Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Oil bodies sizes variation analyses of rapeseed in two locations as a novel trait for genetic engineering Rita Andini; Muhammad Ikhsan Sulaiman; Murna Muzaifa; Yulia Dewi Fazlina; Christian Moellers
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32595

Abstract

 AbstrakTanaman raps (Brassica napus L.) adalah tanaman penghasil minyak utama di negara dengan iklim dingin seperti di Jerman. Minyak raps (Brassica napus L.) digunakan untuk bahan pangan, biodiesel, dan sebagai pakan ternak. Kandungan minyaknya bisa mencapai 33 – 48%. Tanaman  minyak seperti kedelai (Glycine max), raps (Brassica napus L.), bunga matahari (Helianthus annuus) pada umumnya menyimpan kandungan minyaknya dalam suatu organela penyimpanan dikenal dengan ‘oil body’ yang mempunyai  diameter antara 0,6 hingga 2,0 µm, tergantung dari spesies tanaman. Peningkatan kandungan minyak merupakan salah satu target pemuliaan di banyak tanaman minyak, termasuk di raps. Tulisan ini menceritakan tentang isolasi ‘oil body’ dari tanaman raps menggunakan metode sentrifugasi, yang dapat mengurangi efek negatif dari n-heksan sebagai zat ekstraktor yang lazim digunakan dalam proses penyulingan minyak. Sebanyak 200 mg benih B. napus L. kultivar ‘Maplus’ digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini. Benih berasal dari populasi Double Haploid (DH) yang ditanam di dua lingkungan yang berbeda secara signifikan di Cina dan Jerman. Rata-rata kandungan minyak dari dua populasi juga berbeda, yaitu 49,18% di Cina, dan 56,94% di Jerman. Dalam penelitian ini, ‘oil body’ diisolasi melalui metode sentrifugasi dan distribusinya diamati di bawah mikroskop cahaya. Berdasarkan pengukuran partikel ‘Coulter Counter’, diameter ‘oil body’ pada tanaman raps bervariasi  antara 1,03 - 1,07 µm (rata-rata= 1,05 µm) pada genotipe dari Jerman, dan 0,98 - 1,02 µm (rata-rata= 1,00 µm) pada genotipe Cina. Selain itu, studi ini mengkonfirmasi korelasi positif dan sangat signifikan antara ukuran ‘oil body’ dengan kandungan minyak di tanaman raps.  Kata Kunci: Coulter Counter, Deutschland, sentrifugasi, tanaman minyakAbstractRapeseed (Brassica napus L.) containing oil content from 33 up to 48% (on 8.5% moisture basis) is the major source of oil plant in many temperate regions, e.g. in Germany. It is mainly applied for cooking, bio-diesels; and animal fodder. Seed plants (soybeen, rapeseed, sunflower) store oil in a storage organelle called oil body whose size varies from 0.6 – 2.0 µm, depending on the plant species. Increasing the oil content is one of the breeding targets in many of oil plants, including in rapeseed. Due to increasing awareness of the environment and the hazardous impact of solvent extraction agents; such as n-hexane (C6H14) on human health, their application in the oil extraction process is slowly being reduced. A more friendly oil extraction method via centrifugation was introduced over the past decade as well as for biotechnological application. Each 200 mg of B. napus L. cv. ‘Maplus’ seeds were applied as material in this study. Seeds originated from the Double Haploid (DH) population grown in two significantly distinct environments in China and Germany. The average of oil content from two populations was also different, namely 49,18% in China, and 56,94% in Germany. In this study, oil bodies were isolated via the centrifugation method and their distribution was observed under the light microscope. Based on the Coulter Counter measurement, the diameter sizes were ranging from  1,03 - 1,07 µm (mean= 1,05 µm) and 0,98 - 1,02 µm (mean= 1,00 µm) in German and Chinese genotypes, respectively. This study confirms a positive and very highly significant correlation between the size of oil bodies and oil content in rapeseed.Keywords: centrifuge, Coulter Counter, Deutschland, oil plant
Potensi Pengembangan Kopi Robusta (Coffea Canephora) di Kabupaten Aceh Tenggara Indra Indra; Ahmad Humam Hamid; Yulia Dewi Fazlina; Akhmad Baihaqi; Teuku Athaillah
JASc (Journal of Agribusiness Sciences) Vol 5, No 1 (2021): "JASc" JOURNAL OF AGRIBUSINESS SCIENCES
Publisher : JASc (Journal of Agribusiness Sciences)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jasc.v5i1.8141

