Claim Missing Document
Check
Articles

EFEK PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTAUTAN SAMBUNG SAMPING TANAMAN SRIKAYA Achmad Ghoni Yuliyanto; Eko Setiawan; Kaswan Badami
Agrovigor 2015: Vol 8, No 2 (2015) SEPTEMBER
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.973 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v0i0.986

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian IBA pada konsentrasi yang berbeda dan mengetahui konsentrasi yang tepat dalam pemberian IBA untuk meningkatkan keberhasilan pertautan sambung samping pada srikaya. Penelitian ini dilakukan pada April - Juli 2015. Penelitian dilakukan di Desa Banyu Ajuh Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial terdiri atas 5 taraf konsentrasi IBA yaitu 0 (kontrol), 50, 100, 150, dan 200 ppm dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian IBA memberikan pengaruh berbeda nyata pada waktu muncul tunas. Pemberian IBA 100 ppm dapat meningkatkan jumlah daun sebanyak 12,43 helai, tinggi tunas 14,62 cm, dan keberhasilan pertautan sambungan sebesar 95%.Kata Kunci : Annona squamosa, IBA, sambung samping.
Amino Acids Content in Mangosteen Fruit as Affected by Tree Ages Eko Setiawan
Agrovigor Vol 10, No 1 (2017): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.741 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v10i1.2788

Abstract

Kita meneliti perbedaan kandungan dan komposisi asam amino pada buah manggis yang dipanen dari pohon yang berbeda umur dari kebun Manggis di Bogor pada tahun 2012. Pohon manggis dengan umur yang berbeda (muda, sekitar 20 tahun; sedang, sekitar umur 35 tahun; dan tua, sekitar 50 tahun)dipilih untuk diambil buahnya. Buah dari tiap pohon dipanen pada kondisi masak hijau spot kuning-merah. Pada buah dari semua umur pohon, asam amino yang dominan adalah γ-aminobutyric acid dan alanine. Total kandungan asam amino tertinggi terdapat pada buah yang dipetik dari pohon umur muda dari pada  buah yang dipetik dari pohon umur sedang dan tuaKata kunci: asam amino, GABA, kandungan, manggis
SUGAR CONTENT AS AFFECTED BY FRUITS SIZE AND SEED NUMBER OF SAPODILLA IN MADURA Eko Setiawan
Agrovigor Vol 9, No 2 (2016): September
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.05 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v9i2.2315

Abstract

Sapota fruits are highly perishable due to their climacteric nature. The rapid softening of fruits is primarily due to high activity of many oxidative enzymes and liberation of ethylene. Harvest maturity plays a crucial role in deciding the marketability of climacteric fruits in general. We investigate sugar contents on sapodilla fruits related on fruits size and seed number. The experiment was conducted using 100 sapodilla fruits harvested from farmer in Madura. Fruit size and weight were recorded. Each fruit was separated into fruit and seed, and then weight was recorded with an analytical balance. The number and weight of seeds were counted. Total soluble solid (TSS; °Brix) was measured using arefractometer (PAL-1, Atago, Tokyo Tech). The number of seed and seed weight of sapodilla have correlation with Total Soluble Solid (TSS). The higher amount of seed equal with increasing seed weight, and effect to decrease TSS in sapodilla fruits. In additional, increasing seed weight have correlation with fruit weight, while TSS was decrease slightly. The average diameter and length of sapodilla fruit were 4.01 and 5.53 cm, respectively.  Keywords: fruit size, Sapodilla, TSS content, seed number.
Perbedaan De-astrigency Terhadap Lama Masa Simpan Buah Kesemek Eko Setiawan
Agrovigor Vol 11, No 1 (2018): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.459 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v11i1.4866

Abstract

Kesemek oriental (Diospyros kaki L.) berasal dari dan sebagian besar telah dibudidayakan di Cina, Korea, dan Jepang, dan saat ini dibudidayakan di Indonesia di daerah Batu, Kuningan, dan Brastagi. Keberhasilan dalam menyebarkan kesemek di Indonesia masih terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan suhu rendah untuk penyimpanan lama buah kesemek. Penyemprotan buah kesemek dengan alkohol 95% dapat menghilangkan sifat astringency lebih cepat, tetapi kualitas buah menjadi lebih buruk karena kerusakan pada dinding sel buah, gangguan daging kulit dan pembusukan. Buah dengan perlakuan semprotan alkohol 95% meningkatkan pembusukan hingga 50% selama dua minggu pascapanen. Untuk menjaga kualitas kesemek, perlu disemprotkan dengan alkohol 70% untuk kualitas yang baik. 
RELATIONSHIP BETWEEN MANGOSTEEN LEAF NITROGEN CONTENTS AND LEAF SPAD VALUES Eko Setiawan
Agrovigor Vol 7, No 1 (2014): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.052 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v7i1.1424

