Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Efek Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcumma domestica Val.) dengan Pembanding Glibenklamid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Setiawan, Ame Suciati; Yulinah, Elin; Adnyana, I Ketut; Permana, Hikmat; Sudjana, Primal
Majalah Kedokteran Bandung Vol 43, No 1
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kombinasi ekstrak bulbus bawang putih (Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit (Curcumma domestica Val.) dapat digunakan sebagai obat antidiabetes oral pada penderita diabetes melitus (DM) tipe 2, dan secara klinis telah terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan dosis 2,4 g/hari. Penelitian klinis dilakukan untuk melihat efek antidiabetes kombinasi ekstrak dibandingkan dengan antidiabetik oral, glibenklamid. Subjek adalah usia >35 tahun dengan DM tipe 2 yang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam dan Endokrin Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung periode November 2007–Agustus 2008 dan telah mendapat terapi gizi medis selama 2 minggu. Penelitian dilakukan secara paralel, acak, dan tersamar ganda. Penggunaan kombinasi ekstrak menunjukkan penurunan kadar glukosa darah puasa rata-rata 9,25 mg/dL, glukosa darah 2 jam postprandial (PP) 22,25 mg/dL, HbA1c 1,30%, serta insulin 12,57 mg/dL bila dibandingkan dengan baseline glibenklamid rata-rata kadar glukosa darah puasa 72,37 mg/dL, glukosa darah 2 jam PP 114,25 mg/dL, dan HbA1c 4,12%, tetapi meningkatkan insulin 3,34 mg/ dL. Kombinasi ekstrak tidak mempengaruhi fungsi hati, ginjal, dan profil hematologi. Kesimpulannya kombinasi ekstrak memiliki efek antidiabetes tetapi efek yang ditimbulkan tidak sebaik glibenklamid. [MKB. 2011;43(1):26–34].Kata kunci: Bawang putih, kunyit, diabetes melitus tipe 2, glibenklamid, glukosa darah Antidiabetic Effect of Garlic Extract (Allium sativum Linn.) and Curcumin Extract (Curcumma domestica Val.) Combination Compared to Glibenclamide in Type 2 Diabetes MellitusThe combination of garlic (Allium sativum Linn.) and curcumin extract (Curcumma domestica Val.) can be used as an oral antidiabetic in type 2 diabetes mellitus (DM) patients. The clinical trial has shown that the extract can decrease blood glucose at a dose of 2.4 g/day. This clinical trial  was conducted to explore the antidiabetic effect of garlic and curcumin extract combination compared to oral antidiabetics, glibenclamide. The subjects were >35 years old patients with type 2 DM who visited the internal and endocrine clinic of Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung and has been treated with medical nutrition therapy for 2 weeks during the period of November 2007–December 2008. This study was a parallel, randomized and double blind study. The garlic and curcumin extract combination decreased the mean value of fasting blood glucose 9.25 mg/dL, 2h PP blood glucose 22.25 mg/dL, HbA1c 1,30% and insulin 12.57 mg/dL  compared to baseline whereas glibenclamide decreased the mean value of fasting blood glucose to 72.37 mg/dL, 2h PP 114,25 mg/dL, HbA1c 4.12% and increased the insulin to 3.34 mg/dL. In conclusion, the extract combination has antidiabetic effect even though it is lower than the glibenclamide. [MKB. 2011;43(1):26–34].Key words: Blood glucose, curcumin, garlic, glibenclamide, type 2 diabetes mellitus DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v43n1.41
Uji Efek Antikram Kinin dan O-Desmetil Kinin dengan Rute Pemberian Oral dan Topikal pada Mencit Swiss Webster Betina Elin Yulinah Sukandar; I Ketut Adnyana; Yohanna Christanti; Finna Setiawan
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 38 No. 3 (2013)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kinin adalah senyawa alkaloid dari kulit batang Cinchona sp. yang digunakan sebagai antimalaria. O-desmetil kinin (C19H22N2O2) adalah senyawa turunan kinin baru yang diperoleh dengan menghilangkan gugus metil pada kinin. Selain sebagai antimalaria, kinin juga dapat digunakan untuk mengobati kram kaki. Karena efek samping yang besar, FDA (2009) melarang penggunaan kinin oral dalam pengobatan kram kaki. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji efek kinin dan pada rute pemberian oral dan topikal serta mengetahui efek o-desmetil kinin pada terapi kram kaki. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok kinin oral dosis 26 mg/kg bb, kelompok kinin topikal dosis 52 mg/kg bb, kelompok o-desmetil kinin oral dosis 26 mg/kg bb, dan kelompok o-desmetil topikal dosis 52 mg/kg bb. Mencit diletakkan di atas rotarod dengan kecepatan 10-16 rpm selama 4 menit. Waktu yang dapat ditempuh mencit selama berada di atas rotarod diukur. Perlakuan yang sama diulang dengan durasi 45 menit selama 4,5 jam. Setelah menit ke 180, kelompok uji mengalami peningkatan waktu ketahanan di atas rotarod sedangkan kempok normal mengalami penurunan. Pada menit 270, kelompok oral dan topikal memberikan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok normal. Pemberian kinin dan odesmetil kinin pada rute pemberian oral dengan dosis 26 mg/kg bb dan topikal dengan dosis 52 mg/kg bb sebagai antikram memberikan hasil yang bermakna dibandingkan dengan kelompok normal (p<0,05). O-desmetil kinin memberikan efek yang tidak berbeda bermakna dari kinin base (p<0,05).Kata kunci: kram kaki, kinin, o-desmetil kinin, rotarod.AbstractQuinine is an alkaloid from the bark of Cinchona sp. as an anti-malaria. O-desmethyl quinine (C19H22N2O2) is the new quinine derivative, by losing its methyl. Beside the function as anti-malaria, quinine is used for leg cramps treatment. Because of the great side effects, FDA (2009) banned the use of quinine oral for leg cramps therapy. Therefore, this study was aimed to determine the effect of quinine by oral and topical administration and to determine o-desmethyl quinine's effect for leg cramps therapy. Mice were divided into normal group, quinine oral dose 26 mg/kg bw, quinine topical dose 52 mg/kg bw, o-desmethyl quinine oral dose 26 mg/kg bw, and o-desmethyl topical dose 52 mg/kg bw. Mice were taken on the rotarod at 10-16 rpm for 4 minutes. Time to remain on the rotarod was measured. The same treatment was repeated after 45 minutes for 4.5 hours. Over the 180 minutes, the endurance of the test groups were increased on the contrary, the normal group is decreased. After 270 minutes of observations, the oral and topical groups have significant difference compared by the normal group. The administration of quinine by oral dose 26 mg/kg bb and topical dose 52 mg/kg bb as an anti-cramps showed significantly difference compared to the normal group (p<0.05). O-desmethyl quinine has no significantly difference compared by quinine (p<0.05).Keywords: leg cramps, quinine, o-desmethyl quinine, rotarod.