Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Budaya Sungkem Desa Samirono dalam Perspektif Hukum Taurat ke-5: Suatu Kajian Etika Kristen dan Generasi Muda Gernaida Pakpahan; Anggi Maringan Hasiholan; Ibnu Salman
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 19 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.811 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v19i2.990

Abstract

Culture and religion are two directions of life that are close to the people of Indonesia. Indonesia is referred to as a religious country and a country rich in local wisdom that regulates how humans should behave. One of the cultures familiar with hospitality and full of moral values ​​in Indonesia is Sungkeman. Sungkeman culture as a noble value must be practiced and preserved by all Indonesian people, especially the younger generation. This principle is in line with Christianity which upholds respect for parents and others as an action that needs to carry out. This study explores the correlation of the 5th Torah law, namely respecting parents, with the Sungkeman culture of Samirono Village, which has implications for how a Christian should live in cultural ethics, especially the younger generation. This paper results from field research in Samirono Village, Central Java. The research approach used is descriptive qualitative with data collection techniques consisting of interviews, observations, and documentation. The results show that Sungkem culture has implementable values ​​according to the 5th Torah and Christian ethics that must do every day, not just weddings and ketupat Eid. In particular, the tradition must carry out to the younger generation who have experienced the degradation of Sungkem values ​​due to the times. This research recommends that the internalization ​​of respecting others echo in church services and discipleship classes, especially for the younger generation who have begun exposing themselves to globalization's negative currents. Keywords: Sungkem, Samirono Village, Young Generation, Christian Ethics, 5th Law. ABSTRAK Budaya dan agama adalah dua arahan kehidupan yang dekat dengan masyarakat Indonesia. Indonesia disebut sebagai negara beragama sekali­gus negara yang kaya akan kearifan lokal yang mengatur bagaimana seharusnya manusia berlaku. Salah satu budaya yang akrab dengan keramahtamahan dan penuh dengan nilai moralitas di Indonesia adalah Sungkeman. Prinsip ini sejalan dengan Kekristenan yang menjunjung penghormatan kepada orang tua dan orang lain sebagai tindakan yang perlu tetap dilaksanakan. Budaya sungkeman sebagai nilai luhur mesti dilakukan dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi korelasi hukum Taurat ke-5 yaitu menghormati orang tua dengan budaya Sungkeman Desa Samirono yang berimplikasi kepada bagaimana seharusnya seorang Kristen hidup dalam etika budaya, khususnya generasi muda. Tulisan ini merupakan hasil riset lapangan di Desa Samirono, Jawa Tengah. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Sungkem memiliki nilai implementatif sesuai hukum Taurat ke-5 dan etika Kristen yang harus dilakukan setiap hari bukan hanya momen pernikahan dan lebaran ketupat. Khususnya pentradisian harus dilakukan kepada generasi muda yang telah mengalami degradasi nilai Sungkem akibat perkem­bangan zaman. Riset ini merekomendasikan agar internalisasi nilai-nilai menghormati sesama digemakan dalam ibadah-ibadah dan kelas-kelas pemuridan gereja, terkhusus bagi generasi muda yang sudah mulai terpapar arus globalisasi negatif. Kata kunci: Sungkem, Desa Samirono, Generasi Muda, Etika Kristen, Hukum Taurat ke-5.
Dualisme Konsep Yom YHWH dalam Pengharapan Mesianik Nabi Zefanya Gernaida Krisna R. Pakpahan
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 4, No 1: Desember 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v4i1.58

