Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KEPENTINGAN RUSIA MENINGKATKAN PENJUALAN SENJATA KEPADA REZIM BASHAR AL-ASSAD DALAM KONFLIK SURIAH TAHUN 2011-2013 Abdi, Zainal; Pakpahan, Saiman
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 2, No 1: WISUDA FEBRUARI 2015
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research to explain the reasons of Russia supplies weapon to bashar al-assad in Syria conflict. Syria is one of the countries in Middle East that is experiencing political turmoil with people demanding President Bashar al-Assad retreated from his position. This conflict has claimed of so many people life that western countries lead to implement the arms and other economic sanctions against Syria but the effort was opposed by Russia through its veto.The foreign policy theory tries to explain the decision of Russia as a form of maintaining power in Middle East, particularly in Syria. in addition, rusia Russia has an interest in Syria. The scope of this study is from 2011-2013.Keywords: Foreign Policy, National Interest, Conflict, trade of weapon
Industri Kelapa Sawit Indonesia Pasca RED2 Uni Eropa Abdi, Zainal; Pazli, Pazli; Waluyo, Joko
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2021): 2021
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.976 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia dan kelapa sawit merupakan salah satu perkebunan utama bagi masayarakat Indonesia, negara-neagara yang ada dalam Uni Eropa merupakan pasar ekspor produk kelapa sawit Indonesia,Uni Eropa mengunakan cpo sabgai produk pengan dan juga sebagai sumber eneri terbarukan yang merupakan komitmen Uni Eropa dalam protocol Kyoto dalam mengurangi emisi global .kebijakan RED ini, setiap Negara di eropa wajib menggunakan minimal sepuluh persen bahan bakar dan teransportasi mereka pakai mengggunakan energy ramah lingkunggan yang mereka produksi berupa energy terbarukan. Akan tetapi pada 2019 Uni Eropa mengeluarkan aturan baru erupa RED2 sebgai pengembangan lebih lanjut dan revisi Arahan Energi Terbarukan yang lama. Di dalam aturan ini di sebutkan bahawa .adanya keinginan untuk menghentikan minyak kwlapa sawit untuk bahan bakar hayati di Uni Eropa padasaat 2030 mendatang juga rencananya pada tahun 2024 akan dimulai penggurangannnya. kelapa saawit di nilai sebagai penyebab deforestasi. Dalam susunan itu, kelapa sawit digolongkan sebagai sumber energi terbarukan yang berisiko tinggi karena kandungan emisi minyak sawit ILUC kisaran 109 gCO2e/MJ ini adalah yang tertinggi di bndingkan bahan bakar nabati yang lain, dengan minyak kedelai di urutan kedua (75 gCO2e/MJ), disusul oleh minyak kedelai. minyak lobak dan sun flower oil. Sebagai Negara industry sawit tentunya kebijakan ini dianggap diskriminatif dan UE sangat merugikan. untuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon terhadap RED2 dan bagai mana upaya Indonesia dalam mengambangkan industry kelapa sawit pasca aturan RED2 Uni Eropa.Dalam penelitian ini mengunakan konsep teori setrategi untuk menjelaskan respon Indonesia terhadap aturan RED 2 bagaimana mengahadapinya serta untuk mengambarkan upaya indonesia dalam menyelamatkan industry kelapa sawitnya. Penelitian ini mengguakan pendekatan kualitatif untuk menjabarkan Indonesia sebagai actor Negara. Dalam penelitian ini mengunakan pengumpulan data library resect dengan suber berupa artikel, jurnal internsional,buku,website, serta penelitian terdahulu sebagai acuan penulis dalam penelitian.Hasil dari penelitian ini menjelskan Indonesia melakukan upaya setrategis pada indutri kelapa sawit yaitu perbaikan seumbrdaya manusia penguatan riset perbaikan administrasi,percepatan sertifikasi ISPO,sarana dan prasarana, perbaikan tatakelola sertifikasi lahan,roadmap kelapa sawit, energy terbarukan kelapa sawit,peremajan kelapa sawit selain upaya setrategis ini pemerintah juga melakukan setrategi dalam meningkatkan ekspor sawit dan produk turunannya yaitu dengan penguatan diplomasi perdangangan pemenuhan energy terbarukan dalam negeri, strong commitment terkait hilirisasi kelapa sawit, upaya kampanye positif, pendekatan dengan Negara mitra, pelarangan narang dengan lebel palm oil free, edukasi sawit yang berkelanjutan baik di dalam maupun luar negeri,serta gugatan ke WTO sebagai organisasi perdagangan dunia.
Perbandingan status koagulasi penderita stroke iskemik dengan non stroke Zainal Abdi; Rusli Dhanu; Savita Handayani; Dairion Gatot
Majalah Kedokteran Nusantara The Journal Of Medical School Vol 45, No 2 (2012): The Journal of Medical School
Publisher : Fakultas Kedokteran USU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.942 KB)

Abstract

Background: Thrombosis is one of causes increasing morbidity, disablement,and mortality in ischemic stroke’s patient. The basic mechanism of thrombosis is hypercoagulation state, so by finding it earlier can prevent and reduce thrombosis that cause ischemic stroke.Objective: This study to asses the event of hypercoagulation between ischemic stroke’s patient and non stroke. Methods: A total of 21 subjects with ischemic stroke’s patient and 21 subjects with non stroke entered into the study. All participants were examined for hemostatic parameters included prothrombin time (PT), INR, activated partial thromboplastin Time (aPTT), Fibrinogen, D-dimer. To compare the result of hemostatic both of groups were used t independent test if the distribution was normal or used Mann Whitney test if the distribution wasn’t normal. The result would be significant if P <0.05. Result: According to characteristic of population, it was found some variables significantly, included systolic blood pressure, diastolic blood pressure, INR, aPTT ratio and D-dimer. Hypercoagulation in ischemic stroke group was found 47.6% (n=10) and non hypercoagulation group was 52.4% (n=11) , but in non stroke group, hypercoagulation was found about 23.8% (n=5) and non hypercoagulation was 76.2% (n=16). According to statistical analysis there wasn’t significant hypercoagulation between ischemic stroke’s patient and non stroke (P >0.05).Conclusion: There isn’t significant hypercoagulation between ischemic stroke group with non stroke group. Keywords: ischemic stroke; hemostatic measurement; hypercoagulation; thrombosis