Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PERBANDINGAN EKSTRAKSI DNA Salmonella typhi DARI KULTUR DARAH METODE SPIN COLUMN DAN ALCOHOL BASED Fauziyah Fadllan; Ai Djuminar; Acep Tantan; Asep Dermawan; Ernawati Ernawati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.143 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.745

Abstract

Penggunaan metode biologi molekular seperti PCR dapat mempercepat diagnosis demam tifoid serta memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun sampel yang berasal dari kultur darah mengandung Sodium polyanethole sulfonate (SPS) yang merupakan inhibitor bagi proses PCR. Proses eliminasi SPS terdapat pada tahap ekstraksi DNA sehingga perlu dipilih metode yang tepat untuk mengekstraksi sampel kultur darah agar proses PCR berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil ekstraksi DNA Salmonella typhi dari kultur darah menggunakan metode Spin column dan Alcohol based. Metode penelitian yang digunakan bersifat eksperimental, dengan membandingkan ekstraksi DNA dari dua metode tersebut ditambah dengan pengenceran sampel 10-1, 10-2, 10-3 dan 10-4 untuk meminimalkan potensi SPS. Hasil ekstraksi kemudian di PCR dan divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarose serta didukung dengan pemeriksaan bakteriologis isolat s.typhi pada kultur MCA, uji API 20E dan uji serologi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa metode Alcohol based berhasil dalam mengekstraksi sampel kultur darah dan menghasilkan band elektroforesis yang jelas hingga pengenceran 10-4 namun metode Spin column gagal karena tidak menghasilkan band elektroforesis bahkan hingga pengenceran 10-4, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Alcohol based lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi sampel kultur darah dibandingkan metode Spin column.
PEMANFAATAN AIR REBUSAN UMBI KUNING DAN UNGU SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus Rismaya Khaerunnisa; Iis Kurniati; Dewi Nurhayati; Asep Dermawan
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.806 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.753

Abstract

Penggunaan media dalam cabang ilmu biologi yaitu mikrobiologi sangat penting untuk isolasi dan pertumbuhan bakteri. Mahalnya media pertumbuhan bakteri mendorong para peneliti untuk membuat media pertumbuhan bakteri yang berasal dari alam dengan biaya yang lebih ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya pertumbuahn jumlah bakteri pada media alternatif umbi kuning dan umbi ungu. Desain dalam penelitian yang digunakan adalah Perbandingan Kelompok Statis (statis Group Comparation). Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang ditanamkan pada media alternatif umbi kuning dan umbi ungu yang dibandingkan jumlah pertumbuhan bakteri terhadap kontrol yaitu media nutrient agar. Bakteri di isolasikan dengan metode pour plate dan di inkubasi pada suhu 37 ⁰C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukan media umbi kuning merupakan media alternatif yang paling baik untuk pertumbuhan jumlah bakteri, hal ini ditunjukan pada pertumbuhan Escherichia coli didapat jumlah bakteri yang paling tinggi sebesar 284,83 x 105 sedangkan pertumbuhan Staphylococcus aureus didapat jumlah bakteri yang paling tinggi sebesar 56,5 x 105.
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL TERHADAP DARAH ALSEVER BUATAN UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI Tita Nurul Aulia Dewi; Dewi Nurhayati; Iis Kurniati; Asep Dermawan
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.253 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.755

