Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Hubungan Produksi IFN- dan IL-4 dengan Pengobatan Strategi DOTS fase intensif pada Penderita Tuberkulosis Paru Sri Andarini Indreswari; Suharyo Hadisaputro; Marsetyawan HNE Soesatyo; Yudhy Dharmawan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2008: CONTINUING MEDICAL AND HEALTH EDUCATION (CMHE) | Peran Biomolekuler dalam Penegakan Diagnosis
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.051 KB)

Abstract

Latar Belakang: Tuberkulosis paru masih menjadi masalah utama di seluruh dunia, terutama di Negara sedang berkembang. Di Indonesia hasil pengobatan dan konversi belum optimal. Banyak penyebab kekurang berhasilan pengobatan ini belum diketahui, khususnya yang berkaitan dengan faktor imunologi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan produksi IFN- dan IL-4 dengan kesembuhan klinis, dalam hal ini terjadinya konversi BTA pasca 2 bulan pengobatan dengan strategi DOTS.Metoda: Rancangan penelitian adalah nested case control, pada penderita baru tuberkulosis paru dengan pemeriksaan sputum BTA positip yang mendapat pengobatan strategi DOTS selama 2 bulan. Kasus adalah penderita yang tidak mengalami konversi pasca 2 bulan pengobatan (BTA tetap positip), sedangkan kontrol adalah penderita yang mengalami konversi pasca 2 bulan pengobatan (BTA menjadi negatip). BTA sebagai hasil pemeriksaan Ziehl Neelsen yang diteruskan dengan tes Niasin. Produksi IFN-dan IL-4 di dalam serum diperiksa dengan metode ELISA. Untuk uji beda rata-rata produksi sitokin antara kasus dan kontrol dilakukan analisis dengan T- test.Hasil: Jumlah sampel 73, diperoleh dari 158 penderita baru berobat jalan yang diikuti selama 2 bulan, terdiri dari 34 kasus (14 diperiksa sitokin) dan 39 kontrol (21 diperiksa sitokin). Penelitian dilakukan di BP4, 12 Puskesmas dan RSUD Kota Semarang. Produksi rata-rata IFN- di dalam serum pasca 2 bulan pengobatan berbeda secara signifikan antara kasus dan kontrol dengan stimulasi PPD 0,5 ug/mL dan PPD 5 ug/mL. Tidak terdapat perbedaan antara kasus dan kontrol pada produksi rata-rata IL-4 dengan semua stimulasi dan tanpa stimulasi.Simpulan: Perbedaan secara signifikan antara kasus dan kontrol pasca 2 bulan pengobatan dalam produksi sitokin (IFN-) bersifat spesifik (hanya dengan stimulasi antigen). Produksi IL-4 tidak terdeteksi kecuali dengan stimulasi PHA, tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara kasus dan kontrol.Kata kunci: Tuberkulosis, Interferon-, Interleukin-4, DOTS
Hipotiroidisme pada Wanita Usia Subur (WUS) di Daerah Pertanian: Penelitian di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Suhartono Suhartono; Sri Djokomoeljanto; Suharyo Hadisaputro; Hertanto Wahyu Subagio; Apoina Kartini
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2010:MMI VOLUME 44 ISSUE 1 YEAR 2010
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.499 KB)

