Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH TATA LETAK INSTRUMEN GAMELAN JAWA DI PANGGUNG PENDHAPA ISI SURAKARTA TERHADAP PARAMETER AKUSTIK BAGI PENGENDANG -, Suyatno
Instrumentasi Vol 37, No 1 (2013)
Publisher : LIPI Press, Anggota IKAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.674 KB) | DOI: 10.14203/instrumentasi.v37i1.9

Abstract

Dalam paper ini dibahas analisa parameter akustik tataletak instrumen Gamelan Jawa bagi salah satu pemain Gamelan, yaitu Pengendang (pemain kendang). Pada permainan atau pagelaran Gamelan Jawa, pemain kendang adalah seniman yang seringkali bertindak seolah-olah sebagai konduktor. Sebagai pemimpin, pengendang bertugas mengatur ritme dan tempo permainan didasarkan pada respon yang diterima oleh telinga kiri dan kanan (IACC). Berdasarkan persepsi nada-nada yang didengarnya, pemain kendang memberikan komando melalui nada-nada kendang yang dimainkan. Nada-nada yang dihasilkan oleh instrumen gamelan menyebabkan medan suara dengan karakteristik tertentu. Karena sifatnya, secara teoritis medan suara yang dihasilkan oleh masing-masing instrumen untuk sampai ke pemain sangat dipengaruhi oleh karakter ruang dimana permainan dilakukan. Dalam penelitian ini, sebagai panggung pagelaran adalah Pendhapa ISI Surakarta. Pendhapa ISI Surakarta merupakan ruang pagelaran semi terbuka yang menghasilkan lebih banyak bunyi langsung untuk sampai pada pendengar terutama bagi pemain. Dari penelitian ini diperoleh nilai parameter akustik yang didengarkan oleh Pengendang pada permainan gending “Gambyong Pareanom” adalah Listening Level sebesar 98 dB, Tau-e sebesar 24.9 ms, tau-1 sebesar 2 ms serta IACC sebesar 0,81. Nilai ini menunjukkan bahwa pagelaran Gamelan Jawa pada Pendhapa ISI Surakarta menghasilkan karakter akustik tertentu. Namun karakteristik tersebut ‘belum’ menunjukkan preferensi optimum yang dibutuhkan oleh pemain kendang. Untuk itu, diperlukan pengujian lebih lanjut berbasis psiko dan phisio akustik agar dapat menjamin komunikasi antar pemain melalui nada-nada. Kata kunci: Gamelan Jawa, tataletak instrumen, pendhapa, Pengendang, Listening Level, Tau-e, tau-1, IACC.
SERBA-SERBI SURAT DINAS DAN PERMASALAHANNYA Suyatno -
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1693.668 KB) | DOI: 10.26714/lensa.5.2.2015.155-160

Abstract

Surat dinas adalah sarana yang paling efektif bagi suatu intansi pemerintah atau perusahaan untuk berkomunikasi secara tertulis dengan instansi atau perusahaan lainnya. Kemajuan teknologi memang telah berhasil menciptakan alat -alat yang lebih canggih (sophisticated technology) seperti telepon, HP (handphone), HT (Hand Talky), televisi, faksimile, jaringan internet, radar, modem,dll., namun hal -hal yangberupa informasi, perjanjian, keputusan, dan segala urusan kedinasan lainnya masih membutuhkan surat sebagai pengesahannya, surat jugalah dengan tanda tangan,stempel, atau materai sebagai tanda bukti yang memiliki kekuatan hukum dan otentik.Menyusun surat dinas yang baik tidaklah mudah. Sebagai bentuk komunikasi tulisan, surat menuntut penggunaan bahasa yang tidak saja benar menurut tata bahasa dan ejaan, tetapi juga jelas, efektif dan mampu mengungkapkan maksud yang ingin disampaikan oleh instansi/perusahaan pengirimnya. Sebagai bentuk dokumentasiyang otentik, surat dinas sangat mungkin dibaca orang, diperbanyak, dan disimpan dalam jangka waktu yang lama untuk suatu ketika dilihat kembali. Oleh karena itu, bentuk, isi, dan bahasa sebuah surat dinas menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. Di bawah ini disajikan beberapa petunjuk tentang diksi (pemilihan kata),ketepatan, kebakuan, keumuman, kehematan, kehalusan makna, contoh surat dinasyang kurang tepat, perbaikan surat dinas, dan beberapa penjelasan. Diharapkanmakalah ini dapat menuntun Anda dalam menguasai surat dinas.
STUDI ETNOGRAFI TERFOKUS PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH Suyatno -
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 2. No. 1. Tahun 2005
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7964.741 KB) | DOI: 10.26714/jkmi.2.1.2005.%p

Abstract

Baickgound: Tuberculosis is a complex problem, especially in the tleveloping countries. Among other problems, the most dfficult thing to handle is the difficulty in findtng the srffirer. The objective of this intcly is' to apply the ethnographic study to explore the case of tuberculosis in the community. Metiod: The'stucly oppiin, the cimmunity based design. The data was gathered with quantitative and qualitative methotl (in-clepth'inter-view) from the tuberculosis patient and the non-tuberculosis patient, some of key pet'son in the community, ancl health tuorker in 7 health center area in the district of Kebumen, Central Java. Results; The study showecl ihat 'TAC' was afamiliarterminologt of tuberculosis, and there were various local terminologies as tuberculosis symptoms. More patieits came to health care center with haemoptysis symptom. Conclusion; Almost all of them felt uncomfortable witi the durution and the side effect of antituberculosis medicine.Keywords: tuberculosis, ethnographic study, local terminology
PENGARUH TATA LETAK INSTRUMEN GAMELAN JAWA DI PANGGUNG PENDHAPA ISI SURAKARTA TERHADAP PARAMETER AKUSTIK BAGI PENGENDANG Suyatno -
Instrumentasi Vol 37, No 1 (2013)
Publisher : LIPI Press, Anggota IKAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/instrumentasi.v37i1.9

Abstract

This paper is discussed an analysis of the acoustics parameters of Javanese Gamelan instruments layout at position of performer namely Pengendang (drummer). This is of importance as in the Gamelan concert, Pengendang is a performer who frequently acts as 'a conductor' (leader) of the performance. As a leader, Pengendang has a duty to maintain the rhythm and tempo of the performance based on the perceived tones as result of Pengendang’s left and right ear response (IACC). Pengendang realizes such a duty by giving a direction through tones produced by the “kendang”. The tones produced by the gamelan lead to particular characteristics of the sound field. Theoretically, the sound field produced by each instrument of the gamelan that is affected by the space properties where the performance is being conducted. In this research, Pendhapa ISI Surakarta was considered as the stage in which the Javanese Gamelan was performed. The Pendhapa 'ISI Surakarta' is a semi-outdoor concert hall. Therefore, this produces a direct sound to the receiver particularly for the performers. It is found that the acoustics parameters measured at Pengendang position for gending "Gambyong Pareanom" is 98 dB for Listening Level (LL) while Tau-e and tau-1 are 24.9 ms and 2 ms respectively. IACC of 0.81 is also pronounced. These values indicate that the Javanese gamelan performed in Pendhapa ISI Surakarta has particular acoustic characteristic. However, this acoustic charactertics has not yet been “optimum acoustics preference” as expected by a drummer. Therefore, it is instructive to investigate this further based on fisio- and physio- acoustic aspecs in order to ensure communication among the performers through the tones can be maintained. Keywords: Javanese Gamelan, instruments layout, Pendahpa, Pengendang, Listening Level, Tau-e, Tau-1, IACC.