Iip Sarip Hidayana
Institut Seni Budaya Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemaknaan Permainan Rakyat Pada Ritual Kematian Rambu Solo’ Di Kampung Adat Ke’Te’ Kesu’ Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan Iip Sarip Hidayana; Rufus Goang Swaradesy
PANGGUNG Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.538 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i2.1574

Abstract

Masyarakat adat merupakan salah satu kelompok masyarakat yang masih kuat menjaga sistem nilai tradisional dalam berbagai aspek kehidupan. Hal tersebut menjadikan masyarakat adat memiliki kekhasan nilai –nilai budaya. Salah satu kekhasan tersebut dapat ditemukan di masyarakat adat Kete’Kesu’ Toraja Utara dalam keragaman permainan rakyat. Permainan rakyat lahir dari upacara ritual masyarakat adat sebagai upaya penanaman karakter bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi permainan rakyat yang ada di masyarakat adat Kete’ Kesu’ untuk selanjutnya dicari makna nilai yang terkandung dalam permainan rakyat tersebut. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan dan melakukan wawancara tokoh adat dan anggota masyarakat Kete’Kesu’. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan paradigma teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya sejumlah permainan rakyat di Kete’ Kesu’ yakni Kalungkung tedong, Mapasilaga tedong, Ma’Timba, Palok’, dan Pali’. Adapun makna dari permainan rakyat yang ada di masyarakat adat Ke’te’ Kesu’ tersebut dapat digunakan untuk penguatan nilai-nilai karakter di masyarakat.Kata Kunci: Masyarakat Adat, Permainan Rakyat Kete’Kesu’, Teori Fungsionalisme Malinoswki
FUNGSI TRADISI NGUMBAH PUSAKA PRABU GEUSAN ULUN SUMEDANG LARANG Mochamad Rilo Tubagus; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan; Iip Sarip Hidayana
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1559

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul Fungsi Tradisi Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun di Sumedang Larang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan fungsi pada Ritual Ngumbah Pusaka. Pembahasan dalam penelitian ini memiliki beberapa fungsi yang ada dalam tradisi Ngumbah Pusaka dibahas dengan menggunakan teori Struktur Fungsionalisme. Tradisi ini di lakukan pada setiap bulan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengemukakan rumusan masalah mengenai struktur tradisi Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun dan fungsi tradisi Ngumbah Pusaka di Museum Prabu Geusan Ulun pada masyarakat Sumedang Larang.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini bertitik tolak dari rumusan masalah yaitu untuk menjelaskan bagaimana struktur tradisi Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun, untuk mengetahui dan mendeskripsikan fungsi tradisi Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun pada Masyarakat Sumedang Larang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu studi pustaka, observasi, wawancara dan analisis data. Berdasarkan Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa fungsi tradisi Ngumbah Pusaka di Museum Prabu Geusan Ulun merupakan ritual dengan struktur dan fungsi pertunjukan. Ada beberapa tahapan yaitu persiapan, kedua penyajian, dan tahap ketiga penutup. Fungsi tradisi Ngumbah Pusaka memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi-fungsi pada ritual Ngumbah Pusaka, fungsi ritual, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi sosial dan fungsi religius.Kata Kunci: Fungsi, Ngumbah Pusaka. ABSTRACTThe research entitled Fungsi Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun Sumedang Larang was conducted with the aim of finding out the structure and function of the Ritual Ngumbah Pusaka. The discussion in this study covers with several functions that exist in the Ngumbah Pusaka tradition, discussed using the theory of Functional Structure. This tradition is carried out every month of the birth of the Prophet Muhammad saw. This research was conducted by presenting the formulation of the problem regarding the structure and function of the tradition of Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun in the Sumedang Larang community. The objectives to be achieved in this study start from the formulation of the problem, to explain how the structure of the Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun tradition and to know and describe the function of the Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun tradition in the Sumedang Larang Community. This research was conducted using qualitative methods with data collection techniques, namely literature study, observation, interviews and data analysis. The result of this studi in dicate that the function of the Ngumbah Pusaka tradition at the Museum Prabu Geusan Ulun is a ritual with the structure and function of the performance. There are several stages in this procession: the first stage is preparation, the second is presentation, and the third stage is closing. The Ngumbah Pusaka tradition has several functions: functions in the Ngumbah Pusaka ritual, ritual functions, entertainment functions, communication functions, sosial functions and religious functions.Keywords: Functions, heirloom cleaning
KESENIAN TEREBANG SEJAK KAMPUNG DUKUH CIKELET KABUPATEN GARUT SEBAGAI UPAYA PEMAJUAN KEBUDAYAAN Iip Sarip Hidayana
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1560