Abstract

Background: Hypothyroidism can cause infertility, spontaneous abortion, fetal growth-development disorders, placental abruption and prematurity. Exposure to pesticides, both of organochlorines and organophosphate, can cause hypothyroidism. The aim of the study was to examine the prevalence of hypothyroidism in WCA in agricultural areas.Methods: A cross-sectional study was conducted in two hundred and eight women of WCA who were randomly selected from four villages and TSH levels were examined. The TSH cut-off point for the diagnosis of hypothyroidism was 4.5 μIU/mL. In a sub-sample, fT4 levels, UEI and thiocyanate in urine, were also examined. Result: The mean level of TSH was 3.66 (±5.330) μIU/mL, the lowest value was 0.05, and the highest was 60 µIU/mL; the median was 2.38 μIU/mL; the mean FT 4 (n=89) was 16.207±3.0438 pmol/L; UEI median value (n=41) was 288.0 mcg/L; while the mean of urinary thiocyanate levels (n=41) was 1.468±1.25 mcg/mL. There were 47 WCA (22,6%) with hypothyroidism, 46 of which (97.9%) are sub-clinical hypothyroidism.Conclusion: The prevalence of hypothyroidism in WCA was 22.6% and almost all women had sub-clinical hypothyroidism. Pesticide exposure is suspected as a risk factor for hypothyroidism in this population.ABSTRAKLatar belakang: Hipotiroidisme merupakan keadaan, di mana kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi hormon cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Pada WUS, hipotiroidisme dapat menyebabkan infertilitas, abortus spontan, gangguan tumbuh-kembang janin, placental abruption dan bayi lahir sebelum waktunya. Pajanan pestisida, baik dari golongan organoklorin maupun organofosfat, dapat menyebabkan hipotiroidisme. Penelitian ini bertujuan mengkaji berapa besar prevalensi hipotiroidisme pada WUS yang bertempat tinggal di daerah pertanian.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. 208 WUS dipilih secara acak dari empat desa dan dilakukan pemeriksaan kadar TSH. Diagnosis hipotiroidisme ditegakkan berdasarkan kadar TSH 4,5 µIU/mL. Pada sebagian WUS (sub-sampel) dilakukan pemeriksaan kadar fT4, UEI dan kandungan tiosianat dalam urin. Hasil: Rerata kadar TSH adalah 3,66 (±5,330) µIU/mL, nilai terendah 0,05, nilai tertinggi 60 µIU/mL sedangkan median TSH 2,38 µIU/mL; rerata fT 4 (n=89) adalah 16,207±3,0438 pmol/L; nilai median UEI (n=41) adalah 288,0 µg/L; rerata kadar tiosianat urin (n=41) adalah 1,25±1,468 µg/mL. Didapatkan 47 WUS (22,6%) dengan hipotiroidisme, 46 di antaranya (97,9%) adalah hipotiroidisme sub-klinik.Simpulan: Prevalensi hipotiroidisme pada WUS sebesar 22,6%, hampir semuanya hipotiroidisme sub-klinik. Pajanan pestisida patut dicurigai sebagai faktor risiko pada WUS di daerah pertanian yang diteliti ini.
PENGARUH KEDALAMAN MENYELAM, LAMA MENYELAM, ANEMIA TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DEKOMPRESI PADA PENYELAM TRADISIONAL Halena Isrumanti Duke; Sri Rahayu Widyastuti; Suharyo Hadisaputro; Shofa Chasani
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 12. No. 2. Tahun 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.847 KB)

Abstract

Latar Belakang:Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan dengan cepat di sekitarnya. Faktor-faktor yang diduga meningkatkan dekompresi adalah kedalaman menyelam, lama menyelam, dan anemia.Tujuan :Untuk menjelaskan besarnya pengaruh kedalaman menyelam, lama menyelam, anemia terhadap kejadian penyakit dekompresi pada penyelam tradisional. Metode :Penelitian mix methode desain studi kasus kontrol yang diperkuat dengan  indepth interview ini dilakukan terhadap 46 responden, meliputi 23 kasus (penyelam tradisional penderita penyakit dekompresi) dan 23 kontrol (penyelam tradisional bukan penderita penyakit dekompresi) yang diambil secara purposive sampling. Instrument penelitian adalah  kuesioner wawancara. Analisis data secara univariat, bivariat (chi-square), dan multivariat (logistic regression).Hasil :Kedalaman  menyelam  ≥ 30 meter (OR = 6,62; 95% CI = 1,059 – 41,390, p<0.043), lama menyelam ≥ 2 jam (OR = 61,680; 95% CI = 3,687 – 1031,93, p<0.004) dan anemia (OR = 14,453, 95% CI = 2,146-97,346, p<0.006) berpengaruh terhadap kejadian penyakit dekompresi.Kesimpulan :Kedalaman  menyelam ≥ 30 meter, lama menyelam  ≥ 2 jam, dan anemia berpengaruh terhadap kejadian penyakit dekompresi dengan probabilitas 94,45%.
EFEKTIVITAS FOOT HAND MASSAGE TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT : STUDI DI RUANG ICCU RSUD.DR. ISKAK TULUNGAGUNG Awan Hariyanto; Suharyo Hadisaputro; Supriyadi -
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 2, No 3 (2015): Desember 2015
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.448 KB)

