Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA MELALUI PERTANYAAN (LEARNING BY QUESTIONING) DAN KETERAMPILAN BERPIKIR Suprapto, Nadi; Suliyanah, Suliyanah; Admoko, Setyo
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 3, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpfa.v3n2.p1-11

Abstract

Paradigma pembelajaran saat ini adalah Student Center Learning (SCL), yang dapat dicapai apabila pembelajaran khususnya pembelajaran fisika di SMA dirancang sedemikian rupa hingga dapat membelajarkan siswa. Salah satu desain pembelajaran (learning design) yang dapat digunakan untuk membelajarkan siswa adalah pembelajaran melalui pertanyaan?Learning by Questioning- (LBQ). LBQ berpotensi lebih memberdayakan keterampilan berpikir dan dapat mengkonstruk pengetahuan. Untuk itu sangat perlu dihasilkan contoh perangkat pembelajaran melalui bertanya (LBQ) dan selanjutnya diuji secara empiris. Artikel ini akan mendeskripsikan hasil-hasil pengujian empiris tersebut, sehingga rumusan masalah yang dikemukakan adalah bagaimanakah hasil implementasi perangkat pembelajaran melalui bertanya (LBQ) di kelas? Setelah dihasilkan contoh perangkat pembelajaran melalui pertanyaan (Learning by Questioning) yang terdiri dari dua topik fisika SMA: fluida statis yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), dan Hukum-hukum Newton sesuai dengan Kurikulum 2013.Perangkat pembelajaran tersebut terdiri atas silabus, RPP, LKS dan panduannya, buku siswa, Lembar penilaian LBQ dan kuncinya. Selanjutnya terkait hasil uji empiris atau hasil implementasi perangkat pembelajaran di kelas, diperoleh temuan-temuan: (a) Penerapan pembelajaran bertanya (LBQ) dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dengan perolehan gain peningkatan untuk 10 atribut keterampilan berpikir berada pada rentang 0,27 sampai 0,73 dengan rata-rata 0,48 (sedang), (b) Ditemukan delapan atribut keterampilan berpikir (80%) dari sepuluh yang diteliti yang konsisten dan dapat ditingkatkan dengan pembelajaran melalui pertanyaan (LBQ). Kedelapan atribut tersebut adalah menganalisis dan mensintesis (analizing and synthesizing), meningkatkan kualitas pertanyaan (raises questions), menggali informasi (information searching), menggunakan konsep (utilizes concept), membuat inferensi (makes inferences), membangun implikasi (generates implications), mengambil keputusan (making decision), dan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving), (c) Guru model dan siswa merespons positif pembelajaran dengan LBQ. Guru model menilai 95 persen penerapan pembelajaran LBQ sesuai untuk diterapkan, sementara siswa memberikan jawaban positif sebesar 76,7%.
WORKSHOP PENINGKATAN KEMAMPUAN MERANCANG KEGIATAN LABORATORIUM BERORENTASI PADA PENDEKATAN SAINTIFIK BAGI GURU FISIKA SIDOARJO Admoko, Setyo; Supriyono, S
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpfa.v6n1.p34-42

Abstract

Kemampuan guru dalam merancang kegiatan laboratorium inkuiri masih rendah, sehingga mereka tidak melaksanakan kegiatan itu dalam pembelajaran Fisika. Kegiatan workshop pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan laboratorium Fisika berbasis inkuiri bagi Guru Fisika MGMP Sidoarjo. Kegiatan ini dilakukan dengan melatihkan tujuh aspek yang diduga dapat mendukung pengembangan kemampuan merancang kegiatan laboratorium tersebut, yaitu (1) menentukan tujuan kegiatan laboratorium; (2) menentukan jenis percobaan yang sesuai dengan tujuan; (3) menentukan alat dan bahan laboratorium sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan; (4) menentukan rangkaian percobaan dan menggambarkan diagramnya;(5) merencanakan sendiri prosedur percobaan