Abstract

Kopi merupakan salah satu sektor perkebunan yang menjadi andalan Indonesia dipasar dunia, Perkebunan kopi di Indonesia, tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tenggara, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian di lakukan di Kabupaten Aceh Tenggara dengan tujuan menghitung kelayakan finansial usahatani kopi robusta. Hasil yang di dapat, berdasarakan data BPS dan survey lapangan pengembangan kopi robusta berada di empat kecamatan yaitu Kecamata Ketambe, Kecamatan Darul Hasanah, Kecamatan Badar dan Kecamatan Deleng Porkhisen. Sedangkan secara finansial usaha tani kopi robusta layak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan dengan nilai Net B/C 1,57. artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur ekonomis tanaman menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,57. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 17,31 persen dan karena nilainya jauh lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 12 persen, maka usaha ini layak dan menguntungkan. Sedangkan untuk lamanya Payback Period seluruh biaya investasi pada usahatani kopi robusta didapatkan dalam waktu 11 tahun 3 bulan 7 hari.
SOSIALISASI PEMETAAN LOKASI PEREMAJAAN KELAPA SAWIT RAKYAT (PSR) DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA PROVINSI ACEH Iwandikasyah Putra; Yulia Dewi Fazlina; Muhammad Jalil; Irvan Subandar; Jekki Irawan; Teuku Athaillah; Iwan Saputra; T. Saiful Bahri
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i1.12362

Abstract

Peremajaan sawit rakyat (PSR) merupakan salah satu kegiatan strategi nasional yang masuk ke dalam kegiatan sarana dan prasarana. Program ini merupakan program pemerintah dalam membantu masyarakat yang berkecimpung di dalam perkebunan sawit agar perkebunan kelapa sawit rakyat lebih berkualitas serta mengurangi resiko pembukaan lahan illegal. Namun, di dalam pelaksanaannya, masih banyak ditemukan proses verifikasi dana untuk peremajaan sawit tidak dapat dipertanggungjawabkan, selain itu terdapatnya tumpang tindih atas hak lahan para pengusul ataupun penerima manfaat pada kegiatan ini. Agar terhindar dari terjadinya tumpang tindih atas hak lahan maka perlu dilakukan pemetaan atas lokasi yang diusulkan. Pemanfaatan sistem informasi geografis memudahkan dalam pelakukan kegiatan pemetaan tersebut. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan kunjungan lapangan untuk melakukan perekaman titik koordinat pada lokasi yang menjadi usulan calon lahan kegiatan peremajaan sawit rakyat. Hasil penelitian berupa peta lokasi calon lahan, sehingga diharapkan kegiatan peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kabupaten Nagan Raya dapat berlangsung dengan optimal.
Land Arrangement for Citronella (Cymbopogon Nardus) and Arabica Coffee in the Cultivation Area in Gayo Lues District, Aceh Province Indonesia: A Land Suitability Approach Abubakar Karim; Sugianto Sugianto; Yulia Dewi Fazlina; Muhammad Rusdi; Manfarizah Manfarizah; Hifnalisa Hifnalisa
Aceh International Journal of Science and Technology Vol 9, No 3 (2020): December 2020
Publisher : Graduate Program of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.007 KB) | DOI: 10.13170/aijst.9.3.18495