Abstract

Latar Belakang : Infark miokard akut (IMA) terjadi kerusakan jaringan jantung akibat kekurangan suplai oksigen menimbulkan nyeri dada, nyeri ini dapat menyebabkan frustasi dan penurunan kualitas hidup. Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dada baik dengan farmakologis dan non farmakologis, salah satu intervensi nonfarmakologis adalah foot hand massage. Metode : Desain penelitian ini menggunakan  Randomized Pretest-Postest Control Group Design. Pengambilan sampel dengan simple random sampling besar sampel  36 responden terdiri 18 kelompok perlakuan dan 18 kelompok kontrol. Analisis data secara univariat dengan table distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan paired t-test, wilcoxon untuk kelompok berpasangan, untuk kelompok tidak berpasangan menggunakan independen t-test, mann-whitney dengan taraf signifikansi ≤ 0,05 Hasil: Foot hand massage berpengaruh terhadap respon fisiologis nyeri ( kelompok berpasangan ) p-value: tekanan darah systole  0,001 diastole 0,004, nadi 0,004, respirasi 0,001, suhu 0,059, lekosit 0,001, intensitas nyeri 0,001. Kelompok tidak berpasangan sesudah perlakuan p-value : tekanan darah sistole 0,034, diastole 0,010 nadi 0,001, respirasi 0,024, suhu 0,557, lekosit 0,019, intensitas nyeri 0,001. Simpulan: Pasien infark miokard akut yang diberikan foot hand massage selama 4 kali 20 menit dalam 2 hari bersama dengan pengobatan standart dapat memberikan respon fisiologis nyeri pada tekanan darah sistole, diastole, nadi , respirasi, lekosit darah dan pada kelompok perlakuan 94% intensitas nyeri menurun skala ringan, tapi tidak berespon terhadap suhu. Saran: Foot hand massage sangat efektif dan dapat digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan non farmakologi untuk mengatasi nyeri infark miokard akut Kata Kunci : Foot Hand Massage, Nyeri, Infark Miokard Akut
PARASIT Plasmodium sp PADA TERNAK KAMBING ETAWA DI DAERAH ENDEMIK MALARIA KABUPATEN PURWOREJO Didik Sumanto; Suharyo Hadisaputro; Mateus Sakundarno Adi; Siti Susanti; Sayono Sayono
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 20 No 1 (2021): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOLUME 20 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jek.v20i1.4092

Abstract

ABSTRACT Kaligesing Subdistrict, Purworejo Regency, is a malaria endemic area in Central Java Province, with an Annual Parasite Incidence (API) of 0,32‰ in 2017 with the confirmed vector being An. aconites and An. maculatus. Anopheles zoophagic nature and existence of livestock around the residence has an important role as a barrier to the transmission of malaria. One type of livestock that is widely cultivated by the community is the type of “Etawa” goat. This study aims to determine the type of Plasmodium found in livestock. This is a descriptive study with cross-sectional design and 97 samples were taken by purposive sampling. The variables analyzed were the distance between the cage and the place of residence, the presence of parasites in the blood of cattle and mosquitoes eviction attempts by the community. Examination conducted by microscopic blood clots with Giemsa staining. The results of the examination, found 4 slides (4,12%) positive for Plasmodium sp in goat blood with the cage located less than 10 meters from the residence. Parasites of Plasmodium vivax (75%) and Plasmodium falciparum (25%) trophozoites were detected in 4 goats (4,1%). A total of 75,3% of community activities burn straw around the animal enclosures, in an effort to repel mosquitoes. Etawa goats as a potential barrier in the village Jatirejo District of Kaligesing, found with P. vivax and P. falciparum. Further research is needed using molecular methods to strengthen the findings. Keywords: Malariae, Plasmodium sp, etawa goats ABSTRAK Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, merupakan wilayah endemik malaria di Provinsi Jawa Tengah, dengan Annual Parasite Incidence (API) 0,32‰ tahun 2017 dan vektor terkonfirmasi adalah An. aconitus dan An. maculatus. Sifat zoofagik Anopheles dan keberadaan ternak di sekitar tempat tinggal mempunyai peran penting sebagai barrier dalam penularan malaria. Salah satu jenis ternak yang banyak dibudidayakan masyarakat adalah jenis kambing etawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis Plasmodium yang terdapat pada ternak tersebut. Penelitian bersifat deskriptif dengan disain cross-sectional dan sebanyak 97 sampel diambil secara purposive sampling. Variabel yang di analisa adalah jarak kandang dengan tempat tinggal, keberadaan parasit dalam darah ternak dan kegiatan upaya pengusiran nyamuk oleh masyarakat. Pemeriksaan sediaan darah dilakukan secara mikroskopis dengan pewarnaan giemsa. Hasil pemeriksaan, ditemukan 4 slide (4,12%) positif Plasmodium sp pada darah kambing dengan letak kandang berjarak kurang dari 10 meter dari rumah tinggal. Terdeteksi adanya parasit tropozoit Plasmodium vivax (75%) dan tropozoit Plasmodium falciparum (25%) yang ditemukan pada 4 ekor kambing (4,1%). Sebanyak 75,3% kegiatan masyarakat membakar jerami di sekitar kandang ternak, sebagai upaya mengusir nyamuk. Ternak kambing Etawa berpotensi sebagai barrier di Desa Jatirejo Kecamatan Kaligesing, dengan ditemukan parasit P. vivax dan P. falciparum. Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode molekuler untuk memperkuat hasil temuan. Kata kunci: Malaria, Plasmodium sp, kambing etawa
HUBUNGAN FREKUENSI PENYELAMAN, LAMA MENYELAM, PILEK, DAN MEROKOK, TERHADAP KEJADIAN BAROTRAUMA TELINGA TENGAH PENYELAM TRADISIONAL Ishak Martinus; Suharyo Hadisaputro; Munasik Munasik
Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.354 KB) | DOI: 10.33366/jc.v8i1.1175

