Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Granzyme-B Expression as a Predictor of Immune Surveillance (Correlation Study in Patient with Squamous Cell Carcinoma and Uterine Cervical Dysplasia) Apriana, Ledisda; Udadi Sadhana; Ika Pawitra Miranti; Awal Prasetyo; Dik Puspasari
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 3 (2021): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bji.v7i3.585

Abstract

Background: The most common histologic type of cervical cancer is squamous cell carcinoma (SCC), with the risk of recurrence depending on immune surveillance with granzyme-B markers, and tumor infiltrating lymphocytes (TIL) is an immunological determinant associated with a better prognosis. Granzyme-B is produced by TIL. The study was aimed to prove the difference in expression of granzyme-B in SCC epithelial cells with cervical dysplasia precancerous lesions as a predictor of immune surveillance. Methods: Correlation analytic study with cross-sectional design on paraffin block patients with SCC and cervical epithelial dysplasia at the Anatomical Pathology Laboratory, RSUP Dr. Kariadi, Semarang, during 2018 and 2019, using granzyme-B immunohistochemistry assays, assessed TIL activation. Results: Most cases of cervical SCC were 40 years old, 50% were stage IIIB, 20% with the final condition died on observation 1 year after the initial diagnosis was made. The uterine cervical SCC group expressed granzyme-B with a mean score of 5.81±1.17 (p=0.001) and the dysplastic epithelial lesion group with a mean score of 6.83±0.95 (p=022), the Mann-Whitney test showed p value = 0.009, so that the test results are statistically significant. Conclusion: Expression of granzyme-B in dysplasia is higher than in uterine cervical SCC.
Gambaran Histopatologi Villi Khorialis pada Pasien Abortus Spontan dengan Pemakaian Amalgam pada Tambalan Gigi Dyah Ari Nuraida; Dik Puspasari
Majalah Patologi Indonesia Vol 24 No 3 (2015): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.711 KB)

Abstract

Background Amalgam is an alloy of mercury (Hg), which has been used as tooth’s fillings since 150 years ago. Mercury induced spontaneous abortion, by interfered fertilization and implantation process by damaged cells, proteins, molecular and genetic. The aim of this study to analize chorionic villous histopathological feature of spontaneous abortion patients with dental amalgam fillings. Methods This is a true descriptive studies with cross-sectional design. Subjects were 50 patients of Spontaneous Abortion that interviewed and examined histopathological of chorionic villous. Scoring of using amalgam and abnormalities chorionic villous were examined. Results Respondents who used amalgam is 36 (72%), mostly 1-2 teeth (56%), for 5 to 15 years (42%). Their husbands using amalgam were 44 (88%), mostly 1-2 teeth (80%), for 5 to 15 years (62%). Respondents had 29 family members were used amalgam (58%), with a length of stay less than 5 years. Avascular villous is 100percent, mostly fibrosis at score 2 (38%), fibrinoid degeneration at score 1 (48%), hydropic degeneration at score 1 (80%), and abnormalities of trophoblast at score 2 (38%). Conclusion Spontaneous abortion patients with amalgam dental fillings have chorionic villous abnormality of vascularization, fibrosis, fibrinoid degeneration, hydropic degeneration and trophoblast. Key words: amalgam, chorionic villous, spontaneous abortion.
Pengaruh Derajat Oligohidramnion terhadap Kejadian Korioamnionitis pada Ketuban Pecah Dini Fadhila Khairunnisa Poerwoko; Julian Dewantiningrum; Arufiadi Anityo Mochtar; Ratnasari Dwi Cahyanti; Dik Puspasari; Nahwa Arkhaesi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.513 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.358

Abstract

Latar Belakang: Korioamnionitis merupakan penyebab terbesar angka kematian ibu. Oligohidramnion merupakan faktor risiko terjadinya korioamnionitis.Kondisi oligohidramnion dapat diukur dengan metode amniotic fluid index (AFI) atau single deepest pocket (SDP) pada pemeriksaan sonogafi.Tujuan: Mengetahui pengaruh derajat oligohidramnion terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini.Metode:Penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang. Subjek 31 ibu hamil dengan ketuban pecah dini disertai oligohidramnion yang  melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni tahun 2017, Kriteria inklusi usia kehamilan ≥ 34 minggu, belum masuk fase aktif inpartu, janin tunggal hidup intra uterin. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Identitas subyek, karakteristik obstetri, dan nilai AFI atau SDP dicatat, kulit ketuban  diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis. Analisis data dengan uji chi-square.Hasil: Didapatkan 91,7% korioamnionitis pada oligohidramnion berat lebih tinggi dibandingkan dengan oligohidramnion ringan (78,9%). Nilai p sebesar 0,342.Kesimpulan: Derajat oligohidramnion tidak berpengaruh terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini. Kata kunci: Oligohidramnion, korioamnionitis, ketuban pecah dini
GAMBARAN HISTOPATOLOGI EKSPRESI INTERFERON GAMMA (IFNγ) PADA FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) DAN INVASIVE NO SPECIAL TYPE (NST) BREAST CARCINOMA Yuni Prastyo K; Udadi Sadhana; Dik Puspasari
Biomedika Vol 9, No 2 (2017): Biomedika Agustus 2017
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v9i2.5843