Abstract

This article seeks to highlight the problem of the theological complexity of the prophet Zephaniah regarding the idea of yom YHWH, or "the day of the Lord," which contrasts divine judgment with the joy of messianic restoration. The Prophet's oracle quickly turns into two conflicting nodes that show the richness and dynamics of the Prophet's thought. The primary purpose of this analysis is to explore the dual nature of the Lord's day in the book of Zephaniah. Through the historical approach of dualism, the idea of yom YHWH has been expressed in 1) Dimensions of YHWH's judgment: Judah and the nations; 2) YHWH's judgment time: very near and far in the future; 3) The promise of salvation to Judah and the nations; 4) YHWH's judgment in the destruction and restoration of nature; 5) The universal messianic hope. AbstrakArtikel ini berusaha untuk menyoroti masalah kompleksitas teologi dari nabi Zefanya tentang gagasan yom YHWH  atau “hari Tuhan” yang mengontraskan penghakiman ilahi dengan sukacita pemulihan mesianis. Orakel nabi cepat berubah dalam dua titik simpul yang saling bertentangan  yang memperlihatkan kekayaan dan dinamika pemikiran nabi. Tujuan utama dari analisis ini adalah menggali dualisme sifat hari Tuhan yang dalam kitab Zefanya. Melalui pendekatan historis dualisme gagasan yom YHWH dinyatakan dalam: 1) Dimensi penghukuman YHWH: Yehuda dan bangsa-bangsa;  2) Waktu penghakiman YHWH:  sangat dekat dan jauh di masa depan; 3) Janji keselamatan bagi Yehuda dan bangsa-bangsa; 4) Penghakiman YHWH dalam kehancuran dan pemulihan alam; 5) Pengharapan mesianik universal.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam upaya mencegah radikalisme Pakpahan, Gernaida Krisna; Salman, Ibnu; Setyobekti, Andreas Budi; Sumual, Ivonne Sandra; Christi, Apin Militia
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 7, No 2: Teologi Menstimulasi Nilai-nilai Kemanusiaan dan Kehidupan Bersama dalam Bingkai Kebang
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v7i2.351

Abstract

As the basis of the Indonesian state, Pancasila has positive values that can be realized in all aspects, including the younger generation who will encourage the lives of Indonesian people. This must be considered because of the exposure to radicalism that is currently targeting the younger generation. For this reason, educational institutions need to instill the noble values of Pancasila to their students as early as possible, so that the values of togetherness and unity that are upheld are not intolerant. This is also done in the academic community of Bethel Indonesia Theological College (STT). The method used to uncover these facts is a case study that describes social interactions through an in-depth survey. The results of the study stated that STT Bethel Indonesia institutionally and individually practice the values of Pancasila by respecting existing differences, whether ethnicity, race, or class. STT Bethel Indonesia instills Pancasila values in every student through religious and educational activities. The narrative that is built for students is to love each other because it is a mandate given by God to humans to do. AbstrakSebagai dasar negara Indonesia, Pancasila memiliki nilai-nilai positif yang dapat mewujud dalam segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk generasi muda yang akan meneruskan kepemimpinan bangsa Indonesia. Ini harus dipertimbangkan karena terpaan radikalisme yang saat ini menyasar generasi muda. Untuk itulah lembaga pendidikan perlu menanamkan nilai-ni-lai luhur Pancasila kepada peserta didiknya sedini mungkin, agar nilai-nilai ke-bersamaan dan persatuan yang dijunjung tidak intoleran. Hal ini juga yang di-lakukan di lingkungan civitas academica Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bethel Indonesia. Metode yang digunakan untuk mengungkap fakta tersebut adalah studi kasus, yang menggambarkan interaksi sosial melalui survei mendalam yang intensif. Hasil penelitian menyatakan bahwa STT Bethel Indonesia, baik secara institusional maupun individual, mengamalkan nilai-nilai Pancasila de-ngan menghargai perbedaan yang ada, baik suku, ras, maupun golongan. STT Bethel Indonesia menanamkan nilai pancasila pada setiap siswa melalui kegiatan keagamaan dan pendidikan. Narasi yang dibangun bagi siswa adalah saling mencintai karena merupakan amanah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dilakukan.
Implementasi Peranan Suami dalam Rumah Tangga Kristen berdasarkan Hosea 1-3 Dolvie Kristian Talaksoru; Gernaida Krisna R. Pakpahan
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47167/kharis.v5i2.146

Abstract

Suami merupakan sumber segala sesuatu dalam keluarga. Posisinya sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kerohanian istri serta anak-anak. Namun, bagaimana jika suami harus melakukan tindakan yang memalukan bagi keluarganya karena kepatuhan terhadap perintah Allah. Di Perjanjian Lama, terdapat nabi Hosea yang rela berkorban untuk keluarganya demi mematuhi perintah Allah. Artikel ini bertujuan untuk menelusuri peranan dan kehidupan nabi Hosea sebagai seorang kepala keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi hermeneutik terhadap Hosea 1-3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hosea menunjukkan peranan sebagai suami dengan benar. Hosea tetap mempertahankan pernikahannya meskipun istrinya telah mengkhianati dirinya. Dia menebus Gomer yang kembali melacurkan dirinya. Kesimpulannya, seorang suami harus berkorban dan setia untuk menjaga keutuhan keluarga.
Media Pembelajaran Kartu Poin dalam Meningkatkan Minat Belajar dan Kedisiplinan Siswa pada Pembelajaran PAK Priskila Issak Benyamin; Dalmasius Filemon; Aser Lasfeto; Frans Pantan; Gernaida Krisna Rosiminta Pakpahan
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 14, No 2 (2023): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v14i2.11829