Abstract

Inability to equate middle ear space pressure with the surrounding environment can cause tissue damage or barotrauma. Factors influencing the incidence of middle ear barotrauma in traditional divers are colds, smoking, frequency of diving and length of diving. The purpose of explaining the factors related to the occurrence of barotrauma in the middle ear of traditional breath-resistant divers. The analytic observational research design with cross sectional approach is supported by in-depth interviews, by conducting interviews using questionnaires and otoscopy examinations of respondents to determine the events of middle ear barotrauma. The study population was traditional divers, totaling 78 respondents. The dependent variable is the occurrence of barotrauma in the middle ear of traditional divers, the independent variable with colds, smoking habits, frequency of diving and length of diving, data analysis using bivariate and multivariate. Results as many as 32 people (41.0%) of 78 respondents experienced middle ear barotrauma. Bivariate analysis showed a correlation between the frequency of diving with the events of the middle ear barotrauama p = 0.012. Logistic regression test showed the significance value of the frequency of diving ≥ 4 days / week (p = 0.0106; PR = 5.310; 95% CI = 1.619-17.413). Conclusion of factors related to the incidence of middle ear barotrauma in traditional divers is the frequency of diving hari 4 days / week, with a probability of 38.13%.
POLISI LALU LINTAS DI KOTA SEMARANG BERISIKO OBESITAS Emy Herliani; Muhammad Saleh; Sakundarno Adi; Anies Anies; Bagoes Widjanarko; Suharyo Hadisaputro; Sumy Hastry Purwanti
Pena Medika Jurnal Kesehatan Vol 5, No 1 (2015): PENA MEDIKA JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pmjk.v5i1.350

