Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL DI RS TUGU SEMARANG -, Arwani; Sriningsih, Iis; Hartono, Rodhi
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Jiwa
Publisher : Jurnal Keperawatan Jiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terkait adanya stressor pada saat dilakukan pembedahan dengan anestesi spinal sangat penting untuk membuat tubuh selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak.Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui teknik relaksasi.Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan metode meditasi, yoga, maupun aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi komplementer yang layak untuk dicoba karena cara tersebut diketahui dapat memberi stimulus positif ke otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Jenis penelitian quasy-experiement dengan rancangan one group without control group design dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang (42.5%). Hasil uji statistic dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05).Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Disarankan agar pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi (preoperative anxiety disorder).
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL DI RS TUGU SEMARANG -, Arwani; Sriningsih, Iis; Hartono, Rodhi
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 1, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Jurnal Keperawatan Jiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.396 KB)

Abstract

Terkait adanya stressor pada saat dilakukan pembedahan dengan anestesi spinal sangat penting untuk membuat tubuh selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak.Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui teknik relaksasi.Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan metode meditasi, yoga, maupun aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi komplementer yang layak untuk dicoba karena cara tersebut diketahui dapat memberi stimulus positif ke otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Jenis penelitian quasy-experiement dengan rancangan one group without control group design dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang (42.5%). Hasil uji statistic dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05).Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Disarankan agar pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi (preoperative anxiety disorder).
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK (STUDI KASUS DI RS KABUPATEN KUDUS) -, Purnomo; -, Arwani; Duke, Halena I.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 4, No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asma merupakan suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Di Indonesia prevalensi asma usia 13-14 tahun 1-2%, Jawa Tengah 6,2%. Asma menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada anak. Metode yang digunakan adalah case control study. Diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, tanda-tanda klinik, pemeriksaan tambahan. Kelompok kontrol adalah anak yang tidak didapati menderita asma berdasarkan anamnesis, tanda klinik, pemeriksaan tambahan oleh dokter spesialis anak. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dengan chi square test serta analisis multivariat dengan metode regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma adalah jenis kelamin (OR=8,25; 95%CI; 1.252-54,364; p=0,028), kepemilikan binatang piaraan (OR=30.65; 95%CI; 1.538-610.7; p=0.025), perubahan cuaca (OR =19,27; 95%CI : 2.169-171,3; pn 0,008), riwayat penyakit keluarga (OR=8,27; 95%CI; 1,505-45,434; r0,015), asap rokok (OR=23,13; 95%C I; 4,141-129,2; p=0,001). Probabilitas individu untuk terkena asma bronkiale dengan semua faktor risiko adalah sebesar 46,51%. Faktor risiko yang tidak terbukti berpengaruh adalah perabot rumah tangga sumber alergen, jenis makanan, debu rumah. Ketiga faktor tersebut berpengaruh akan tetapi besar risiko yang diakibatkan lebih kecil, dan secara statistik tidak bermakna. Simpulan: faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial anak adalah jenis kelamin, kepemilikan binatang piaraan, perubahan cuaca, riwayat penyakit keluarga, asap rokok. Saran: bagi masyarakat agar waspada apabila setiap terjadi keluhan sesak nafas untuk segera menghubungi petugas kesehatan untuk pengelolaan selanjutnya.Kata kunci: studi kasus kontrol, asma bronkial, faktor risiko asma.
PERBEDAAN TINGKAT PERFUSI PERIFER ULKUS KAKI DIABETIK SEBELUM DAN SESUDAH OLAHRAGA PERNAFASAN DALAM DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD dr. R. SOEPRAPTO CEPU Arwani -; Puji Siswanto; Ramelan Sugijana
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2014: PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.064 KB)

