effectiveness, and electrical energy consumption. The lighting calculation system can be done manually or with simulation software. Both methods are alternative architects to obtain artificial lighting formulas. The problem is how to compare the accuracy of the two methods? How do the results of the two methods against the prevailing standards? And how is the quality of the results of the two methods? This study seeks to compare manual and simulation lighting calculation methods so that the results can be used as a reference for architects in determining the appropriate lighting calculation system. This research is an experimental study, with a comparative method and using a booth as a medium. The simulation software uses Relux Desktop version 2020.2.3.0, because it has been released for a long time, is easy to operate, and is widely used by architects. The final results show that the simulation output of the lighting system is (1) more accurate with a maximum deviation of 4%, (2) the average light strength in the work area, and the use of electrical energy is lower than the prevailing standards and (3) the quality of the output is more complete in the form of calculations, perspective drawing of light distribution and contour drawing of lighting distribution according to the position of the light points.
STUDY OF DIGITAL ARCHITECTURE TECHNOLOGY: THEORY AND DEVELOPMENT Andadari, Tri Susetyo; Purwanto, LMF; Satwiko, Prasasto; Sanjaya, Ridwan
Journal of Architectural Research and Education Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Journal of Architectural Research and Education
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.136 KB) | DOI: 10.17509/jare.v3i1.30500

Abstract

Abstract - In the beginning of the 20th century, computerization has developed rapidly affected in all aspects of human life. Computer is not only simplified everything, but it has become an instrument which turned into something that is never thought before. In architecture, digital technology is not only impacted on the architectural planning and design aspects but also on the manufactured finished product. This is the study of literature along with interpretation of the author discussing about the phenomenon of the digital architecture development related to the theory, philosophical study, its evolution and development, as well as a deeper analysis to a few studies on the digital technology especially in the realm of architecture. 
ANALISIS EMISI KARBON RUMAH TIPE-45 DI KOTA PALANGKARAYA DENGAN SINGLE-SUBJECT EXPERIMENTAL Pandu, Aria Zabdi Alias Dian; Purwanto, LMF
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 14, No 2 (2021): Jurnal Arsitektur Komposisi
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jars.v14i2.4610

Abstract

Abstraksi: Karbon adalah salah satu penyumbang Gas Rumah Kaca (GHG/Green-house Gases) yang signifikan. Peningkatan jumlah karbon di udara menyebabkan peningkatan suhu global dan perubahan iklim yang terjadi. Industri adalah salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, termasuk di dalamnya industri perumahan yang menghasilkan emisi karbon yang besar mulai dari tahapan pra-konstruksi, konstruksi hingga pasca-konstruksi. Rumah tipe-45 merupakan tipikal rumah cukup diminati di Kota Palangka Raya. Lahan gambut merupakan salah satu penyimpan karbon terbesar di dunia . Kebutuhan perumahan di Kota Palangka Raya sebagian besar mengalihfungsikan lahan gambut menjadi permukiman. Proses pengeringan lahan gambut melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer. Penelusuran literatur, pengamatan lapangan dan analisis perhitungan pada subyek tunggal dilakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa emisi karbon selama proses pra konstruksi sebesar 13,33 kgCO2 atau sebesar 0,05 %, emisi konversi lahan gambut sebesar 1.182,50 kgCO2 atau sebesar 2,54% emisi karbon selama tahapan konstruksi adalah 22.179,01 kgCO2 atau sebesar 92,24 %, dan emisi karbon dalam tahapan pasca-konstruksi adalah sebesar 2413,47 kgCO2 atau sebesar 5,19 %. Setelah penggunaan bangunan selama 25 tahun, terjadi perubahan proporsi emisi karbon secara signifikan pada tahapan konstruksi (menjadi 41,08%) dan pasca konstruksi (menjadi 57,78%).Kata kunci: jejak karbon, emisi karbon, rumah tipe 45, konversi lahan gambut, perubahan iklimTitle: Analysis of Carbon Emissions for Type-45 Houses in Palangkaraya City with Single-Subject ExperimentalAbstract: Carbon is a significant contributor to Greenhouse Gases (GHG). The increase of carbon concentration in the air causes an increase in global temperature and promoting climate change. The industry is one of the most significant contributors to carbon emissions, including the housing industry, which produces significant carbon emissions from pre-construction to post-construction stages. The type-45 house is a typical house that is quite popular in Palangka Raya City. Peatlands are one of the largest carbon stores in the world. Most of the housing needs in Palangka Raya City have converted peatlands into settlements. The process of draining peatlands releases large amounts of carbon into the atmosphere. Literature search, field observation, and calculation analysis on a single subject were carried out in this study. In this study, the results showed that carbon emissions during the pre-construction process were 13.33 kgCO2 or 0.05%, peatland conversion emissions were 1,182.50 kgCO2 or 2.54% carbon emissions during the construction stage were 22,179.01 kgCO2 or amounted to 92.24%, and carbon emissions in the post-construction stage amounted to 2413.47 kgCO2 or 5.19%. After using the building for 25 years, there was a significant change in the proportion of carbon emissions at the construction stage (to 41.08%) and post-construction (to 57.78%).Keywords: carbon footprint, carbon emission, type-45 house, peatland conversion, climate change
Radiasi termal pada smart glass sebagai komponen courtyard dalam rumah tinggal modern tropis Destiawan, Wawan; Purwanto, LMF
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v4i2.468

