Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Reduksi Gas CO2 oleh Mikroalga Scenedesmus sp. pada Fotobioreaktor Tertutup dengan Variasi Konsentrasi Gas CO2 Nirwawan, Rino; Kussuryani, Yanni; Hanupurti, Dhiti Adiya
Lembaran publikasi minyak dan gas bumi Vol 48, No 1 (2014)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.201 KB) | DOI: 10.29017/LPMGB.48.1.230

Abstract

Salah satu metode potensial yang dapat digunakan untuk reduksi CO2 adalah memanfaatkan aktivitas mikroalga melalui proses fotosintesis. Mikroalga adalah bioagen yang mampu menangkap CO2 dan mengubahnya menjadi karbohidrat untuk menambah pertumbuhan populasinya. Banyaknya CO2 yang digunakan dapat mencapai hampir dua kali lipat dari berat kering biomassa yang dihasilkan. Tujuan kegiatan ini adalah mengkaji kemampuan mikroalga Scenedesmus sp dalam mereduksi gas CO2 pada suatu fotobioreaktor skala pilot dengan memvariasikan konsentrasi gas CO2 yang diinjeksikan ke dalam sistem. Penelitian dilakukan di Lapangan Gas Subang selama tujuh hari. Komposisi gas CO2 yang digunakan adalah 98%. Sistem operasi adalah sistem batch dan media pertumbuhan yang digunakan adalah media Sederhana 2. Pada penelitian ini digunakan empat rangkaian fotobioreaktor dengan volume operasi masing-masing adalah 60 Liter. Masing-masing fotobioreaktor divariasikan perbandingan jumlah gas CO2 dan udara yang diinjeksikan, yaitu 0:100% (fotobioreaktor 1) yang berfungsi sebagai kontrol, 10:90% (fotobioreaktor 2), 30:70% (fotobioreaktor 3) dan 50:50% (fotobioreaktor 4). Kepadatan sel, optical density (OD), pH, dan berat kering digunakan sebagai parameter pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reduksi gas CO2 tertinggi terdapat pada fotobioreaktor 2 yang terjadi pada hari ke-3 operasi, yaitu sebesar 8,09x10-5 gram dengan nilai kepadatan sel 23,87 x 106 sel/mL. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan 10% gas CO2 ke dalam fotobioreaktor dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga Scenedesmus sp. One potential method that can be used for the reduction of CO2 is utilizing the microalgae activity through the process of photosynthesis. Microalgae is a bioagen that is able to capture the CO2 and convert it into carbohydrates for the growth of the population. The number of CO2 used can achieve almost double of the dry weight biomass produced. The purpose of this study is to assess the ability of Scenedesmus sp. microalgae in the reduction of CO2 gas at a pilot scale photobioreactor by varying the concentration of CO2 to be injected into the system. The research was done in Subang gas eld for seven days. The composition of the CO2 gas was 98%. The operating system was a batch system and used Sederhana 2as a growth media. In this study we were using four sets of photobioreactor with their respective operating volume of 60 liters. Each photobioreactor has a different ratio of CO2 gas and air to be injected, that is 0: 100% (1st photobioreactor) that serves as the control, 10:90% (2nd photobioreactor), 30:70% (3rd photobioreactor) and 50:50% (4th photobioreactor). Cell density, optical density (OD), pH, and dry weight were used as test parameters. The result showed that the reduction of the highest CO2 gas contained on 2nd photobioreactor which occurs on the 3rd day of the operation, i.e. by 8.09x10-5 gram with cell density of 23.87 x 106 cell/ mL . From these results it can be concluded that the addition of CO2 into the photobioreactor can increase the growth of microalgae Scenedesmus sp.
Seleksi Mikroba dan Nutrisi yang Berpotensi Menghasilkan Biosurfaktan untuk MEOR Sari, Cut Nanda; Kussuryani, Yanni
Lembaran publikasi minyak dan gas bumi Vol 47, No 2 (2013)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.248 KB) | DOI: 10.29017/LPMGB.47.2.222