Abstract

Latar Belakang  - Pengelolaan ulkus kaki diabetik dapat dilakukan secara farmakologis dan nonfarmakologis. Latihan jasmani seperti senam kaki diabetik sebagai salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis dilakukan  untuk mengaktivasi pembuluh darah agar sirkulasi darah ke area luka meningkat sehingga mempercepat proses penyembuhan luka kaki diabetik. Selain sirkulasi  darah yang baik, proses penyembuhan  luka juga membutuhkan  oksigenasi yang adekuat. Olahraga  pernafasan  dalam  merupakan  gabungan  dari  latihan  fisik  dan  nafas  dalam  yang  bermanfaat  untuk meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi sehingga perfusi jaringan luka meningkat.Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat perfusi jaringan perifer ulkus kaki diabetik sebelum dan sesudah olahraga pernafasan dalam di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. R. Soeprapto Cepu. Metoda   -  Desain  penelitian  menggunakanquasy eksperimen  dengan  rancangan  pretest  –  posttest  menggunakan kelompok kontrol. Indikator yang dipakai untuk menilai status perfusi jaringan adalah skor ABI (Ankle Brachial Index) yang diukur dengan sphygmomanometer. Sampel terdiri dari 32 responden terbagi dalam kelompok eksperimen dan kontrol yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Hasil–Hasil penelitian menunjukkan bahwaskor ABI posttestpada kelompok intervensi memiliki nilai rerata lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yaitu 0.92 berbanding 0.85 dan secara statistik bermakna (p = 0,001). Simpulan - Disimpulkan bahwa olahraga pernafasan dalam dapat meningkatkan status perfusi jaringan perifer ulkus kaki diabetik. Disarankan olahraga pernafasan dalam dapat menjadi pilihan untuk memberikan intervensi keperawatan kepada penderita ulkus kaki diabetik sebagai sarana membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENGKONSUMSI MAKAN MAKANAN MANIS DAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK TK PERTIWI 37 GUNUNG PATI Ernawati -; Arwani -; Amin Samiasih
FIKkeS Vol 4, No 2 (2011): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : FIKkeS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.503 KB)

Abstract

Penyakit gigi dan mulut adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain. Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Tingginya angka karies gigi dapat dipengaruhi berbagai faktor.Karies gigi dapat disebabkan oleh faktor distribusi penduduk, lingkungan, perilaku dan faktor pelayanan kesehatan gigi. Pada anak prasekolah, karies gigi banyak disebabkan karena adanya kebiasaan yang kurang baik. Pada umumnya anak usia prasekolah tersebut mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis atau yang mengandung gula murni seperti permen, cokelat, dan donat.Di lain pihak anak prasekolah memiliki kebiasaan menggosok gigi hanya dua kali sehari yaitupada waktu pagi hari dan sore hari. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif korelasi, Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cros sectional (belah lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu siswa di TK Pertiwi 37 Gunung berjumlah 47 siswa. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi square.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Sebagian besar anak pada anak TK Pertiwi 37 Gunungpati Semarang sering mengkonsumsi makanan manis. Sebagian besar anak pada anak TK Pertiwi 37 Gunungpati Semarang, melakukan gosok gigi dengan buruk. Sebagian besar anak pada anak TK Pertiwi 37 Gunungpati Semarang, mengalami karies gigi. Ada hubungan antara perilaku konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi pada anak TK Pertiwi 37 Gunungpati Semarang (p = 0,007).Ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak TK Pertiwi 37 Gunungpati Semarang (p = 0,001).Saran yang diberikan kepada ibu-ibu yang memiliki anak sebaiknya mengurangi konsumsi makanan manis-manis pada anak-anak dengan cara memberikan bekal makanan ke sekolah sehingga akan mengurangi konsumsi makanan jajanan yang manis-manis sehingga karies gigi dapat terkurangi.Kata kunci : Perilaku konsumsi makanan manis, perilaku gosok gigi, kejadian karies gigi
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH SEBELUM DAN SETELAH DI BERIKAN PENDIDIKAN SEKS DI SMA N 2 MRANGGEN TAHUN 2010 Boediono -; Arwani -; Amin Samiasih
FIKkeS Vol 4, No 1 (2011): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : FIKkeS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.27 KB)