Abstract

We investigated nitrogen contents on mangosteen leaf and related on leaf SPAD value. The experiment was conducted using mangosteen trees grown in commercial orchard in Bogor, Indonesia during May to October 2010. Mangosteen trees of 3 different ages, young (20-year-old), middle-aged (35-year-old), and old (50-year-old) trees, each of five trees, were selected for study, and the canopy of each tree was divided into 9 sectors based on height (bottom, middle, top) and width (inner, center, outer). SPAD values had a negative correlation with leaf N content in all ages and could be explained by regressionl equations N level (% DW) = -0.0099 × SPAD + 2.2366; R² = 0.91; N level (% DW) = -0.0177 × SPAD + 2.8001; R² = 0.67; and N level (% DW) = -0.0187 × SPAD + 2.7785; R² = 0.45 in young, middle-aged and old trees, respectively. It is suggested that the SPAD value determined by a portable chlorophyll meter can be used to obtain a quick estimation of mangosteen leaf N status. Keywords: age, fruiting position, Garcinia mangostana L., nitrogen, SPAD
EFEK RAGAM TIANG PANJAT TERHADAP PRODUKSI CABE JAMU Eko Setiawan; Sinar Suryawati; Subhan -
Agrovigor Vol 6, No 1 (2013): MARET
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.145 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v6i1.1479

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis tiang panjat yang digunakan dalam budidaya serta hubungannya dengan produksi tanaman cabe jamu (Piper retrofraktum Vahl). Observasi dilaksanakan pada awal musim kemarau, Juni 2009 di sentra budidaya tanaman cabe jamu di Kabupaten Sumenep. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tiang panjat yang digunakan oleh petani cabe jamu di Kabupaten Sumenep terdiri dari 12 species tanaman yang berasal dari 8 famili. Dari persamaan regresi tanaman tiang panjat dengan menggunakan tiga variabel independen (X1: lingkar batang tiang panjat, X2: lingkar kanopi cabe jamu, dan X3: tinggi pohon tiang panjat), diketahui bahwa tinggi tanaman tiang panjat (X3) mempunyai peran yang lebih dominan bila dibandingkan dengan variabel independen lainnya. Juga dilaporkan bahwa tanaman tiang panjat jenis Kelor, Kelandingan dan Jaranan mempunyai konstanta positif.Kata kunci : Piper retrofraktum Vahl, Produksi, Tiang panjat
PERBAIKAN KUALITAS BUAH KESEMEK DENGAN PENYEMPROTAN ALKOHOL (Quality Improvement of Persimmon Fruit by Spraying Alcohol) Eko Setiawan
Agrovigor Vol 7, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.998 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v7i2.1449

Abstract

Kesemek (Diospyros kaki) merupakan buah klimaterik dan mempunyai sifat astrigen. Untuk menghilangkan sifat astrigen pada buah kesemek di Indonesia dilakukan dengan perendaman air kapur. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari alternatif lain untuk menghilangkan sifat astrigen kesemek sehingga meningkatkan kualitas buah. Kesemek diberi perlakuan disemprot dengan alkohol 70%, direndam air kapur kemudian dibandingkan kadar gula, tingkat kekerasan serta penampilan warna pada 10 hari setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan dalam sepuluh hari setelah pemeraman, perlakuan penyemprotan dengan alkohol 70% mempunyai kadar gula lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan perendaman air kapur. Tingkat kekerasan buah pada perendaman air kapur lebih tinggi dibandingkan penyemrotan alkohol 70%. Warna buah dengan penyemrotan alkohol 70% lebih bersih dan menarik.Kata kunci: alkohol 70%, Diospyros kaki, air kapur, penyemprotan
KADER PELESTARI LINGKUNGAN DI PULAU MANDANGIN BERBASIS PONDOK PESANTREN Eko Setiawan; Kaswan Badami; Andrie Kisroh Sunyigono
Jurnal Ilmiah Pangabdhi Vol 3, No 2: Oktober 2017
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.371 KB) | DOI: 10.21107/pangabdhi.v3i2.5952