Abstract

Biosurfaktan merupakan surfaktan yang dihasilkan oleh mikroba dari golongan bakteri hidrokarbonoklastik yang memiliki kemampuan menurunkan tegangan antar muka. Faktor keberhasilan dalam produksi biosurfaktan ditentukan dari jenis mikroba dan nutrisi yang digunakan. Kegiatan penelitian ini terdiri atas empat tahapan yaitu aktivasi dan kultivasi mikroba, seleksi mikroba penghasil biosurfaktan, kurva pertumbuhan mikroba, seleksi nutrisi. Aktivasi dan kultivasi mikroba dilakukan dalam tiga tahapan dengan masa inkubasi masing-masing tahapan yaitu 37oC selama 24 jam. Hasil seleksi mikroba penghasil biosurfaktan diperoleh tiga jenis mikroba dari tujuh mikroba yang diuji, berdasarkan indikasi luasnya zona lisis yang terbentuk pada media agar darah yaitu, BLCC B-3, BLCC B-4 dan BLCC B-5. Hasil uji lanjut terhadap ketiga mikroba tersebut pada media minyak dengan mengukur tegangan antar muka (IFT), menghasilkan dua mikroba dengan nilai IFT yang terendah yaitu BLCC B-3 dan BLCC B-5. Hasil screening nutrisi berdasarkan pengukuran Tegangan Antar Muka (IFT), Viskositas, Total Plate Count (TPC), dan pH, menunjukkan media BC-4 dan media PA-4 mendukung aktivitas mikroba dalam memproduksi biosurfaktan. Biosurfactant is a surfactant derived from hydrocarbonoclastic bacteria which are capable to reduce surface tension. The successful biosurfactant productions are determined by nutrition and microbial species. This research consists of 4 main steps: activation and cultivation of microbes, microbial growth curves, screening of surfactant producing bacteria, and screening of nutrition. Microbial activation and cultivation conducted in 3 sequential cultivation in 24 hours incubation time at 37oC. Screening of surfactant producing bacteria from 7 microbial isolates obtained 3 isolates which show positive result based on diameter of hemolytic area on blood agar. They are BLCC B-3, BLCC B-4 and BLCC B-5. The interfacial tension (IFT) examination result from these 3 isolates showed that BLCC B-3 and BLCC B-5 had the lowest IFT value. The result of nutrition screening based on IFT, viscosity, Total Plate Count, and pH show that BC-4 and PA-4 media are the best composition of media that support the microbes in producing surfactants.
Bahan Bakar Nabati Biodiesel dan Jaminan Mutu Biodiesel Kussuryani, Yanni; Anwar, Chairil
Lembaran publikasi minyak dan gas bumi Vol 43, No 3 (2009)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.256 KB) | DOI: 10.29017/LPMGB.43.3.148

Abstract

Konsumsi bahan bakar diesel baik di sektor otomotif maupun industri kian meningkat yang berakibat perbandingan volume antara produksi dan konsumsi dalam negeri sudah tidak seimbang. Biodiesel dapat dimanfaatkan sebagai pencampur minyak solar atau sebagai salah satu pengganti minyak solar/minyak diesel, baik untuk bahan bakar transportasi maupun industri. Spesifikasi dan standar mutu Biodiesel (B-100) telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dalam SNI 04-7182-2006. Karakteristik dari produk biodiesel (B-100) yang dipasarkan harus memenuhi standar mutu biodiesel, begitu pula dalam campuran minyak solar, campuran tersebut harus memenuhi standar mutu sesuai acuan pada spesifikasi minyak solar/diesel yang ditetapkan oleh pemerintah. Sertifikasi produk diperlukan untuk memberikan jaminan mutu kepada pelanggan. Sertifikasi produk menyatakan kesesuaian suatu produk yang dihasilkan secara berulang oleh suatu unit produksi terhadap standar produk atau regulasi teknis tertentu.
EFFECT OF DIETANOLAMIDE (DEA) SURFACTANT ADDITION AND DEEP-SEA BACTERIA ACTIVITIES ON THE BIODEGRADABILITY OF ARTIFICIAL OILY WASTEWATER IN SEAWATER MEDIA Syafrizal, Syafrizal; Prastiko, Rendy Budi; Partono, Tri; Kussuryani, Yanni
Scientific Contributions Oil and Gas Vol 41, No 2 (2018)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.38 KB) | DOI: 10.29017/SCOG.41.2.338