Abstract

Pada iklim tropis di Indonesia energi melewati jendela lebih banyak sebagai radiasi termal dari matahari. Banyak hunian di Indonesia yang didesain dengan menggunakan courtyard. Dengan adanya courtyard ini diharapkan lebih banyak memfungsikan atau memanfaatkan iklim tropis yang dialiran pada bangunan melalui jendela. Tuntutan ini yang membuat sistem kinerja hunian agar mampu mengadaptasi iklim. Courtyard menjadi salah satu upaya untuk mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, dengan adanya ruang terbuka dalam bagian rumah inilah diharapkan mampu membawa panas yang ada dalam bangunan untuk keluar. sehingga upaya untuk penghematan energi dapat dicapaiMetode yang digunakan  pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif dari hasil studi literatur yang sudah ada sebelumnya mengenai radiasi termal pada smart window dan proses Analisa dilakukan berdasarkan pengamatan pada hasil simulasi. Proses simulasi  akan digunakan sebagai parameter untuk melihat pada courtyard dalam ruamh tinggal modern tropis.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa material kaca pada jendela ini mampu memasukkan cahaya sebesar 620 W/m2 ke dalam ruangan, dan apabila menggunakan smart glass maka reduksi cahaya yang masuk dapat mencapai ±300 W/m2. Pengunaan smart glass ini mampu menunjang fungsi courtyard, dengan memasukan cahaya yang cukup dan angin kedalam ruangan. Namun yang menjadi pertimbangan berikutkan dalam pengaplikasian smart glass ini haru dipikirkan Kembali karena biaya produk tinggi.
Komparasi Distribusi Pencahayaan Alami, Rumah Panggung dengan Rumah Tidak Panggung Mufidah, Mufidah; Purwanto, LMF; Satwiko, Prasasto
Arsir Vol 5, No 2 (2021): Arsir
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v5i2.3674

Abstract

Dewasa ini desain rumah tinggal di Surabaya cenderung mempunyai ukuran relatif kecil, dengan pola tatanan berderet dan berhimpit dengan bangunan tetangga, mempunyai jumlah lantai lebih dari satu. Kondisi ini mengakibatkan semakin sulit mendapatkan kenyamanan visual (pencahayaan alami) di dalam bangunan, terutama untuk ruangan di bawah lantai. Selain itu, dengan semakin banyak memasukkan pencahayaan alami dari atap dan dinding muka bangunan, maka radiasi matahari juga ikut masuk ke dalam bangunan. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif desain yang dapat menambah luasan selubung bangunan, namun tidak langsung berhadapan dengan radiasi matahari, salah satunya dengan menggunakan lantai panggung. Tujuan dalam penelitian ini adalah mempelajari kinerja pencahayaan pada  desain rumah panggung dibandingkan dengan rumah tidak panggung, yang lantai dasarnya menempel di atas permukaan tanah. Metode penelitian ini menggunakan komparasi, dengan membandingkan pola distribusi perolehan daylight factor pada rumah tinggal tidak panggung (RTP) dibandingkan dengan rumah panggung (RP). Software yang digunakan dalam simulasi adalah Ecotect Analysis 2011, dengan menggunakan data iklim dari stasiun pengukuran iklim Gedangan, Surabaya. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa pada pola distribusi daylight foctor pada rumah panggung lebih merata dibandingkan dengan rumah tidak panggung, baik secara horizontal pada lantai, maupun secara vertikal pada dinding bangunan. Selain itu juga tidak terjadi kontras pada pencahayaan di dalam ruang, sehingga ruangan tetap nyaman.
TRANSFORMASI TIPOLOGI RUANG KETIGA KARENA PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DIGITAL Bachtiar, Firmansyah; Sanjaya, Ridwan; Purwanto, LMF
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 6, No 2 (2023): Vol 6, No 2 (2023): Jurnal Arsitektur Zonasi juni 2023
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v6i2.54607