Abstract

Gayo Lues District is known as Citronella and Arabica coffee producer in Aceh province, Indonesia. This paper aims to manage Citronella and Arabica coffee's land arrangement in the Gayo Lues District's cultivated area.  This implementation is aimed at maintaining the peculiarities of citronella products and Arabica coffee. Thus, the two commodities must be separated in terms of allocated sites.  The altitude for the area is 200-2,000 meters above sea level, consisting of ten classes, and the type of soils are Entisols, Oxisols, Inceptisols, and Ultisols. The area's slope between 0- to 40% (4 classes) was used to delineate the land units. There are 49 land units observed within the cultivated area of 160,017.17 ha.  The guidelines for land suitability classification by the Ministry of Agriculture for Citronella and Center for Coffee and Cocoa Research, Jember for Arabica coffee were utilized.   The results showed that 58,275.5 hectares of land were suitable for citronella, and 13,765.75 ha has been planted. The actual land suitability of citronella inside the area of 58,275.5 ha is suitable (S2 class) and marginally suitable (S3-class) and not suitable (N-class) with limiting factors are temperature, water availability, erosion hazard, and nutrient retention.  This land suitability can be improved by providing inputs to increase the level of suitability with temperature, water availability, and erosion hazard (slope) limiting factors. Also, 48,765.3 hectares can be developed for Arabica coffee, and 4,653.5 ha has been planted.  The actual land suitability for Arabica coffee is Suitable, Marginal Suitable, and Not Suitable, limiting the soil's physical properties (adequate soil depth), slope, and chemical properties of the soil.  Once repaired, the land's suitability becomes Suitable (S1-class) (without limiting factor), Suitable, and marginal suitable with the slope as a limiting factor. There is an area of 44,509.75 hectares of land at 200-1,400 m above sea level within the cultivation area developed with a Citronella. There is an area of 44,111.8 ha at the height of 800-2,000 m above sea level, potentially for  Arabica coffee.
Pendampingan Kepada Masyarakat Tentang Manajemen Pengelolaan Gambut (Histosol: Level Hemic) Desa Keub Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh Iwandikasyah Putra; Yusya Abubakar; Akhmad Baihaqi; Ashabul Anhar; Bagio; Yulia Dewi Fazlina; Jekki Irawan; Muhammad Jalil
Mitra Abdimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2 No 1 (2022)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.996 KB) | DOI: 10.57251/mabdimas.v2i1.432

Abstract

This assistance is expected to provide additional information about peat soil management to the people of Keub Village, Arongan Lambalek District, West Aceh Regency, Aceh Province. Farmers can independently manage any problems that arise on peat soils, so they are able to take the right steps in current and future management efforts so that the land can produce optimally. Its management includes physical (mechanical), chemical, and biological aspects. Utilization of peat based on improving the community's economy and preserving the ecology of peat requires careful and measured preparation, including; the construction of integrated canal blocks by carrying out control and evaluation through strengthening institutional capacity including communities around peat (practitioners) and academics in a holistic manner in a definitive manner, with the hope that the use of peatlands will not have a negative impact on the current and future environment.
Distribusi spasial lahan kopi eksisting berdasarkan ketinggian dan arahan fungsi kawasan di kabupaten Aceh Tengah Uda Chandra; Yulia Dewi Fazlina; Muhammad Rusdi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.447 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i4.9587