Abstract

Obesity is a condition due to the imbalance of calories in the body. Obesity which appears in adolescence tend to continue into adulthood, and until the elder years. The purpose of this study is to determine the influence of obesity risk factors in traffic police.Methods : The design used case-control. The number of respondents were 90,  which  consist  of  45  cases  and  45 controls, which were selected using simple random sampling. Bivariate data analysis used chi-square and multivariate used logistic regression.Results : Two variables that were significantly associated are excessive calorie intake rate (OR = 10.95 and 95% CI = 3.22 to 37.16) and lack of physical activity (OR = 3.78 and 95% CI = 1.04 to 13 ,66). If respondents possess both of the factors, chances for obesity will equal to ( 88 % ).Conclusion : Risk factors are excessive calorie intake rate and lack of physical activity. It is expected to increase the role of leaders and institutions involved in the promotion of healthy living and obesity prevention through socialization. Keywords : Obesity, risk factors, excessive calorie intake rate, lack of physical activity
NEGLECTED TROPICAL DISEASES: FOCUS IN INDONESIA Suharyo Hadisaputro
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No. 4 (2019)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
EFFECTIVENESS OF PRENATAL YOGA ON PREGNANCY ANXIETY AND DEPRESSION: A SYSTEMATIC REVIEW Ismi Puji Astuti; Suharyo Hadisaputro
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No. 4 (2019)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Physiological and psychological changes during pregnancy process can cause discomfort to pregnant women. During pregnancy, pregnant women from developed and developing countries tend to have an increase in anxiety and symptoms of depression. If not properly managed, those situations can adversely affect maternal and infant health. This systematic review is to explore the effectiveness of yoga in order to reduce anxiety and depression in pregnant women. Methods: This systematic review was based on Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis Protocols (PRISMA Protocol). Publication screening was carried out by filtering the 2009-2019 English and Indonesian articles from electronic data sources, namely PubMed, PsycINFO, Google Scholar and Science Direct. The keywords used in the literature searching were ‘anxiety’, ‘depression in pregnancy’, ‘prenatal yoga’, ‘yoga in pregnancy’, ‘pregnancy’, and ‘complementary and alternative medicine in pregnancy’. Results: The search identified 368 record, of which 8 articles were included in this study. Studies regarding to the effect of yoga in pregnant women has been shown to reduce anxiety scores, pregnancy depression, anger, sleep disorders, lower maternal cortisol hormones, improve maternal immunity and neonatal outcomes. Conclusion: Yoga could be applied as a complementary therapy that was easy, low cost, and useful for reducing anxiety and depression in pregnant women.
HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 Ratna Muliawati; Tjokorda Gde Dalem Pemayun; Suharyo Hadisaputro
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 8 No 1 (2018): April
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.335 KB) | DOI: 10.32583/pskm.8.1.2018.49-55

Abstract

ABSTRAK Stroke menempati urutan kedua penyebab kematian dan penyebab utama kecacatan jangka panjang. Prevalensi stroke pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) mengalami peningkatan dan penderita diabetes berisiko 3-4 kali lebih besar menderita stroke iskemik dibandingkan non-diabetes. Penderita DMT2 seringkali disertai dengan tekanan darah tinggi. Informasi mengenai hubungan tekanan darah denganstroke iskemik pada penderita DMT2 masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan stroke iskemik pada penderita DMT2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol. Kelompok kasus adalah 48 orang penderita stroke iskemik dengan DMT2, dan kontrol adalah 48 orang penderita stroke iskemik non DM. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Pengumpulan data melalui catatan rekam medis penderita stroke iskemik di RSUP dr. Kariadi Semarang. Data dianalisis secara bivariat dengan menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah tinggi dengan kejadian stroke iskemik pada penderita DMT2 (nilai p 0,044, OR (95%CI) sebesar 2,88 (1,00 – 8,30. Penderita DMT2 disarankan untuk mengontrol tekanan darah agar dapat meminimalkan risiko terjadinya stroke iskemik. Kata kunci : Tekanan Darah, Stroke Iskemik, Diabetes Mellitus Tipe 2 THE RELATIONSHIP OF BLOOD PRESSURE WITH ISCHEMIC STROKE IN PATIENTS WITH DMT2 ABSTRACT Stroke is the second leading cause of death and the leading cause of long-term disability. The prevalence of stroke in patients with Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2) has increased and diabetics are at 3-4 times greater risk of ischemic stroke than non-diabetics. People with DMT2 are often accompanied by high blood pressure. Information on the relationship of blood pressure with ischemic stroke in patients with DMT2 is still limited. This study aims to determine the relationship of blood pressure with ischemic stroke in patients with DMT2. This study is observational analytic study with case-control design. The case group was 48 ischemic stroke patients with DMT2, and control was 48 people with non-DM ischemic stroke patients. This study used consecutive sampling. Data collection through medical records of patients with ischemic stroke in dr. Kariadi Semarang. Data were analyzed by chi square test. The results showed that there was a correlation between high blood pressure and the incidence of ischemic stroke in patients with DMT2 (p value 0.044, OR (95% CI) of 2.88 (1.00 to 8.30). DMT2 patients were advised to control blood pressure in order to minimize the risk of ischemic stroke. Keywords: Blood Pressure, Ischemic Stroke, Diabetes Mellitus Type 2