Abstract

Abstrak: Rutinitas manusia yang melibatkan kegiatan bermukim dan bekerja memunculkan kebutuhan untuk bersosialisasi secara informal dan kasual. Ruang untuk bersosialisasi ini menurut teori Oldenburg disebut sebagai Ruang Ketiga, dan muncul dalam berbagai bentuk seperti kafe, kedai kopi, restaurant hingga ruang terbuka kota. Sejalan dengan perkembangan teknologi digital dan peradaban manusia, karakteristik Ruang Ketiga mulai berubah karena perubahan aktivitas dan kebutuhan ruang penggunanya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui studi literatur terkait Ruang Ketiga dan teknologi digital khususnya terkait immersive media dan pengaruhnya dalam penciptaan interaksi dan wujud arsitektur baru dari suatu ruang interaksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat jejak perubahan yang dapat diamati selama perkembangan peradaban masyarakat pada era sebelum perkembangan teknologi digital (Society 1.0, 2.0, 3.0) hingga pada era perkembangan teknologi digital (Society 4.0, 5.0). Perubahan tersebut dapat dilihat pada transformasi hubungan interaksi antara ruang dan bagaimana karakteristik keruangan yang baru muncul untuk mewadahi perpaduan interaksi sosial di dunia nyata dan di dunia virtual. Temuan yang dihasilkan dapat memberikan gambaran mengenai peran arsitektur untuk membentuk lingkungan sosial dalam suatu dunia virtual. Living and working as human daily activities need to be combined with the existence of casual social activities. The space for social interaction is defined as Third Place based on Oldenburg's theory. It appears in various forms such as cafes, coffee shops, restaurants, and urban open spaces as well. In line with the development of digital technology, the characteristics of the Third Place began to change due to the activities and space requirements of its users. This research was carried out using a qualitative approach through literature studies related to the Third Place and digital technology, especially immersive media and its influence in creating interactions and new architectural forms of a social interaction space. This study aims to look at typology that can be observed during the development of society era before the digital ages (Society 1.0, 2.0, 3.0) until the era of digital ages (Society 4.0, 5.0). These changes can be seen in the transformation of interaction relations between spaces and how new spatial characteristics of space will emerge to accommodate the variety of social interactions in the real world and in the virtual world. The findings can provide an overview of the role of architecture to shape the social environment in a virtual world.Keywords: third place, digital age, space, typology
Kajian Literatur : Etnografi Digital Sebagai Cara Baru Dalam Pencarian Data Dalam Proses Perencanaan Arsitektur Effendi, Andrey Caesar; Purwanto, LMF
Aksen : Journal of Design and Creative Industry Vol. 6 No. 1 (2021): Aksen : Journal of Design and Creative Industry
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/aksen.v6i1.2103

Abstract

The use of digital technology today can be said to be inseparable in our daily lives. Digital technology isslowly changing the way we communicate with others and the environment. Socialization that is usuallyface-to-face in the real world now can be done to not having to meet face-to-face in cyberspace. Thisliterature review aims to see a change in the way of obtaining data that is growing, with the use of digitaltechnology in ethnographic methods. The method used in this paper is to use descriptive qualitativeresearch methods by analyzing the existing literature. So it can be concluded that the use of digitalethnography in the architectural programming process can be a new way of searching for data at thearchitectural programming stage.