Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Berbasis Kearifan Lokal ., Saharuddin
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat, pada dasarnya merupakan strategi adaptasi yang memang muncul dari dalam masyarakat itu sendiri dalam membenahi masalah-masalah sosial yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal merupakan hasil interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya, sehingga dengan kearifan lokal, sangat diperlukan untuk membantu masyarakat itu secara mandiri. Kearifan lokal menjadi inti dari usaha mengentaskan kemiskinan yang ada dan tumbuh di masyarakat sebagai sasaran dari proses penerapan program pengentasan kemiskinan. Pengembangan kesejahteraan sosial atau juga pembangunan komuniti (community development) termasuk didalamnya program pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan dengan penerapan yang sesuai melalui kacamata komuniti setempat sebagai obyek sasaran.
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Berbasis Kearifan Lokal Saharuddin .
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 3 No. 1 (2009)
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.057 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v3i1.5873

Abstract

Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat, pada dasarnya merupakan strategi adaptasi yang memang muncul dari dalam masyarakat itu sendiri dalam membenahi masalah-masalah sosial yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal merupakan hasil interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya, sehingga dengan kearifan lokal, sangat diperlukan untuk membantu masyarakat itu secara mandiri. Kearifan lokal menjadi inti dari usaha mengentaskan kemiskinan yang ada dan tumbuh di masyarakat sebagai sasaran dari proses penerapan program pengentasan kemiskinan. Pengembangan kesejahteraan sosial atau juga pembangunan komuniti (community development) termasuk didalamnya program pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan dengan penerapan yang sesuai melalui kacamata komuniti setempat sebagai obyek sasaran.
The Relationship between Role of the Stakeholders and Community participation in Agropolitan Program in Karacak Village, Leuwiliang Subdistrict, Bogor District Siska Oktavia; Saharuddin .
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 1 No. 3 (2013): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.974 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v1i3.9407

Abstract

Agropolitan merupakan suatu program yang bertujuan untuk mengurangi perbedaan antara perkotaan dan pedesaan. Program ini diterapkan melalui pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan pertanian, pengembangan modal dan peningkatan faislitas infrastruktur. Terdapat tiga tujuan pada peneltian ini yaitu, untuk menganalisis tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat dalam program agropolitan, untuk menganalisis peran stakeholders dalam program agropolitan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, dan untuk menganalisis hubungan antara peraturan pengambil kebijakan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekata metode kuantitatif dan kualitatif dengan alat bantu kuesioner dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat partisipasi masyarakat secara keseluruhan program agropolitan berada pada tahap tokenisme yang memiliki kesempatan untuk berpendapat. Hasil dari pengujian klarifikasi hipotesis menunjukkan terdapat hubungan antara peran stakeholders dengan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program agropolitan. Sehingga, semakin tinggi tingkat peran stakeholders akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat. Kata kunci : agropolitan, partisipasi, stakelolders
Status of Work on Farms Dairy Cattle and with Respect to the Level of Welfare Eva Masrivah Febriani; Saharuddin .
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 2 No. 1 (2014): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.193 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v2i1.9409

Abstract

Sumber nafkah sebagian warga di Desa Situ Udik adalah berasal dari peternakan, hal tersebut didukung oleh adanya pengembangan kawasan usaha peternakan atau KUNAK KPS Bogor. Pada kawasan peternakan ini terdapat beragam status pekerjaan serta berbagai strategi nafkah yang rumah tangga pilih untuk memenuhi kebutuhan hidup. Status pekerjaan serta strategi nafkah yang dipilih rumah tangga pada peternakan sapi perah ini bisa jadi ada hubungannya dengan ketersediaannya livelihood asset peternak yang berupa modal alam, modal fisik, modal manusia, modal finansial dan modal sosial. Berbagai status pekerjaan itu pula tentunya akan memengaruhi taraf hidup atau tingkat kesejahteraan rumah tangganya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh status pekerjaan terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga pada peternakan sapi perah kawasan usaha peternakan KPS Bogor. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif didukung dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status pekerjaan memengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga dan  tingkat kesejahteraan rumah tangga pada peternakan sapi perah ini tergolong tinggi.   Kata kunci : status pekerjaan, strategi nafkah, livehood asset, tingkat kesejahteraan, rumah tangga..
Field Activited on Land Accumulation Property Right by Ethnic Buginese in Overseas Helmi Ayuradi Miharja; Saharuddin .; Sofyan Sjaf
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 1 (2017): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.328 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i1.16274