Abstract

Abstrak. Data  spasial  adalah data yang bereferensi geografis atas representasi obyek di bumi. Data  spasial  pada  umumnya  berdasarkan  peta  yang  berisikan  interprestasi  dan  proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi, kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi juga   merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari 1,5 juta jiwa petani kopi di Indonesia, sejak tahun 1992 petani kopi Arabika Gayo telah  terlibat  dalam  program  sertifikasi  produk yang  berprinsip  pada  sistem  pertanian berkelanjutan. Tanaman kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis di kawasan Afrika. Coffea arabica dianggap berasal dari kawasan pegunungan tinggi di barat Ethiopia  maupun  di  kawasan  utara  Kenya, di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta, dan Liberika. Data spasial merupakan representasi dari objek spasial yang ada pada dunia nyata. Data  spasial  merupakan  salah  satu  item  dari  informasi,  dimana  didalamnya terdapat   informasi   mengenai   bumi   termasuk   permukaan   bumi,   dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir. Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya: citra satelit, peta analog, foto udara dan data survei lapangan. Sebaran spasial perkebunan kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah seluas 1080,88 Ha. Rata – rata sebaran perkebunan kopi arabika di tiap kecamatan berada pada ketinggian 125 – 2000 mdpl. Seluas 1012 Ha berada pada ketinggian 1000 – 2000 mdpl, sedangkan 68,88 Ha berada diketinggian 125 – 1000 mdpl. Seluas 1040,70 Ha lahan kopi berada pada kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) yang tersebar di 13 kecamatan sedangkan seluas 40.18 Ha berada dikawasan Hutan Lindung (HL) yang tersebar di 6 kecamatan.Abstract. Spatial data is data that refers to object representation on earth. Spatial data generally refers to maps that contain interpretations and projections of all phenomena that exist on the earth, coffee is one of the commodities that have high economic value among other plants and as a source of foreign exchange. Coffee also becomes no less than 1.5 million people of coffee farmers in Indonesia, since 1992 Gayo Arabica coffee farmers have been involved in principled product certification programs on sustainable farming systems. Coffee plants are thought to originate from tropical forests in the African region. Coffea arabica also comes from a high area in western Ethiopia or in the northern region of Kenya, in the world of trade is known for some coffee, but the most commonly cultivated only Arabica, Robusta, and Liberika coffee. Spatial data is a representation of spatial objects in the real world. Spatial data is one of the items of information, in which there is information about the earth including the earth's surface, base, oceanic and undersea atmosphere. Spatial data can be generated from a variety of sources, namely: satellite imagery, analog maps, aerial photographs and field survey data. Spatial distribution of Arabica coffee plantations in Central Aceh Regency covering 1080.88 Ha. The average distribution of Arabica coffee governance in each district is at an altitude of 125-2000 masl. An area of 1012 Ha is at an altitude of 1000 - 2000 masl, while 68.88 Ha is at an altitude of 125-1000 masl. Covering an area of 1040.70 Ha of coffee land is in the area of Other Use Areas (OUA) which are scattered in 13 temporary sub-districts covering an area of 40.18 Ha located in the Protected Forest (PF) area spread over 6 districts.
Penyusunan WebGIS Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Menggunakan ArcGIS Online Arif Rahmadi; Yulia Dewi Fazlina; Muhammad Rusdi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1074.33 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.22953

Abstract

Abstrak. Permasalahan yang utama dalam memenuhi kebutuhan pangan, yaitu berkurangnya luas lahan karena adanya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Menurut data tahun 2018 dari Badan Pusat Statistik, Kabupaten Aceh Barat Daya terjadi penurunan luas lahan sawah. Salah satu kemudahan yang dapat digunakan dalam upaya pemetaan lahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan adalah penggunan sistem informasi geografis. Tujuan penyusunan WebGIS ini adalah untuk merancang sistem infomasi geografis mengenai LP2B dan fasilitas pendukung di Kabupaten Aceh Barat Daya berbasis WebGIS, dengan menggunakan ArcGIS Online. Metode penyusunan WebGIS terdiri dari beberapa tahap yaitu pengumpulan data, konversi data, upload data dan desain WebGIS. Hasil penyusunan ini dapat menampilkan pemetaan dari lahan pertanian pangan berkelanjutan di tiap kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya. Informasi mengenai LP2B dapat  diakses oleh masyarakat dengan adanya sistem informasi geografis berbasis WebGIS. WebGIS LP2B dapat diakses melalui alamat https://silapan-gis-unsyiah.hub.arcgis.com/Preparation Of Sustainable Food Agricultural Land (LP2B) WebGIS Using The ArcGIS Online ApplicationAbstract. The main problem in meeting food needs is the reduction in land area due to the conversion of agricultural land to non-agricultural land. According to 2018 data from the Central Statistics Agency, Southwest Aceh Regency has decreased rice field area. One of the conveniences that can be used in land mapping efforts that have undergone land use changes is the use of geographic information systems. The purpose of compiling this WebGIS is to design a geographic information system regarding LP2B and supporting facilities in Southwest Aceh Regency based on WebGIS, using ArcGIS Online. The WebGIS preparation method consists of several stages, namely data collection, data conversion, data upload and WebGIS design. The results of this preparation can display a mapping of sustainable food agricultural land in each sub-district in Southwest Aceh Regency. Information about LP2B can be accessed by the public with the existence of a WebGIS-based geographic information system. WebGIS LP2B can be accessed via https://silapan-gis-unsyiah.hub.arcgis.com/
Analisis Spasial Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Serta Siklus Hara untuk Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup di Kabupaten Simeulue Siti Olia Sari; Yulia Dewi Fazlina; Sugianto Sugianto
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.386 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.18402