Abstract

Marine oil spills have bad impacts on the marine biota. Oil spill mitigation that is currently safe, effi cient, relatively cheap and easy to implement is bioremediation, that is degradation of oil spills biologically using microorganisms. Petroleum will be more easily dispersed in water when surfactants are added. The surfactants have the ability to increase the bioavailability of petroleum to facilitate bacteria contact with carbon sources as their feed. This study was intended to test the effect of addition of diethanolamide (DEA) surfactants to improve the ability of bacteria to degrade hydrocarbon compound in the seawater media. The biodegradation experiment was conducted in 8-liter seawater media and the ability of DEA surfactants to reduce surface tension, oil content, pH and nutrients on days 0, 1, 3, 6 and 10 were observed. GC-MS analysis was conducted to detect chemical component changes in petroleum. A bacterial consortium of Enterobacter sp., Pseudomonas sp., and Raoultella sp. was utilized. The oil was degraded up to 65.52% with biodegradation rate k = -0.1054 t in the media added with DEA surfactants. The aliphatic fraction detected was C17-C31 n-alkane compound and after biodegradation it became C20- C31. The results showed that DEA surfactants were able to improve the ability of bacterial consortium to degrade petroleum.
BIOREMEDIATION OF CRUDE OIL CONTAMINATED SEAWATER WITH THE APPLICATION OF BIOSURFACTANT AND BIOSTIMULATION Syafrizal, Syafrizal; Prastiko, Rendy Budi; Partono, Tri; Kussuryani, Yanni
Scientific Contributions Oil and Gas Vol 41, No 2 (2018)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.014 KB) | DOI: 10.29017/SCOG.41.2.340

Abstract

Marine oil spills have bad impacts on the marine biota. Oil spill mitigation that is currently safe, effi cient, relatively cheap and easy to implement is bioremediation, that is degradation of oil spills biologically using microorganisms. Petroleum will be more easily dispersed in water when surfactants are added. The surfactants have the ability to increase the bioavailability of petroleum to facilitate bacteria contact with carbon sources as their feed. This study was intended to test the effect of addition of diethanolamide (DEA) surfactants to improve the ability of bacteria to degrade hydrocarbon compound in the seawater media. The biodegradation experiment was conducted in 8-liter seawater media and the ability of DEA surfactants to reduce surface tension, oil content, pH and nutrients on days 0, 1, 3, 6 and 10 were observed. GC-MS analysis was conducted to detect chemical component changes in petroleum. A bacterial consortium of Enterobacter sp., Pseudomonas sp., and Raoultella sp. was utilized. The oil was degraded up to 65.52% with biodegradation rate k = -0.1054 t in the media added with DEA surfactants. The aliphatic fraction detected was C17-C31 n-alkane compound and after biodegradation it became C20- C31. The results showed that DEA surfactants were able to improve the ability of bacterial consortium to degrade petroleum.
Surfactant Utilization In Oil Sludge Biode Gradation Using Slurry Bioreactor Syafrizal, Syafrizal; Rani, Devitra Saka; Kussuryani, Yanni
Scientific Contributions Oil and Gas Vol 32, No 3 (2009)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/SCOG.32.3.851

Abstract

Oil sludge from petroleum industry effluent is classified as hazardous waste and requiredspecial treatment before discharge to the environment. Biodegradation using bacterialactivities is a general treatment for oil sludge processing. However, the bacterial abilityin oil sludge biodegradation is blocked by non-aqueous phase liquid of oil sludge. Twopossible ways of enhancing the bioavailability of oil sludge are surfactants application and slurry bioreactors system. The objective of this study is to obtain the surfactant which can increase oil sludge biodegradation using simple slurry bioreactor. The surfactant selection obtained Emulsogen LP (58% effectiveness) which was examined based on HLB value, nonionic character, and surfactant effectiveness. Emulsogen LP is readily biodegradable which reached 93% biodegradability in 15 days. The biodegradation test showed that Emulsogen LP addition on its Critical Micelle Concentration (10 mg/L) enhanced oil sludge biodegradation in 3 bacterial cultures of Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, and Actinobacter baumanni after 48 hours. By surfactant addition, oil sludge biodegradation reached 37-49% whereas without surfactant addition it only reached 28-33%. The highest oil sludge biodegradation was obtained in P. aeruginosa cultures with Emulsogen LP addition (49%). The surfactant addition had no effect on microbial growth. Moreover, P. aeruginosa population was increased by surfactant addition.
Teknologi Produksi Green Diesel untuk Pembuatan Bahan Bakar Minyak Alternatif Kussuryani, Yanni; Ali, Ali Rimbasa Siregar
Lembaran publikasi minyak dan gas bumi Vol 44, No 1 (2010)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/LPMGB.44.1.153