Abstract

ABSTRAKKesenian Terebang Sejak saat ini masih hidup pada masyarakat adat yang memiliki latar belakang keyakinan agama Islam. Hal ini yang menjadikan daya tarik bagi penulis untuk menjadikan kesenian Terbang Sejak sebagai objek kajian yang diteliti berada di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. Pada telaah awal, terlihat bahwa kesenian Terebamg Sejak di masyarakat adat tersebut memiliki makna dan fungsi yang melekat dengan aktivitas adat istiadat masyarakat Kampung Dukuh, seperti acara Muludan, Khitanan, dan upacara keagamaan lainnya. Selain fungsi keagamaan, kesenian Terebang Sejak pada masyarakat adat Kampung Dukuh juga mempunyai fungsi lain sebagai ekspresi emosional masyarakat pada berbagai kegiatan sosial, seperti: penyambutan tamu khusus, peringatan hari besar nasional, syukuran pernikahan, kampanye partai politik, festival seni budaya dan kegiatan sosial lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kajian budaya. Tujuannya untuk memahami suatu teks budaya secara eklektik dengan memberi ruang yang terbuka bagi berbagai teori untuk digunakan dalam proses tersebut. Kajian budaya merupakan arena yang terbuka luas bagi berbagai bentuk penafsiran terhadap teks budaya, sebagai upaya Pemajuan Kebudayaan.Kata kunci: Kesenian Terebang Sejak, Pemajuan Kebudayaan, Kampung Dukuh Cikelet. ABSTRACTTerebang Sejak Art is still alive in indigenous communities who have a background in Islamic religious beliefs. This is what makes the attraction for the writer to make the art of Terebang Sejak as the object of study that studied in the Indigenous Village of the Village of Ciroyom, Cikelet Village, Garut Regency. At the beginning of the study, it was seen that the Terebang Sejak arts in the indigenous community has meaning and function that attached to the traditional activities of the Dukuh Village, such as Muludan, Sunatan (Circumcision), and other religious ceremonies. In addition to religious functions, the art of Terebang Sejak in the indigenous people of Dukuh Village also has other functions as an emotional expression of the community in various social activities, such as: welcoming special guests, celebrating national holidays, wedding celebrations, political party campaigns, cultural arts festivals and other social activities. This research is a qualitative study using a cultural study approach. The aim of this research is to understand an eclectic cultural text by providing open space for various theories to be used in the process. Cultural studies are a wide open arena for various forms of interpretation of cultural texts, as an effort to Advance Culture.Keywords: The art of Terebang Sejak, The Advancement of Culture, Dukuh Cikelet Village.
SISTEM PEWARISAN BUDAYA PADA KESENIAN LONGSER GRUP PANCAWARNA DI DESA RANCAMANYAR KECAMATAN M. Arif Billah; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan; Iip Sarip Hidayana
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 2 (2019): Artefak Budaya Arkais dan Kontemporer : dari Ulos Hingga Seni Digital
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i2.1122