Abstract

Jenis spesimen yang diperiksa ditentukan oleh gambaran klinis yang tampak. Jika gejala-gejala mengarah pada keterlibatan satu sistem organ, maka spesimen diambil dari sumber tersebut. Jika tidak ada tanda atau gejala yang terlokalisir, maka pertama-tama diambil sampel darah berulang untuk biakan. Di luar tubuh (in vitro) darah akan mengalami pembekuan karena kondisinya berbeda dengan kondisi didalam tubuh. Sehingga perlu dilakukan penambahan antikoagulan atau larutan pengawet darah dan di simpan pada suhu 2-8oC. Penambahan pengawet darah juga dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir kontaminasi bakteri. Salah satu pengawet darah yang dapat digunakan yaitu larutan Alsever. Larutan Alsever pabrikan relatif mahal dan cukup sulit didapatkan. Namun terdiri dari bahan-bahan yang mudah didapatkan, sehingga dapat dibuat larutan Alsever buatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri pada darah Alsever buatan, dan berapa lama waktu simpan darah Alsever buatan pada suhu ruang dan suhu refrigerator dapat meminimalisir kontaminasi bakteri. Telah dilakukan uji Angka Lempeng Total (ALT) pada darah dengan penambahan Alsever buatan, dengan desain penelitian quasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pertumbuhan bakteri namun masih dalam kategori negatif. Larutan Alsever buatan dapat meminimalisir kontaminasi bakteri sampai jam ke-72 atau 3 hari baik pada suhu refrigerator maupun suhu ruang.
PERBANDINGAN NILAI PENGUKURAN KUANTITATIF HASIL EKSTRAKSI DNA SALMONELLA TYPHI MENGGUNAKAN METODE BOILING, NAOH, KIT KOMERSIAL Fadla Ghina Dayanti; Ai Djuminar; Asep Dermawan; Acep Tantan
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.043 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.762

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit yang sering terjadi di negara berkembang, secara global S.typhi merupakan penyebab utamanya. Di Indonesia, kasus tersangka tifoid cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6 – 5 %. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi demam tifoid yaitu pemeriksaan berbasis bakteriologis, uji serologi, serta pemeriksaan berbasis biologi molekuler. Ekstraksi DNA merupakan tahapan yang penting dalam teknik molekuler untuk mendapatkan isolat DNA. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimental dengan mengekstraksi DNA S.typhi menggunakan beberapa metode dan variasi perlakuan. Produk hasil ekstraksi diukur konsentrasi dan kemurniannya menggunakan Spektrofotometer NanoDrop. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi diperoleh dari produk hasil ekstraksi dengan menggunakan metode kit komersial, konsentrasi yang diperoleh adalah 2,15 ng/ μL dan kemurniannya mencapai 1,83. Pada metode boiling, konsentrasi dan kemurnian tertinggi didapatkan dari ekstraksi dengan pemanasan 100oC selama 25 menit, dengan konsentrasi 1,9 ng/μL dan kemurnian mencapai 1,73. Sedangkan pada metode ekstraksi dengan menggunakan NaOH, kemurnian tertinggi didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan NaOH 25 µM, dengan konsentrasi 1,7 ng/ μL dan kemurnian mencapai 1,72.
HASIL PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM DENGAN PENAMBAHAN CARBOL FUCHSIN DAN PEMANASAN SPUTUM SEBELUM DAN SESUDAH PEMBUATAN SEDIAAN Yoga Romi Anggara; Asep Dermawan; Iis Kurniati; Dewi Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.374 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.777

Abstract

Pemeriksaan mikroskopik BTA digunakan untuk mendiagnosis awal atau pemantauan pengobatan TB Paru. Pada prinsipnya, pemeriksaan ini menggunakan Carbol Fuchsin untuk mewarnai Mycobacterium tuberculosis (M.tbc). Terdapat kekurangan pada cara ini, yaitu penambahan Carbol Fuchsin dan pemanasan sputum dilakukan setelah pembuatan sediaan, dimana M. tbc masih dalam keadaan hidup. Akibatnya, terdapat risiko penularan pada pekerja laboratorium yang mengerjakannya. Untuk menghindari hal tersebut, dapat dilakukan penambahan Carbol Fuchsin dan pemanasan sputum sebelum pembuatan sediaan, maka pada saat pembuatan sediaan, M. tbc telah mati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Carbol Fuchsin dan pemanasan sputum sebelum dan sesudah pembuatan sediaan dengan variasi konsentrasi Carbol Fuchsin 0,3%; 0,5% dan 1% serta suhu pemanasan 60oC dan 80oC. Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian Static Group Comparison. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sputum penderita TB positif. Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medik Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung pada bulan Mei 2019. Data yang didapatkan merupakan data primer dari hasil gambaran mikroskopik pewarnaan BTA yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Kemudian data dianalisis dengan melihat hasil gambaran mikroskopik pewarnaan BTA pada konsentrasi 0,3%; 0,5%, dan 1% dan suhu pemanasan 60oC dan 80oC,. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi optimum Carbol Fuchsin untuk mewarnai M. tbc sebelum pembuatan sediaan adalah 1% dengan suhu pemanasan 80oC.
IDENTIFIKASI DAN DAYA HAMBAT SAYAP LALAT RUMAH (Musca domestica) TERHADAP Escherichia coli Angga Rizki Ahmadi; Asep Dermawan; Iis Kurniati; Dewi Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.218 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.789