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat di sekolah ini bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas minat belajar dan sikap disiplin siswa kelas VII melalui media pembelajaran kartu poin di SMP Negeri 7 Bonti. Subyek kegiatan ini adalah siswa yang duduk di kelas VII SMP Negeri 7 Bonti, di mana sembilan siswa digunakan sebagai subjek yang menerima tindakan. Kegiatan ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menekankan pada pemberian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan dan pengisian lembar evaluasi yang dilakukan siswa pada akhir pertemuan. Hasil kegiatan KKN yang telah dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan minat belajar dan kedisiplinan siswa duduk di kelas VII. Terdapat perubahan hasil belajar siswa yang signifikan dari kondisi awal dan situasi akhir melalui media pembelajaran kartu poin. Rata-rata siswa mengalami peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar yang terlihat dengan mulai rutin membawa alkitab, berpakaian rapi, aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, serta kerjasama yang baik antar anggota kelompok dan pencapaian KKM dalam pembelajaran di kelas.
Dapatkah Perjumpaan Dengan Allah Terjadi Melalui Teknologi? Ricky Nelson Tampubolon; Timotius Shandery; Gilbert Emanuel Lumoindong; Gernaida K. R. Pakpahan
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.341 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i10.9750

Abstract

Perjumpaan dengan Allah dialami oleh seseorang sebagai perwujudan dari kasih Allah yang dinyatakan secara unik dan spesifik kepada pribadi tersebut. Perjumpaan dengan Allah tersebut dibuktikan dengan terjadinya perubahan dalam diri pribadi yang mengalaminya. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan mengamati fenomena yang ada, dituliskan pengalaman dari dua orang yang mengalami perjumpaan dengan Allah melalui teknologi (siaran TV dan video YouTube) yang tervalidasi dengan terjadinya perubahan hidup dari dua pribadi ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya fenomena perjumpaan dengan Allah yang terjadi dengan perantaraan teknologi. Sebagai kesimpulan penulis memaparkan saran-saran untuk pelayan Tuhan yang ingin melayani pemberitaan Injil melalui media teknologi.
Ketika Mendidik Anak dengan Kekerasan Tak Lagi Efektif: Meninjau Kembali Teks-teks Corporal Punishment pada Anak dalam Kitab Amsal Menggunakan Lensa Psikologis dalam Konseling Pastoral Gernaida Krisna R. Pakpahan; Eunike Wirawan; Andreas L. Rantetampang
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 7, No 1: Mei 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v7i1.470

Abstract

Children are in the most vulnerable position to experience injustice, neglect, suffering, and violence. Corporal punishment is a form of physical discipline, such as whipping or hitting, considered acceptable as a punishment for transgressions. Many religious figures, parents, and teachers justify this form of discipline, viewing it as a right of authority, sanctioned by the Book of Proverbs. Certain verses in the Book of Proverbs (e.g., Prov. 10:13; 13:24; 14:3; 23:13-14; 26:3) appear to legitimize education through violence on children. This stance appears to contradict research findings over the decades, stating that physical punishment yields more harm than good. This article attempts to revisit the verses on child violence in the Book of Proverbs using a psychological lens in pastoral counseling studies. Employing inductive reasoning and hermeneutics, it will be shown that corporal punishment verses in the Book of Proverbs fundamentally have a cultural context of their time and should be approached with caution in contemporary application. This is also due to psychological studies indicating that violence towards children, possibly intended as a form of education, leads to negative effects on their psychological development. Thus, the research thesis statement is that texts on child violence in the Book of Proverbs, when viewed through a psychological lens in pastoral counseling, necessitate a reevaluation of how parents educate children without violence.