Abstract

Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Sementara itu perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah melakukan hubungan seksual mencapai angka sebesar 42,3 persen. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap remaja tentang perilaku seksual pranikah, salah satunya melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 2 Mranggen masih terdapat siswi yang hamil diluar nikah, salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kurangnya informasi perilaku seksual pranikah. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang hubungan sekspranikah di SMA N 2 Mranggen tahun Ajaran 2009/2010 sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.jenis Penelitian ini merupakan penilaian pra ekspirimen. Rancangan penelitian menggunakan one group pra test post test dengan populasi siswa kelas XI di SMA N 2 Mranggen sebanyak 226 orang dan sampel yang diambil adalah sampel yang di pilih secara proposonat random sampling dari seluruh total populasi yang berjumlah 70 orang. Variabel independent adalah pendidikan seks Variabel dependent adalah tingkat pengetahuandan sikap remaja tentang seksual pranikah. Uji statistik yang digunakan t-dependent/ paired t-test. Hasil penelitian: Sebagian besar tingkat pengetahuan remaja sebelum diberi pendidikan kesehatan seks adalah cukup yaitu sebesar 33 orang (55%) dan sikap remaja tentang perilaku seksual pranikah sebagian besar adalah sangat tidak setuju yaitu 53 orang (83,3%), sedangkan tingkat pengetahuan remaja sesudah diberi pendidikan kesehatan sebagian besar adalah baik yaitu sebesar 50 orang (83,3%) dan sikap remaja sebagian besar sangat tidak setuju yaitu 58 orang ( 96,7% ). Hasil analisis data pengaruh pendidikan kesehatan seksual pranikah terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku seksual pranikah terdapat pengaruh yang signifikan ditunjukkan dengan hasil nilai P-Value = 0,000 < 0,05.Simpulan: Pendidikan kesehatan seks berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku seksual pranikah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P-value = 0,000 < 0,05. Kata kunci: Pendidikan seks, pengetahuan dan sikap remaja, perilaku seksual
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL DI RS TUGU SEMARANG Arwani -; Iis Sriningsih; Rodhi Hartono
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 1, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.396 KB) | DOI: 10.26714/jkj.1.2.2013.%p

Abstract

Terkait adanya stressor pada saat dilakukan pembedahan dengan anestesi spinal sangat penting untuk membuat tubuh selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak.Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui teknik relaksasi.Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan metode meditasi, yoga, maupun aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi komplementer yang layak untuk dicoba karena cara tersebut diketahui dapat memberi stimulus positif ke otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Jenis penelitian quasy-experiement dengan rancangan one group without control group design dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang (42.5%). Hasil uji statistic dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05).Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Disarankan agar pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi (preoperative anxiety disorder).
The Difference of Anxiety Level on Hemodyalisis Patient Applied Health Education Using Leaflet and Audiovisual Aids Nurhidajah -; Shobirun -; Arwani -
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2011: PROSEDING SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN PPNI JATENG
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.404 KB)

Abstract

Background - End stage renal disesase (ESRD) or chronic kidney disease is a life treatening condition. One of treatment conducted to replace renal function is hemodyalis. Among several patients, hemodyalisis can be a stressor for the patients so that anxiety is a condition that often experienced by the patients. In several cases, anxiety causes the patient fall in deteriorating condition at the time hemodyalisis done. Researches show that the quality of life of renal failure patients depend on the ability to face a steessor. In General Hospital Kota Semarang, health promotion has been developed. However, the implementation has not been conducted through audiovisual or leaflet media so that it may be contributed to low level knowledge. As a result, anxiety may increase. Objective - This study aimed to analise the difference of enxiety level of patient who having health education through audiovisual and leaflet media in Renal Unit General Hospital Kota Semarang. Method - Thirty nine respondent were partisipated in this study. Pre-test post-test design was applied to identify anxiety level of the patients. Independent t Test was used to analised the differences between two groups. Result - The result showed that there was significant difference when the patients having audiovisual (p=0.007) and when having leaflet (p=0.000). Meanwhile, there was no significant difference between both use of leaflet and audiovisual media (p=0.713). Recommendation - This study recommended the importance of using both leaflet and also audiovisual media. Key words - End Stage Renal Disesase (ESRD), I-Iemodyalisis Anxiety, Leaflet Audiovisual Medi
Kualitas Hidup Penderita Strok Fase Rehabilitasi Di Kota Semarang Arwani -; Shobirun -; Heri Wibowo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2011: PROSEDING SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN PPNI JATENG
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.869 KB)