dan melaksanakannya; (6) menyusun lembar kerja siswa berbasis inkuiri; dan (7) merancang evaluasi kegiatan laboratorium. Aspek-aspek kemampuan tersebut dikembangkan melalui tiga tahap pelatihan, yaitu penyelenggaraan contoh (atau pemodelan) kegiatan laboratorium Fisika berbasis inkuiri, perancangan kegiatan laboratorium inkuiri, dan implementasi hasil rancangan dalam simulasi pembelajaran. Keberhasilan pengembangan kemampuan tersebut dievaluasi menggunakan Lembar Kerja Pelatihan dan Angket Respon peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pelatihan. Hasil kemampuan merancang kegiatan laboratorium bagi guru-guru Fisika MGMP Sidoarjo mendapatkan nilai rerata skor 3,49 yang masuk dalam kategori sangat baik. Respon guru-guru yang memberi tanggapan positif terhadap kegiatan pelatihan merancang kegiatan laboratorium sebanyak 91 %., hal ini mennunjukkan bahwa kegiatan pelatihan  yang dilaksakan sesuai keinginan dan kebutuhan guru fisika peserta pelatihan.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGEMBANGKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENELAAHAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Budiningarti, Hermin; Suprapto, Nadi; Admoko, Setyo
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpfa.v5n2.p56-63

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sejumlah perangkat pembelajaran yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa. Melalui perkuliahan Teaching Learning Process 3 (TLP 3) yang berisi pengkajian tentang model-model pembelajaran selama ini disajikan secara teoritis melalui tatap muka, pemodelan, workshop, dan praktek pembelajaran dalam forum, perangkat tersebut dioptimalkan. Standar kompetensi mata kuliah tersebut adalah mahasiswa terampil merancang dan mengelola proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran diskusi kelas (class discussion),  penemuan terbimbing (guided discovery), dan pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning). Kompetensi ini akan lebih mudah tercapai bilamana mahasiswa sebelumnya dibekali dengan kemampuan menilai sebuah perangkat pembelajaran terkait kesesuaiannya dengan model pembelajaran yang diterapkan. Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) karya mahasiswa terdahulu dinilai oleh mahasiswa dan dosen dengan menggunakan instrumen yang sama (IPKG1) menghasilkan penilaian X1 dan X2. Setelah itu mahasiswa merancang perangkat pembelajaran model PBI dan dinilai oleh dosen menggunakan IPKG1 dan menghasilkan penilaian Y1. Perangkat pembelajaran PBI yang telah dihasilkan kemudian disimulasikan oleh mahasiswa dan dinilai oleh dosen dengan menggunakan IPKG2 menghasilkan penilaian Y2. Analisis data menggunakan analisis korelasi dan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menghasilkan beberapa temuan: 1) Tingkat kesesuaian penilaian perangkat PBI oleh mahasiswa dan dosen cukup tinggi dengan korelasi yang tinggi, 2) Keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan perangkat pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah untuk skala 0-100 berada pada kisaran 77,94-97,06 dengan rata-rata 87,04 yang berarti baik. Penilaian contoh perangkat oleh mahasiswa dan dosen tidak berkorelasi dan tidak memberikan dampak atas keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan perangkat pembelajaran model PBL, 3) Keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan model PBL untuk skala 0-100 berada pada kisaran 78-90 dengan rata-rata 82,69 yang berarti baik. Hubungan antara keterampilan pengembangan perangkat yang telah dilakukan mahasiswa dan keterampilan melaksanakan pembelajaran menunjukkan korelasi yang signifikan.
APPLICATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE CRITICAL THINKING SKILLS OF THE STUDENT ON 11ST GRADE WITH DYNAMIC FLUID MATERIAL TRIWINDA PENGUKIR, RANI; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to know the influence of guided inquiry learning process to improve critical thinking skills of the student on 11st grade with dynamic fluid material. Kind of this research that be used is quasi experimental with pre-test post-test group design where the researcher used one class of implementation and one class of replication. The population of this research is the student on 11st grade of Dharma Wanita High School. The sample of this research is XI-IPA 1 as the implementation class and XI-IPA 2 as the replication class. The variables in this research including manipulation variable is guided inquiry learning model, response variable is critical thinking skills, and control variable are fluid dynamic material, teacher, and learning time allocation. The technique of data analysis that used is normality-test and homogeneity-test as precondition-test, t-test, n-gain, and variant analysis. The result of this research shows that the learning process with applying guided inquiry learning model got a very good categories with the percentage of XI-IPA 1 class is 86,8% and percentage of XI-IPA 2 class is 85,7%. The result of t-test to know the significance results of pre-test and post-test that is 52,35 for XI-IPA 1 class and 51,17 for XI-IPA 2 class with ttable is 1,70, it shows H0 rejected so H1 accepted because of the tcalculate more large than ttable, so can be conclude that the results of pre-test and post-test is significance importance. The result of n-gain test to know the increasing of critical thinking skills of the student got the average is 0,72 for XI-IPA 1 class and the average is 0,71 for XI-IPA 2 class with the categories of this two class is high. The result of positive student?s response is the percentage between 84% until 92% for each a question, this results from both of class have a very good categories. This research can be concluded that guided inquiry learning process can be increasing the critical thinking skills of the student with the result of the increasing that significance and the positive student?s response that very good of the both class. Keywords: guided inquiry, critical thinking skills, and dynamic fluid.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN SIMULASI LAB VIRTUAL DALAM MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA MATERI GELOMBANG MEKANIK OKTAFIA, RINA; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Miskonsepsi adalah suatu kondisi akan banyaknya konsepsi dalam pemahaman siswa yang kurang sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Penelitian ini bertujuan menganalisis penurunan miskonsepsi siswa setelah diterapkan model pembelajaran guided discovery berbantuan simulasi lab virtual. Jenis penelitian yang digunakan yaitu pre-experimental design dengan rancangan one-group pretest posttest design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbantuan simulasi lab virtual dapat mereduksi secara signifikan miskonsepsi gelombang mekanik pada kelas eksperimen, replikasi 1 dan replikasi 2 dengan penurunan sebesar -0,52; -0,64 dan -1,11. Dan konsisten menurunkan miskonsepsi saat diterapkan pada ketiga kelas. Kata kunci: Miskonsepsi, Guided Discovery berbantuan Simulasi Lab Virtual, Gelombang Mekanik.
PENGGUNAAN INSTRUMEN FOUR-TIER DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI DINAMIKA ROTASI EKA OKTAVIA, VIVI; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Miskonsepsi merupakan suatu pandangan yang salah mengenai suatu konsep yang telah dimiliki seseorang tetapi memiliki perbedaan konsep yang sudah disepakati dan dianggap benar oleh para ahli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil miskonsepsi siswa kelas XI menggunakan tes diagnostik four-tier. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan metode ex post facto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan siswa dari tiga kelas mengalami miskonsepsi terendah pada konsep momen gaya sebesar 19.84% yang disebabkan oleh pemikiran humanistik dan false negative. Sedangkan miskonsepsi tertinggi yang dialami oleh siswa pada konsep energi kinetik total sebesar 46.31% yang disebabkan oleh pemikiran asosiatif dan reasoning yang salah dengan persentase berturut-turut 43.75%, 59.09%, dan 37.50%. Kataikunci: Miskonsepsi, Four-tier Diagnostic Test, Dinamika Rotasi.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT DRIVEN INQUIRY (ADI) UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH PESERTA DIDIK SMA HANIFAH, NUR; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Argumentasi ilmiah adalah sebuah usaha untuk memvalidasi ataupun menolak sebuah gagasan yang didasarkan pada sebuah alasan ilmiah yang mencermikan perilaku para ilmuwan. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik SMA setelah diterapkan model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian gabungan dengan desain Explanatory sequential. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran ADI mampu melatihkan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkkatan level argumentasi ilmiah yang mampu dicapai oleh peserta didik, yakni rata-rata pada pre-test level argumentasi ilmiah peserta didik berada pada level 1 dan 2 sedangkan pada post-test level argumentasi ilmiah peserta didik mampu mencapai level 3 dan 4. Hal ini didukung oleh hasil analisis kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik secara lisan. Kata kunci : Argumentasi ilmiah, Model Pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI), Hukum Newton tentang Gerak