Abstract

Permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra adalah 1) kesadaran terhadap pelestarian lingkungan sangat rendah, 2) kerusakan lingkungan daratan, pesisir dan pantai yang sangat parah, 3) keterbatasan teknologi budidaya tanaman baik untuk penghijauan, perlindungan wilayah pesisir, dan 4) rendahnya kemampuan untuk mendapatkan sumber pendapatan tambahan dari budidaya tanaman. Target luaran yang yang akan dicapai dalam kegiatan IbM ini adalah berupa peningkatan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan yang disinergikan dengan teknologi budidaya tanaman buah dan konservasi, serta peningkatan sumber pendapatan baru. Luaran yang kegiatan ini adalah: 1) Terbentuknya kelompok santri pelestari lingkungan, 2) Penamanan masingmasing 25 tanaman buah yang terdiri dari mangga, jambu air, jambu biji, delima, sirsat, srikaya, belimbing, sawo, belimbing wuluh, kelapa, 3) Penanaman 200 tanaman cemara udang di pesisir Pulau Mandangin, 4) Penguasaan teknologi budidaya tanaman buah dan konservasi, dan 5) Penguasaan teknologi budidaya sayuran. Metode pelaksanaan yang akan dilakukan dalam kegiatan ini meliputi strategi pemberdayaan dan penyadaran partisipatif yang memperhatikan pilar pendidikan dan penyadaran, ekonomi dan lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kontinuitas dari program pemberdayaan. Logika yang digunakan adalah masyarakat akan sadar apabila kita memberikan contoh dan teladan, Namun hal itu saja tidak cukup, program dan kegiatan yang ditawarkan harus memberikan insentif ekonomi tambahan bagi mereka. Adapun strategi pemberdayaan dan penyadaran partisipatif yang akan dilaksanakan dapat dikelompokkan menjadi: 1) Sosialisasi, 2) Pemberian motivasi dan insentif, 3) Penyuluhan, 4) Pelatihan teknologi, 5) Praktek, 6) Pendampingan oleh kader sebaya lokal dan 7) Bantuan program. Hasil kegiatan yang telah dilakukan: 1. program pengembangan santri pelestari lingkungan menghadapi beberapa kendala terutama pada motivasi dan kesadaran akan lingkungan yang rendah, 2. penerapan penghijauan dan permakultur menghadapi kendala utama yaitu keberadaan kambing yang sangat banyak dan dibiarkan berkeliaran, 3. permakultur disain yang telah diterapkan yaitu natural wave barrier, banana circle dan vertical garden. Hal ini bertujuan untuk melakukan suksesi pada lahan di sekitar lokasi agar menjadi lahan yang lebih produktif.Kata Kunci: Lingkungan, Berkelanjutan, Pelestari, Santri, Pondok Pesantren
Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia manggostana L.) di Purwakarta Eko Setiawan; Roedhy Poerwanto
Agrovigor Vol 1, No 1 (2008): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.405 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v1i1.227

Abstract

Indonesian mangosteen is a prospective product to be exported to Europe, Middle East, East Asia such as Taiwan, Hong Kong, Singapore, and Japan. Indonesian exported commodities increase significantly from year to year, but the increasing volume was not followed by an improvement in the production and quality of the fruit.  Mangosteen has symmetrical branches that form a dense canopy that protect sun radiation intensity to penetrate, and it keeps the radiation intensity remain below normal of its need. Most of the harvested mangosteen plants owned by the community were not managed properly. It causes the production and quality of the fruit below standard. The research aims at (1) knowing the position of the buds and fruit at various branches within the canopy, (2) collecting information about the distribution of production and quality of the fruit. The research was done from September 2003 to May 2004 at the center of mangosteen fruit production in west Java, i.e. Sub-district of Wanayasa, District of Purwakarta.  The research was done on randomized complete block design which consists of nine sectors of branches with seven replications. The nine sectors are sector 1 (inner bottom canopy), sector 2 (center bottom canopy), sector 3 (outer bottom canopy), sector 4 (inner middle canopy), sector 5 (center middle canopy), sector 6 (outer middle canopy), sector 7 (inner top canopy), sector 8 (center top canopy), sector 9 (outer top canopy). The result of research showed that the most frequent emergence of bud and fruit in Wanayasa was found in sector 3 (outer bottom canopy), sector 4 (inner middle canopy) and sector 5 (center middle canopy). Sector 6 (outer middle canopy), produce more vegetative branches. Dense canopy structure of upper branches has protect inner and bottom canopy from light availability. On average, the quality of the fruit is below standard. In Wanayasa, only 0.6-0.7% of the fruit meets the quality of Super SNI which produced especially on sector 4 and sector 5. At average, distribution of quality I  was about 8.8-18.2%; distribution of quality II was about 7.7-36.4%; and more than 50% of the production does not meet the quality standards. 
EKSISTENSI BUDAYA BAHARI TRADISI PETIK LAUT DI MUNCAR BANYUWANGI Eko Setiawan
UNIVERSUM : Jurnal KeIslaman dan Kebudayaan Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v10i2.263

Abstract

Petik laut is an expression of fishermen community thanks in Muncar for treasure and safety given by God through nature, especially sea. Petik laut ritual is held annually on Muharram month or Syuro by the citizen lived on the coast. The focus of this article explains the existence of myth in petik laut ceremony in Muncar, ritual procession, and religious values existing in it. This article uses qualitative approach. In conclusion, the sequence agenda of petik laut combines Islamic doctrine and Osing custom. The intention and the purpose of various ceremony of the sea handout is commonly same namely asking to the God in order to fishermen get over sea yield in the next year and are avoided from disaster during fishing. Almost those fishermen community believe that sea has keeper (supernatural being). Therefore, in every sea ritual, they always give offerings given to supernatural being keeper the sea.    Keywords: maritime custom, Petik Laut, Islam.