Abstract

International Agency for Research Cancer tahun 2012 melaporkan bahwa 1,7 juta wanita menderita kanker payudara. Penyakit ini masih menjadi penyebab utama kematian kanker pada wanita. Fibroadenoma merupakan lesi jinak payudara yang sering ditemukan. Terdapat 50% dari seluruh biopsi payudara.. Morfologi terbanyak pada keganasan payudara adalah Invasive NST breast carcinoma sebanyak 70%-80%. Berbagai faktor terlibat dalam pertumbuhan tumor payudara, antara lain genetika, diet, faktor reproduksi, hormon dan imunitas. Gangguan mekanisme imun memiliki peran penting pada patogenesis terjadinya tumor. Wanita dengan tumor payudara memperlihatkan adanya kekacauan pada sistem imun tubuh. Hal ini ditandai dengan rendahnya kadar Interferon ᵧ dan peningkatan IL4, IL6 serta IL10. Murine melaporkan tentang peran penting Interferon ᵧ dalam kekebalan tumor. Ketika terjadi penurunan kadarnya, secara spontan akan memicu tumbuhnya tumor. Interferon ᵧ sitotoksik pada beberapa sel-sel ganas dan memiliki aktivitas anti-angiogenik. Namun, penggunaannya di klinis masih terbatas. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan adanya perbedaan ekspresi Interferon ᵧ pada sediaan histopatologi. yang terdiagnosis sebagai fibroadenoma mammae intrakanalikular dan perikanalikular variant (FAM) dan Invasive No Special Type (NST) breast carcinoma. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan desain case control. Sampel terbagi 2 yaitu kelompok dengan diagnosa  fibroadenoma mammae intrakanalikular dan perikanalikular variant  sebanyak 10 sampel dan kelompok Invasive NST breast carcinoma  sebanyak 27 sampel. kemudian dilanjutkan pemeriksaan imunohistokimia interferon γ. Data yang terkumpul tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non-parametrik dengan menggunakan uji Fishers exact dan hipotesis satu arah (one-sided). Data hasil Penelitian diolah menggunakan uji Fisher’s exact dan hipotesis satu arah (one sided) dan didapatkan tingkat signifikansi p = 0.036 (p 0.05). Terdapat perbedaan proporsi ekspresi Interferon γ yang positif antara FAM intrakanalikular dan perikanalikular variant dan NST, di mana proporsi ekspresi positif Interferon γ pada FAM intrakanalikular dan perikanalikular variant lebih besar dari pada NST. Secara statistik perbedaan ini bermakna (p 0.05). Dapat disimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna tentang ekspresi interferon ᵧ pada sediaan histopatologi fibroadenoma mammae intrakanalikular dan perikanalikular variant dibanding pada sediaan Invasive NST breast carcinoma KataKunci: Interferon γ, fibroadenoma mammae, Invasive breast carcinoma of No Special Type
EKSPRESI INTERLEUKIN-1 (IL-1) Β PADA ENDOMETRIOSIS, KARSINOMA ENDOMETRIOID DAN KARSINOMA SEROSUM OVARIUM Nadia Nur Lestari; Siti Amarwati; Udadi Sadhana; Dik Puspasari
Biomedika Vol 8, No 1 (2016): Biomedika Februari 2016
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v8i1.3016

Abstract

Endometriosis ovarium memiliki resiko keganasan epithelial ovarium (resiko relatif 1.9 sampai 4.2). Karsinoma endometrioid adalah salah satu jenis keganasan yang paling sering berhubungan dengan endometriosis, sementara karsinoma serosum merupakan keganasan epitelial terbanyak pada ovarium.Serum sitokin pro-inflamasi interleukin-1 (IL-1) β telah ditemukan berperan pada endometriosis dan karsinogenesis.Penelitian Keita, 2010, menemukan bahwa karsinoma endometrioid memiliki kadar IL-1β yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan jenis lainnya. Penelitian ini bertujua untuk mengetahui perbedaan ekspresi IL-1β pada jaringan endometriosis, karsinoma endometrioid dan karsinoma serosum ovarium. Desain penelitian ini adalah cross sectional design. Sampel adalah tiga puluh 33 blok parafin yang telah didiagnosis dan dire-evaluasi sebagai endometriosis (kelompok A), karsinoma endometrioid (kelompok B) dan karsinoma serosum ovarium (kelompok C) dan dilakukan pemeriksaan imunohistokimia IL-1β. Data ekspresi IL-1β dianalisis uji One Way ANOVA, dilanjutkan dengan uji beda rerata Post Hoc. Hasil uji One Way ANOVA kelompok A, B dan C, p = 0,037, menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Uji beda rerata Post Hoc didapatkan kelompok A vs kelompok B dan C (p = 0,034 dan p = 0,020) bermakna. Sedangkan kelompok B vs kelompok C (p =0,805) tidak bermakna. Dari penelitian ini dapat disimpulkan terdapatperbedaan yang bermakna ekspresi IL-1β antara endometriosis dengan karsinoma endometrioid dan karsinoma serosum ovarium, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna ekspresi IL-1β antara karsinoma endometrioid ovarium dan karsinoma serosum ovarium.Kata kunci: Endometriosis, interleukin-1β, karsinoma endometrioid, karsinoma serosum