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ANALITIS SISWA MATERI HUKUM NEWTON CHOLIMATUS SYADIAH, NUR; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keterampilan berpikir analitis siswa setelah penerapan model pembelajaran guided inquiry. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre experimental dengan desain one group pretest posttest.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keterampilan berpikir analitis siswa meningkat secara signifikan di ketiga kelas eksperimen. Peningkatan dalam kategori sedang yaitu kelas X IPA 2 dengan n-gain 0,64 dan kelas X IPA 3 dengan n-gain 0,60 serta dalam kategori tinggi di kelas X IPA 4 dengan n-gain 0,70. Peningkatan keterampilan berpikir analitis konsisten di ketiga kelas eksperimen.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS UNTUK MENINGKATKAN ARGUMENTASI ILMIAH MATERI GETARAN HARMONIS AZIZAH ANWARUDIN, GABRIELA; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik baik secara tertulis maupun secara lisan, dan respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran diskusi kelas pada materi getaran harmonis. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental design dengan bentuk the matching-only pretest-posttest control group design. Jumlah kelas yang digunakan adalah 2 kelas, yaitu X IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan X IPA 5 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada materi getaran harmonis dengan menerapkan model pembelajaran diskusi kelas dapat terlaksana dengan sangat baik dengan skor rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dari kedua kelas sebesar 3,18. Peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik secara tertulis pada kelas X IPA 3 dan X IPA 5 berada pada level 2 menjadi level 3. Berdasarkan uji n-gain pada soal argumentasi dan soal evaluasi, diperoleh bahwa peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik secara tertulis dalam kategori sedang, pada kelas X IPA 3 berturut-turut sebesar 0,668 dan 0,631 sedangkan pada kelas X IPA 5 sebesar 0,539 dan 0,681. Peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik secara lisan pada kelas X IPA 3 berada pada level 1 menjadi level 3, sedangkan pada kelas X IPA 5 berada pada level 1 menjadi level 2. Respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran diskusi kelas pada materi getaran harmonis berada dalam kriteria baik.Kata kunci: Model Pembelajaran Diskusi Kelas, Kemampuan Argumentasi Ilmiah Peserta Didik, Getaran Harmonis
ANALISIS KEEFEKTIFAN TOULMINS ARGUMENT PATTERN (TAP) PADA MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM MELATIH KETERAMPILAN ARGUMENTASI DAN BERPIKIR KRITIS PADA PESERTA DIDIK SMA INDA SAFITRI, WAHYU; ADMOKO, SETYO
Inovasi Pendidikan Fisika Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Inovasi Pendidikan Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model-model pembelajaran berbasis Toulmin?s Argument Pattern (TAP) dalam melatih keterampilan argumentasi dan berpikir kritis pada peserta didik SMA. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian study kepustakaan. Data yang gunakan merupakan data sekunder yang diambil dari data hasil penelitian, jurnal-jurnal, dan sumber-sumber relevan lainnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu organize, synthesize, dan identify. Berdasarkan analisis penulis setalah membaca beberapa literatur yang relevan dan mencari keterkaitan antar literatur, didapatkan hasil penelitian bahwa ketika diterapkan Model Pembelajaran Argumentasi Toulmin, peserta didik mampu mencapai keterampilan berargumentasi pada level 5 dan mencapai tahapan overview pada berpikir kritis. Pada model pembelajaran argumentasi dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran inkuiri terbimbing, peserta didik mampu mencapai keterampilan berargumentasi pada level 4 dan mencapai tahapan clarity pada berpikir kritis. Pada model pembelajaran, Argument Driven Inquiry (ADI), dan model pembelajaran diskusi, peserta didik mampu mencapai keterampilan berargumentasi pada level 3-4 dan mencapai tahapan clarity pada berpikir kritis. Pencapaian tersebut didapatkan karena pada setiap model pembelajaran diterapkan Toulmin?s Argument Pattern (TAP), sehingga secara garis besar keterampilan argumentasi peserta didik mencapai level 3 sampai level 5, dan keterampilan berpikir kritis peserta didik mencapai pada tahapan clarity sampai overview. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Toulmin?s Argument Pattern (TAP) pada model pembelajaran sangatlah efektif untuk melatih keterampilan argumentasi dan berpikir kritis pada peserta didik SMA. Kata Kunci: Keterampilan Argumentasi, Berpikir Kritis, Toulmin?s Argument Pattern (TAP), Model Pembelajaran.