Abstract

ABSTRACTThis study aims to observe the most dominant arena which more influential effect on the accumulation of land ownership from the Bugis ethnic actors in the Village of East Mamburungan. Based on post positivist paradigm and theoritical field by Pierre Bouerdieu, perocessing by mixed method approach. The Object of this research, is Bugis ethnic actors who consist by 50 respondents. The results indicate that the economic field is the most dominant used by the actor than social field. The economic field by the actor also using as a patron-client system, land leases and the land transaction as a part of land accumulation process in order to support their social activities and establish their settlements (ethnic-based) in the Village of East Mamburungan.Keywords: field, ethnicity, actor, Buginese, land property rightABSTRAKRiset ini bertujuan untuk mengobservasi pilihan arena aktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap akumulasi kepemilikan lahan oleh aktor etnik Bugis di Kelurahan Mamburungan Timur. Pendekatan riset ini menggunakan teori arena Bourdieu dengan paradigma penelitian yaitu post positivis, dimana data data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif, dimana aktor etnik Bugis yang dinilai sebanyak 50 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan arena yang dominan berpengaruh yaitu arena ekonomi dibanding arena sosial terhadap akumulasi kepemilikan lahan. Arena ekonomi yang ditandai dengan sistem patron-klien, jual-beli lahan dan sewa lahan, sering digunakan untuk merebut pengaruh agar mempermudah aktor mengakumulasi kepemilikan lahan dalam mendukung aktivitas sosialnya dan membangun perkampungan berbasis etnik di Kelurahan Mamburungan Timur.Kata kunci: arena, etnisitas, aktor, Bugis, akumulasi kepemilikan lahan
(Conflict Resolution of Irrigation Development: Case Study in Ibu subdistrict of West Halmahera District) Budi Sahabu; Saharuddin .; Lala M. Kolopaking
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 2 (2017): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.989 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i2.17974

Abstract

ABSTRACTThe objective of this research is to understand the conflict resolution of dam and irrigation development in three subdistrict villages of Ibu Halmahera Barat district 2013. This research uses analysis of dispute style (AGATA) in the form of: avoidance, accommodating, compromise, competitive, and collaboration. The results showed that there are two styles of conflict that is avoid and competitive style. Both style of disputes are transformed into a compromise style after the opposing party offers negotiation of land compensation. Based on this it can reduce the two parties, so that the mediator easily deal with the conflict. The settlement path is through mediation and facilitation by bringing the two conflicting parties together with the mediator of West Halmahera people’s parliament. The decision taken is to stop the construction of dam and irrigation channels under construction. The decision, in addition to reducing the escalation of tensions, also to anticipates violet conflict between the two parties (the pros and cons of development).Keyword: Conflict resolution, irrigation development, dispute styleABSTRAKPenelitian ini bertujuan memahami resolusi konflik pembangunan bendung dan irigasi di tiga desa kecamatan Ibu kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2013. Penelitian ini mengunakan analisis gaya bersengketa (AGATA) yang berupa: saling menghindar, akomodatif, kompromistis, kompetitif, dan kolaborasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua gaya berkonflik yaitu gaya menghindar dan kompotisi. Kedua gaya bersengketa tersebut berubah menjadi gaya berkompromi setelah pihak lawan (kontra) menawarkan negosiasi ganti rugi lahan. Berdasarkan hal tersebut dapat mengurangi eskalasi ketegangan antar kedua belah pihak, sehingga pihak mediator dengan mudah menangani konflik. Jalur penyelesaian yang ditempuh yaitu melalui mediasi dan fasilitasi dengan cara mempertemukan kedua belah pihak yang berseteru dengan mediator pihak dewan perwakilan rakyat daerah Halmahera Barat. Keputusan yang diambil adalah memberhentikan proyek pembangunan bendung dan saluran irigasi yang sedang dibangun. Keputusan tersebut, selain mengurangi eskalasi ketegangan juga mengantisipasi terjadinya konflik kekerasan antar kedua belah pihak (pihak pro dan kontra pembangunan).Kata kunci: Resolusi konflik, pembangunan irigasi, gaya bersengketa
Dilema Hubungan Patron-Client Di Komunitas Petani Garam (Studi Kasus di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam) Ibnu Phonna Nurdin; Lala M. Kolopaking; Saharuddin .
Jurnal Komunikasi Pembangunan Vol. 14 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.36 KB) | DOI: 10.46937/14201613759

Abstract

Gampong Cebrek is the largest salt producer in Pidie district with a total of 1859.53 tons in the year 2013 of the total district production 3397.66 tons, 1763.93 tons in 2014 from the total district production 4020.25, rising to 2762.23 tons in the year 2015 from the total district production 7543.77 tons. Behind the high salt production, farmers are in a state sandwiched cultivate its business due to unfavorable weather and marketing of salt that does not favor them. Therefore, farmers are looking for patrons who can guarantee their lives. This study used a qualitative approach with a total of 10 informants. A research technique used observation and interview. Results showed members of the farming community in Cebrek be divided into two categories: a. Farmers Capital and b. farmers do not have the capital. Generally, farmers who own capital patron-client relationship with: mugee (middlemen), retailers and consumers.Connection is established fairly balanced, so that it can be said patron-client collaborative interwoven. Meanwhile, farmers who do not have the capital, patron-client relationship with toke (middlemen). Patron-client relationshipsmore profitable patron, and hurt farmers salt. It can be concluded that the relationship is exploitative. Kata Kunci : Collaborative, Community, Exploitation, Patron-client, Salt farmers.