Abstract

Lalat rumah merupakan hewan yang dapat membawa berbagai bakteri tertentu contohnya Escherichia coli (E.coli). Rosullallahu alaihi wasalam yang bersabda “Apabila seekor lalat hinggap di tempat minum salah seorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan ke dalam minuman tersebut, kemudian, membuangnya, karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui apakah lalat rumah (Musca domestica) Actinomycetes pada salah satu sayap lalat rumah. Metode penelitian ini menggunakan kuasi experimen dengan desain penelitian eksperimen. Untuk mengidentifikasi E. coli dari lalat rumah (Musca domestica), tubuh lalat ditanam pada media Trytone Soy Broth (TSB), kemudian TSB yang keruh menadakan pertumbuhan bakteri, lalu dari TSB isolasi ke media Mac Conkey Agar dan untuk memastikan itu E. coli yaitu dengan menggunakan pewarnaan gram dan uji biokimia dari hasil isolasi pada media Mac Conkey Agar. Kemudian data yang diperoleh dianalisa dengan cara visual yaitu dengan melihat kekeruhan pada media TSB. Hasil penelitian menunjukan bahwa sayap kanan lalat rumah (Musca domestica) memiliki Actinomycetes yang mampu menghambat pertumbuhan E. coli, tetapi pada sayap kiri lalat rumah (Musca domestica) tidak bisa menghambat pertumbuhan E. coli. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dari sayap kanan lalat rumah (Musca domestica) mampu menjadi penawar untuk E. coli yang dibawa oleh lalat rumah (Musca domestica).
PEMANFAATAN TEPUNG SAYURAN SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Wulan Dari; Iis Kurniati; Asep Dermawan; Dewi Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.759 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.796

Abstract

Wortel, tomat, kubis, dan labu dapat digunakan untuk pembuatan media alternatif pertumbuhan bakteri karena mengandung air, karbohidrat, dan vitamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang tumbuh serta menentukan variasi formula terbaik yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Penelitian kuasi eksperimen dengan dua taraf perlakuan yaitu dengan memberikan variasi formula tepung sayuran yang berbeda dan lama waktu inkubasi 18 jam, 24 jam, dan 48 jam. Penelitian ini menggunakan desain Static Group Comparisson. Hasil pengamatan dibandingkan dengan kontrol yaitu Nutrient Agar tanpa penambahan variasi formula tepung wortel, tomat, kubis, dan labu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova, hasilnya terdapat perbedaan jumlah koloni antar variasi formula (p < 0,005). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variasi formula B merupakan komposisi baik yang dapat digunakan sebagai media alternatif dan jumlah koloni Staphylococcus aureus yang tumbuh adalah pada formula A 2 x 105, formula B 36 x 105, formula C 1 x 105, formula D 1 x 105, formula E 2 x 105. Sedangkan jumlah koloni Escherichia coli yang tumbuh adalah formula A 28 x 105, formula B 53 x 105, formula C 18 x 105, formula D 12 x 105, formula E 14 x 105.