Abstract

Ancaman krisis bahan bakar minyak dan ketergantungan pada bahan bakar fosil masih cukuptinggi. Faktor utama penyebab kondisi tersebut adanya ketidakseimbangan antara pasokan dankebutuhan. Beberapa pilihan yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan usahausahaeksplorasi cadangan baru, peningkatan perolehan minyak, penghematan penggunaan bahanbakar serta menyiapkan energi alternatif pengganti minyak bumi.Pemerintah tengah mencanangkan program pengalihan energi dari energi berbasis bahanbakar fosil ke energi baru dan terbarukan biofuel, yang terdiri atas biodiesel, bietanol dan biooil.Metode yang saat ini lazim digunakan untuk memproduksi biofuel adalah teknologi generasi pertama berbasis minyak nabati. Untuk biofuel setara solar yakni biodiesel, diproduksi melalui reaksi transesterifikasi menggunakan bahan baku minyak nabati dan alkohol dengan bantuan katalis basa. Teknologi produksi bahan bakar minyak alternatif untuk mensubstitusi minyak solar terus berkembang seiring dengan peningkatan kebutuhannya. Teknologi produk green diesel merupakan salah satu pilihan untuk memproduksi bahan bakar alternatif setingkat solar yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan. Berbeda dengan teknologi produksi biodiesel yang dihasilkan melalui proses transesterifikasi, green diesel diperoleh dengan mengadopsi salah satu proses yang ada di kilang minyak bumi yakni hydrotreating. Dengan proses hidrogenasi menggunakan katalis hydrotreating mampu mengubah ikatan senyawa trigliserida dalam minyak nabati menjadi senyawa hidrokarbon rantai parafinik lurus yang menyerupai struktur senyawa hidrokarbon dalam minyak solar. Produk green diesel memiliki kualitas yang lebih baik dari segi angka setana (cetane number), kandungan sulfur serta densitas dari produk yang dihasilkan.Pada penelitian ini diuji beberapa jenis katalis hydrotreating yang sesuai untuk produksi green diesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis NiMo-01 dapat menghasilkan produk green diesel dengan kualitas yang memenuhi syarat untuk dipakai sebagai pengganti minyak solar (automotive diesel oil).
Studi Microbial Enhanced Oil Recovery Skala Laboratorium Dan Penerapannya Di Lapangan Minyak Kussuryani, Yanni
Lembaran publikasi minyak dan gas bumi Vol 50, No 1 (2016)
Publisher : PPPTMGB "LEMIGAS"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/LPMGB.50.1.730

Abstract

Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR), merupakan teknologi yang dapat meningkatkan perolehan minyak dengan memanfaatkan aktivitas mikroba. Kegiatan penelitian MEOR dimulai dari isolasi dan identifi kasi mikroba; uji tabung guna menentukan mikroba dan nutrisi yang cocok untuk reservoir tertentu; uji Microbial Core Flooding/MCF dan uji coba MEOR di lapangan. Melalui uji tabung dan MCF, telah diperoleh mikroba dan nutrisi potensial yaitu kultur campuran dari sumur LDK 230 dengan starter KKL 11 dan medium M4 plus. Namun untuk uji coba lapangan berbagai faktor seperti kesesuaian antara karakteristik reservoir, kinerja mikroba dalam menghasilkan bioproduk, dan kondisi operasi masih perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan teknologi MEOR, sehingga dapat diimplementasikan untuk peningkatkan perolehan minyak.