Abstract

Latarbelakang&tujuan - Diperkirakan saat ini di Indonesia ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur. Pada kondisi yang seperti ini pengukuran kualitas hidup pada pasien strok fase rehabilitasi menjadi sangat penting diperhatikan. Metoda - Penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan crossesctional dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kualitas hidup (quality of life) dari penderita strok fase rehabilitasi di kota Semarang, dan mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dan pendidikan dengan kualitas hidup pasien strok fase rehabilitasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita strok fase rehabilitasi yang ada di kota Semarang. Sebanyak 65 penderita stroke fase rehabilitasi yang tinggal di kota Semarang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini (lotal sampling);- Analisa yang digunkan adalah dengan analisa univariat untuk menggambarkan kualitas hidup penderita strok fase rehabilitasi dengan distribusi frekuensi. dan prosentase, dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dan pendidikan dengan kualitas hidup penderita strok fase rehabilitasi menggunakal uji rank Spearman. Hasil - Kualitas hidup penderita strok fase rehabilitasi di kota Semarang sebagian besar mengalami gangguan pada aspek energy, peran, mobilitas, kepribadian, peran sosial, dan fungsi anggota gerak atas. Sedangkan aspek yang tidak mengalami kesulitan ataugangguan adalah aspek bahasa, suasana hati, perawatan dini, berpikir, penglihatan, pekerjaan/ produktifitas, dan spiritual. Dukungan keluarga yang diberikan lebih banyak pada dukungan instrumental dan informasi. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara dukungan leluarga dengan kualitas hidup pasien strok fase rehabilitasi (p =0,728) demikian halnya dengan pendidikan dengan kualitas hidup pasien strok fase rehabilitasi di kota Sernarang (p= 0,751). Simpulan & Saran - Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih mendalam mencakup jumlah sampel yang lebih besai, cakupan wilayah yang lebih luas, dan perlunya penyediaan buku panduan (buku saku) tentang kualitas hidup bagi penderita strok dan keluarganya. Kata Kunci: Strok fase rehabilitasi, dukungan keluarga, pendidikan, kualitas hidup
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK (STUDI KASUS DI RS KABUPATEN KUDUS) Purnomo -; Arwani -; Halena I. Duke
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 7 (2012): Desember 2012
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.518 KB)

Abstract

Asma merupakan suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Di Indonesia prevalensi asma usia 13-14 tahun 1-2%, Jawa Tengah 6,2%. Asma menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada anak. Metode yang digunakan adalah case control study. Diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, tanda-tanda klinik, pemeriksaan tambahan. Kelompok kontrol adalah anak yang tidak didapati menderita asma berdasarkan anamnesis, tanda klinik, pemeriksaan tambahan oleh dokter spesialis anak. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dengan chi square test serta analisis multivariat dengan metode regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma adalah jenis kelamin (OR=8,25; 95%CI; 1.252-54,364; p=0,028), kepemilikan binatang piaraan (OR=30.65; 95%CI; 1.538-610.7; p=0.025), perubahan cuaca (OR =19,27; 95%CI : 2.169-171,3; pn 0,008), riwayat penyakit keluarga (OR=8,27; 95%CI; 1,505-45,434; r0,015), asap rokok (OR=23,13; 95%C I; 4,141-129,2; p=<0,001). Probabilitas individu untuk terkena asma bronkiale dengan semua faktor risiko adalah sebesar 46,51%. Faktor risiko yang tidak terbukti berpengaruh adalah perabot rumah tangga sumber alergen, jenis makanan, debu rumah. Ketiga faktor tersebut berpengaruh akan tetapi besar risiko yang diakibatkan lebih kecil, dan secara statistik tidak bermakna. Simpulan: faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial anak adalah jenis kelamin, kepemilikan binatang piaraan, perubahan cuaca, riwayat penyakit keluarga, asap rokok. Saran: bagi masyarakat agar waspada apabila setiap terjadi keluhan sesak nafas untuk segera menghubungi petugas kesehatan untuk pengelolaan selanjutnya.Kata kunci: studi kasus kontrol, asma bronkial, faktor risiko asma.