Abstract

ABSTRAKSeni longser merupakan kesenian dengan jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di wilayah Jawa Barat, khususnya di daerah Bandung. Pada awalnya, kesenian longser pertama kali diperkenalkan oleh seniman bernama Bang Tilil. Kiprahnya sebagai seniman longser, mampu menghasilkan beberapa grup seni longser di wilayah Bandung salah satunya, yaitu seni longser Grup Pancawarna yang dipimpin oleh Ateng Japar. Setelah Ateng Japar wafat, kesenian tersebut masih dilanjutkan oleh anggota grup atau penerusnya untuk dapat mempertahankan kesenian longser s ebagai warisan budaya. Sebagai salah satu usaha untuk dapat mempertahankan kesenian tersebut. Tulisan ini, merupakan deskripsi analisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun teori yang digunakan, yaitu teori pewarisan budaya. Temuan dari hasil penelitian yaitu, membahas hasil pola pewarisan budaya dari Ateng Japar sebagai pendiri grup Pancarwarna kepada para penerusnya. Proses pewarisan kesenian ini dilakukan menggunakan konsep enkulturasi dan sosialisasi. Ada beberapa aspek yang berubah dari proses pewarisan kesenian longser Pancawarna, aspek tersebut yaitu bentuk atau struktur pertunjukan.Kata Kunci: Kesenian Longser, Grup Pancawarna, dan Pewarisan BudayaABSTRACTLongser is one of popular arts that live within areas in West Java, particularly in a beautiful town called Bandung. The art of longser was firstly introduced by an artist, Bang Tilil. His performance as a longser artist had made some of group of longser art in the area, one of the most well known among people was called a group Pancawarna that was lead by Ateng Japar. Despite is death, he inspire other members of the group, which is also his successor, to continue preserving this longser art as a cultural heritage. This research is a descriptive analysis with qualitative approach, and using a theory of cultural inheritance. The research discovers the patterns resulted from a cultural inheritance that was passed down to the younger generation from Ateng Japar as the founder of Pancawarna group. This longser inheritance was passed down using the enculturation and socialization concepts. During this process, several aspects change slowly within the longser of Pancawarna group. Those aspects are longser’s forms or performing structures.Keywords: Longser, Pancawarna Group, Enculturation, Socialization, and Cultural Inheritance.
MAKNA BUDAYA POHON AREN DALAM PENDEKATAN EKOLOGI BUDAYA DI KAMPUNG ADAT DUKUH, CIKELET, GARUT Iip Sarip Hidayana; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan
PANGGUNG Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.141 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i4.2298

Abstract

Bagi masyarakat adat, hubungan manusia dengan alam sangatlah penting. Ketergantungan manusia pada alam membuat perlakuan dan penghormatan kepada alam menjadi bagian dari nilai hidup yang dianut. Ketika terjadi perubahan dalam memperlakukan alam, maka terjadi pergeseran dan perubahan pada nilai yang mereka anut. Pohon aren merupakan simbol penting dalam lahirnya kampung adat Dukuh di Garut, Jawa Barat. Namun demikian, pergeseran nilai aren secara ekonomis menjadikan pengelolaan pohon itu semakin berkurang. Hal itu tentunya dapat mengancam nilai-nilai dan kebertahanan budaya masyarakat adat tersebut. Melalui penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini bermaksud mengungkap aspek historis dan makna budaya pohon aren bagi masyarakat adat Dukuh melalui pendekatan ekologi budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat memiliki kekayaan pengetahuan khusus dalam mengelola pohon aren yang berbasis kearifan lokal. Lebih jauh, pohon aren juga memiliki makna kultural yang penting yang menggambarkan pandangan hidup masyarakat adat Dukuh. Fungsi terpenting pohon aren bagi masyarakat dukuh adalah untuk menjaga ketahanan budaya sebagai salah satu bahan baku rumah adat, dan media pewarisan nilai-nilai budaya. Kata kunci: pohon aren, pola penanaman tradisional, makna budaya, masyarakat adat, kampung Dukuh