Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS PENGELOLAAN AIR DALAM USAHATANI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI SELATAN Taufik, Muh.; , Arafah; Nappu, Basir; Djufry, Fadjry
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Water Management Analysis of Rice Farming on Irrigated Land in South Sulawesi. Efficient use of water is an important aspect to increase production and economic value of rice farming in integrated land. A study was conducted at irrigated land in the Mario village, Tanasitolo District of Wajo Regency from March to December 2012. The study used a Randomized Block Design (RBD) involving three farmer cooperators as replications. Every farmers applied water management treatments that were: (1) AWD (Alternate Wetting and Drying) wet or dry irrigation, (2) intermittent irrigation, and (3) continues irrigation (flooded). Seedlings were planted on 17 days using 2 : 1 of “legowo” cropping systems. Fertilizer application was based on soil analysis using PUTS (Phonska 200 kg + 130 kg Urea/ha). Pest and disease controlling with IPM method was also applied in this study. The results showed that the water management methods AWD produced higher growth, yield and profits than other methods. The rice productivity level was achieved by the method of AWD that was 8.3 t/ha, while intermittent and continuous irrigation methods reached only 7.8 t/ha and 7.6 t/ha, respectively. Profits earned in rice farming with AWD method was Rp16.1 million that was higher than others, which was Rp14.1 million and Rp13.4 million, respectively. The R/C of three methods of water management was more than two, meaning that all water management methods applied was feasible to be applied.Key words : Water management, rice farming,  irrigated field  Efisiensi penggunaan air merupakan aspek penting terkait dengan peningkatan produksi dan nilai ekonomi  usahatani padi di lahan sawah irigasi. Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Mario, Kec. Tanasitolo, Kab. Wajo Sulawesi Selatan  pada bulan Maret- Desember 2012. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)  dengan melibatkan 3 orang petani  kooperator  sebagai ulangan. Setiap petani menerapkan perlakuan pengelolaan air: (1) AWD (Alternate Wetting and Drying) atau pengairan basah kering, (2) intermitten atau pengairan berselang, dan (3) pengairan terus menerus (tergenang). Bibit ditanam umur 17 hari dengan sistem tanam legowo 2:1, pemupukan didasarkan pada analisis tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) 200 kg phonska + 130 kg Urea/ha. Pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan air dengan metode AWD menghasilkan pertumbuhan, produksi dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian air secara intermitten dan terus menerus (tergenang). Tingkat produktivitas padi yang dicapai dengan  metode AWD adalah  8,3 t/ha, sedangkan pengairan intermitten dan terus menerus  menghasilkan masing-masing 7,8 t/ha dan 7,6 t/ha. Keuntungan yang diperoleh dalam usahatani padi  dengan metode AWD mencapai Rp16,1 juta/ha, sedang pengelolaan air dengan metode intermitten dan pengairan tergenang masing-masing menghasilkan Rp14,1/ha juta dan Rp13,4 juta/ha. R/C  ketiga metode pengelolaan air masing-masing > 2,0 yang  berarti metode tersebut layak diterapkan.   Kata kunci : Pengelolaan air, usahatani padi, sawah irigasi      
KAJIAN TEKNOLOGI ENZYM REVOLUSI AGRO DAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI SULAWESI SELATAN , Arafah; , Sahardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Technological study of agro-enzyme revolution and integrated crop management in South Sulawesi was carried out to know the effectiveness and efficiency of Enzyme Revolutionize Agro and PTT as opposed to the increase of paddy products and farmers earnings. This study was executed in Tabaringan Village, Sub District Galesong Utara, and District Takalar from the plantation date 16 May to the harvest date 11 August 2006. This study was done on farmers farms with the following treatment formula: (1) Enzyme, (2) PTT and (3) Non Enzyme. The results of the study indicated that the highest production of rice was obtained at the PTT treatment which was equal to 8.800 kg/ha compared to Enzyme treatment and Non Enzyme treatment which produced only 7.040 kg/ha. The highest production cost obtained at Enzyme treatment that was equal to Rp.8.526.224,- followed by PTT treatment that was equal to Rp.5.850.280,- and the lowest at Non-Enzyme treatment which yielded Rp.5.551.224,-. The efficiency of production cost at PTT treatment was 31.38% higher compared to Enzyme treatment. The highest farmers earnings was obtained at PTT treatment that was equal to Rp.9.989.720,-/ha, while at Enzyme and non Enzyme treatments reached Rp.4.145.776,- and Rp.7.120.776,- /ha respectively. Therefore, the provision of Enzyme it self in form of bio-culture cannot improve the paddy productions and further does not give any benefit for the farmers. Keywords: enzym, 1CM, productivity, farmer income   Kajian teknologi enzym revolusi agro dan pengelolaan tanaman terpadu di Sulawesi Selatan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi Enzym Revolusi Agro dan PTT terhadap peningkatan produksi padi dan pendapatan petani. Kajian ini dilaksanakan di Kelurahan Tabaringan, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, tanam tanggal 16 Mei dan panen tanggal 11 Agustus 2006. Kajian ini dilaksanakan di lahan petani dengan susunan perlakuan: (1) Enzym, (2) PTT dan (3) Non Enzym. Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil gabah tertinggi diperoleh pada perlakuan PTT yaitu sebesar 8.800 kg/ha, sedangkan pada perlakuan Enzym dan Non Enzym hanya 7.040 kg/ha. Biaya produksi yang paling tinggi terdapat pada perlakuan Enzym yaitu sebesar Rp.8.526.224 disusul perlakuan PTT yaitu sebesar Rp.5.850.280 dan yang paling rendah adalah pada perlakuan Non Enzym yaitu Rp.5.551.224. Pendapatan usahatani tertinggi diperoleh pada perlakuan PTT yaitu sebesar Rp.9.989.720/ha, sedangkan pada perlakuan Enzym dan Non Enzym masing-masing hanya Rp.4.145.776 dan Rp.7.120.776/ha. Dengan demikian pemberian enzym biokultur tidak meningkatkan hasil tanam padi. Kata kunci: enzym, PTT, produktivitas dan pendapatan petani
PENGKAJIAN INTENSIFIKASI PADI SAWAH BERDASAR PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN , Arafah
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment of lowland rice intensification based on integrated crop and resources management was aimed atidentifying the components required to achieve high yield and income. The study site was purposively chosen on thelowland-rice producing center in Pinrang Regency conducted for two seasons, namely dry season and wet seasons.The observations consisted of cooperating and non-cooperating farmers. Lowland area cultivated by the cooperatingfarmers was 3.0 hectares for each season. The dry and wet seasons lasted from July 17 to November 22, 2001 andFebruary 10 to June 15, 2002. Ciliwung rice variety was transplanted when the seedlings were15 days old. Cropspractice included one seedling per hill, planting space of 25 x 25 cm2 , organic fertilizer made of decomposed straw (2tons/ha), Urea based on leaf color chart (155 kg/ha), SP-36 and KCl based on soil analysis each of 75 kgs/ha,intermitted irrigation, and integrated pests management. On the dry season, cooperating farmers’ income and yieldwere Rp 1,066,504/ha (20.72%) and 1,451 kg/ha (22.25%), respectively, greater than those of non-cooperatingfarmers. On the wet season, the cooperating farmers achieved Rp 1,904,692/ha (51.62%) higher than that of noncooperatingfarmers with yield difference of yields by 2,175 kg/ha (45.35%).Key words : intensification, integrated crop management, Oryza sativa Intensifikasi padi sawah dengan metode pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu ini memperhitungkanketerkaitan dan keterpaduan antara tanaman dan sumberdaya yang ada. Teknik-teknik produksi yang diterapkanmempertimbangkan sinergisme yang ada antara teknik tersebut agar mampu memberikan hasil yang tinggi. Tujuanpengkajian adalah untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang diperlukan bagi metode pengelolaan tanamansecara terpadu agar dapat memberikan hasil dan pendapatan yang tinggi dalam intensifikasi padi. Lokasi pengkajianditentukan secara sengaja (Purposive Sampling) pada daerah sawah beririgasi di sentra produksi padi yang merupakandaerah primer dalam pengembangan usahatani padi yaitu, Kabupaten Pinrang yang dilaksanakan pada dua musimtanam yaitu MK dan MH, dengan luas 3,0 ha pada setiap musim. Pengkajian ini melibatkan petani sebagaipelaksana (petani koperator), dan petani nonkoperator yang jumlahnya sama dengan petani koperator. Pengambilansampel ditentukan secara acak sederhana (simple random sampling). Petani nonkoperator ini memiliki lahan sawahyang berada di sekitar pengkajian. Pada musim kering tanam tanggal 17 Juli dan panen tanggal 22 November 2001,sedangkan pada musim hujan tanam tanggal 10 Februari dan panen tanggal 15 Juni 2002. Varietas yang digunakanadalah Ciliwung yang ditanam dengan umur bibit 15 hari, satu batang/rumpun dengan jarak tanam 25 x 25 cm.Pemupukan dengan menggunakan kompos jerami sebanyak 2 t/ha, urea sebanyak 155 kg/ha (berdasar LCC/BWD),SP-36 dan KCl masing-masing 75 kg/ha (berdasar analisis tanah). Pengelolaan air dilakukan secara Intermitten danpengendalian hama dengan metode PHT. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pendapatanyang diperoleh petani koperator dibanding nonkoperator sebesar Rp 1.066.504/ha (20,72 %), dengan selisihpeningkatan produktivitas sebesar 1.451 kg/ha GKP (22,25 %) pada MK dan pada MH peningkatan pendapatansebesar Rp. 1.904.692/ha (51,62 %), dengan selisih peningkatan produktivitas sebesar 2.175 kg/ha GKP (45,35 %).Kata kunci: intensifikasi, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Oriza sativa