Abstract

Abstrak. Jasa ekosistem merupakan suatu solusi permasalahan dalam penyusunan dan penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup secara lengkap dan menyeluruh sehingga sangat penting digunakan dalam inventarisasi khususnya pada jasa ekosistem pendukung. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan teknik analisis spasial menggunakan overlay intersect. Data atribut yang di overlay berupa peta ekoregion dan peta tutupan lahan yang sebelumnya masing-masing telah diisi dengan nilai pakar dari jasa ekosistem pendukung. Hasil overlay tersebut berupa nilai indeks jasa ekosistem yang sebelumnya di peroleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa jasa ekosistem pendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kabupaten Simeulue didominasi oleh kelas sangat tinggi mencapai 173.190,78 ha (81,50%)  Sedangkan yang memiliki luas wilayah terkecil berada pada kelas sedang dengan luas mencapai 68,08 ha (0,03%) dari wilayah keseluruhan Kabupaten Simeulue. Sedangkan pada jasa ekosistem pendukung siklus hara untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kabupaten Simeulue didominasi oleh kelas sangat tinggi mencapai 173.455,98 ha (81,62%) dari wilayah keseluruhan Kabupaten Simeulue. Abstract. Ecosystem services are a solution to problems in the preparation and determination of the carrying capacity and capacity of the environment in a complete and thorough manner so it is very important to use in inventory, especially in supporting ecosystem services. The study used descriptive analysis methods with spatial analysis techniques using overlay intersects. Attribute data overlayed in the form of ecoregion maps and land cover maps that have previously each been filled with expert value from supporting ecosystem services. The overlay results are in the form of ecosystem service index values that were previously obtained using a predetermined formula. The results of the analysis showed that ecosystem services supporting soil layer formation and fertility maintenance for carrying capacity and environmental capacity in Simeulue Regency were dominated by a very high class reaching 173,190.78 ha (81.50%) while those with the smallest area were in the moderate class with an area reaching 68.08 ha (0.03%) of the overall area of Simeulue Regency. While thereare nutrient cycle supportecosystem services for carrying capacity and environmental capacity in Simeulue Regency dominated by a very high class reaching 173,455.98 ha (81.62%) of the overall area of Simeulue Regency.
Automatic Palm Counting Menggunakan Citra Resolusi Spasial Tinggi Dea Ultami; Yulia Dewi Fazlina; Sugianto Sugianto
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.04 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.18990

Abstract

Abstrak. Perkebunan kelapa sawit Batee Puteh merupakan daerah pengembangan luas lahan kelapa sawit yang berada di PT ASN Perkebunan Kelapa Sawit Batee Puteh. Perkembangan tersebut menjadi salah satu masalah yang perlu dilakukannya monitoring lahan secara akurat dan berkala untuk mengontrol produktivitas kelapa sawit dengan menerapkan konsep “Automatic Palm Counting”. Untuk mendapatkan hasil perhitungan automatic palm counting menggunakan metode template matching. Metode ini memerlukan tiga tahapan yaitu seleksi sampel, hasil sampel dan test template. Hasil penelitian automatic palm counting dibagi menjadi dua kategori area yaitu berdasarkan citra resolusi tinggi (google earth) dan foto udara (drone). Untuk automatic palm counting berdasarkan citra resolusi tinggi (google earth) yaitu area blok 12 AU diperoleh jumlah pohon sebanyak 1.274 dan area blok 12 AV diperoleh jumlah pohon sebanyak 1.811 sedangkan untuk hasil automatic palm counting berdasarkan foto udara (drone) yaitu area blok 12 AU diperoleh jumlah pohon sebanyak 1.531 dan area blok 12 AV diperoleh jumlah pohon sebanyak 2.149.Automatic Palm Counting Using High Spatial Resolution ImageAbstract. Batee Puteh oil palm plantation is a development area of oil palm area located in PT ASN Batee Puteh Palm Oil Plantation. This development is one of the problems that requires accurate and periodic land monitoring to control oil palm productivity by applying the concept of "Automatic Palm Counting". To get the results of automatic palm counting calculations using the template matching method. This method requires three stages, namely sample selection, sample results and test templates. The results of automatic palm counting research are divided into two area categories, namely based on high resolution images (google earth) and aerial photos (drones). For automatic palm counting based on high resolution imagery (google earth) namely the 12 AU block area, 1.274 trees were obtained and the 12 AV block area obtained 1.811 trees, while for automatic palm counting results based on aerial photography (drone) namely the 12 AU block area, the number of trees as many as 1.531 and the area of block 12 AV obtained the number of trees as much as 2.149.
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Kopi Robusta (Coffea canephora) Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Darul Hasanah Kabupaten Aceh Tenggara Ilham Raobi; Yulia Dewi Fazlina; Sugianto Sugianto
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.346 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18442

Abstract

Abstrak. Kabupaten Aceh Tenggara ingin merencanakan kawasan pengembangan kopi robusta di Kecamatan Darul Hasanah yang banyak didominasi pada Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kawasan yang akan dijadikan pengembangan kopi robusta di Kecamatan Darul Hasanah telah menjadi kawasan kemitraan konservasi, Untuk menjamin kelestarian lingkungan maka perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis dalam analasisnya untuk mendapatkan hasil peta kesesuaian lahan untuk pengembangan kopi robusta. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan kopi robusta dan mengetahui luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan kopi robusta di Kecamatan Darul Hasanah Kabupaten Aceh Tenggara. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei deskriptif. Pencocokan (matching) dilakukan dengan menggunakan data karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman kopi robusta untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan. Pengolahan data pemetaan dilakukan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Lokasi rencana pengembangan kopi robusta di Kecamatan Darul Hasanah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki 10 satuan peta lahan dengan tingkat kesesuaian lahan aktual tergolong cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas curah hujan (wa), kemiringan lereng (eh), batuan di permukaan (lp) dan retensi hara (nr). Tingkat kesesuaian lahan potensial tergolong cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas curah hujan (wa). Kawasan yang berpotensi untuk pengembangan kopi robusta di kecamatan Darul Hasanah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki luas 353,76 hektar.Evaluation of Land Suitability for Robusta Coffe (Coffea canephora) Development using Geographic Information System in Darul Hasanah Sub-District of Southeast Aceh RegencyAbstract. Southeast Aceh Regency wants to plan a robusta coffee development area in Darul Hasanah District, which is mostly dominated by the Gunung Leuser National Park Area. The area that will be used as robusta coffee development in Darul Hasanah District has become a conservation partnership area. To ensure environmental sustainability, it is necessary to evaluate land suitability by utilizing Geographic Information Systems in its analysis to obtain land suitability maps for robusta coffee development. This study aims to determine the level of suitability of robusta coffee land and determine the area of land that has the potential for robusta coffee development in Darul Hasanah District, Southeast Aceh Regency. This research was conducted with a descriptive survey method. Matching is done by using data on land characteristics with the conditions for growing robusta coffee plants to determine the level of land suitability. Mapping data processing is done by utilizing the Geographic Information System. The location of the Robusta coffee development plan in Darul Hasanah District, Southeast Aceh Regency has 10 land map units with the actual land suitability level classified as quite suitable (S2) and marginally suitable (S3) with limiting factors of rainfall (wa), slope (eh), rocks on the surface (lp) and nutrient retention (nr). The level of potential land suitability is quite suitable (S2) with the limiting factor of rainfall (wa). The area that has the potential for robusta coffee development in Darul Hasanah sub-district, Southeast Aceh district has an area of 353.76 hectares.