Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Prevalensi Dan Gambaran Patologi Infestasi Cacing Paramphistomum Spp. Pada Rumen Sapi Bali Yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Denpasar Lestari, Anak Agung Istri Trisna Jiwani; Adnyana, Ida Bagus Windia; Oka, Ida Bagus Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (1) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.079 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerugian ekonomi peternak sapi yang sering diabaikan adalah akibat penyakit parasit terutama Paramphistomum spp. Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga Juni 2015. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui obeservasi langsung pada 200 rumen sapi yang telah dipotong. Setiap rumen didata ada atau tidaknya cacing Paramphistomum spp. dengan jumlah pengamatan setiap harinya rata-rata 15 ekor rumen sapi bali. Prevalensi dihitung dengan membagi sampel positif dengan jumlah sampel yang diperiksa dikalikan 100%. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infestasi cacing Paramphistomum spp. pada rumen sapi bali yang dipotong di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar adalah 15%. Gambaran patologi rumen sapi yang terinfeksi parmphistomiasis yang dipotong di RPH Denpasar terlihat berwarna merah bergerombol menempel di permukaan mukosa rumen
Prevalensi Benda Asing pada Rumen Sapi Bali yang Disembelih di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar Indahyani, Ni Made Dwi; Adnyana, Ida Bagus Windia; Kardena, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (3) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.851 KB)

Abstract

Pada era modern seperti saat ini banyak pergeseran lokasi penggembalaan sapi. Padang rumput yang dahulunya banyak tersedia, seiring dengan berjalannya waktu telah banyak yang berubah fungsi menjadi hal lain. Salah satunya adalah sebagai tempat pembuangan akhir. Sapi yang seharusnya digembalakan di padang rumput justru banyak dibebasliarkan mencari pakan di tumpukan sampah. Dengan demikian, benda asing yang ada di tumpukan sampah termakan. Benda asing adalah benda yang tidak seharusnya berada di dalam organ maupun tubuh hewan. Benda asing yang terdapat di suatu jaringan atau organ tubuh akan menyebabkan terganggunya fisiologis organ atau jaringan tersebut. Benda asing yang tertelan oleh ternak sapi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu logam dan non-logam. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 ekor sapi bali potong yang disembelih di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar periode bulan Mei-Juni 2015. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui observasi langsung pada rumen sapi bali yang telah disembelih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi observasional dengan metode random sampling. Sampel rumen diamati dan dicatat hasilnya kemudian disajikan secara deskriptif. Prevalensi benda asing pada rumen sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar Periode Mei-Juni 2015 adalah 22% (44 dari 200 ekor). Tidak cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan (asosiasi) antara jenis kelamin, umur, berat badan dan asal sapi dengan temuan benda asing pada rumen sapi bali.
Profil Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan dan Jejas Eksternal pada Kulit Sapi Bali yang Disembelih di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar Periode Mei-Juni 2015 Yuliantika, I Made Yuda; Adnyana, Ida Bagus Windia; Sukada, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (4) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.646 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil umur, jenis kelamin, berat badan danjejas eksternal pada kulit sapi bali yang disembelih di Rumah Potong Hewan Kota Denpasar periode Mei-Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan metode survey. Padapenelitian ini digunakan 200 ekor sapi bali, tercatat umur sapi bali yang disembelih paling tinggi beradapada kisaran umur dibawah 2 tahun dengan jumlah 58 ekor (29%). Dari jenis kelamin menunjukansebanyak 147 ekor (73,5%) berjenis kelamin betina dan hanya 53 ekor (26,5%) berjenis kelamin jantan.Dari berat badan yang di potong terbanyak berada pada kategori berat 300-400 kg. Dari penelitiantersebut ditemukan jejas eksternal pada 2 ekor sapi (1%) dari 200 ekor sapi yang diamati di RPH kotaDenpasar. Hasil penelitian ini mengindikasikan diperlukan perhatian khusus dari pemerintah Balikhususnya dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait untuk mengambil langkah antisipasi untukmencegah berkurangnya populasi sapi Bali di masa-masa mendatang.
Struktur Genetik Penyu Hijau Di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, Dengan Marker Molekul D-Loop Dna Mitokondria SUPARTHA, DEWA AYU PUTU ARIE SERATHAN; WINDIA ADNYANA, IDA BAGUS; WANDIA, I NENGAH
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (3) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.974 KB)

Abstract

Penelitian ini menggunakan 310 sampel jaringan Penyu Hijau (Chelonia mydas) yang ditangkap di ruaya pakan perairan Berau, kemudian akan menampilkan hasil temuan 86 sampel jaringan di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Identifikasi asal usul dari Penyu Hijau di ruaya pakan dilakukan dengan menggunakan marker molekul d-loop (displacement loop) DNA mitokondria melalui amplifikasi teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Produk PCR kemudian diurutkan (sequencing) di Macrogen inc. (Korea). Hasil pengurutan kemudian dianalisis menggunakan program MEGA 4.0, DNAsp 5.10, dan BAYES. Penyu Hijau yang ditemukan di habitat pakan tersebut terdiri dari 11 haplotipe yaitu D2 (N=35; 40.7%), C3 (N=19; 22.1%), C5 (N=12; 14%), C14 (N=7; 8.14%), A3 (N=5; 5.81%), E2 (N=2; 2.33%), NEW 1 (N=2; 2.33%), B4 (N=1; 1.16%), NEW 2 (N=1; 1.16%), NEW 3 (N=1, 1.16%), dan NEW 4 (N=1; 1.16%). Selanjutnya persentase kontribusi populasi dari beberapa habitan peneluran dan beberapa unit menejemen dihitung menggunakan Mixed Stock Analysis (MSA) dengan program BAYES, dengan hasil presentase Berau Islands (56.56%), Sulu Sea (52.59%), Papua Nugini (17.48%), dan Mikronesia (13.21%).
Profil Darah Penyu Hijau (Chelonia mydas) Sebelum dan Sesudah Direhabilitasi Adnyana, Ida Bagus Windia; Adnyana, Ida Bagus Nararya Primastana; Siswanto, Siswanto
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (6) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.6.930

Abstract

Penyu adalah satwa yang terancam punah, sehingga upaya konservasinya perlu ditingkatkan. Kegiatan yang berhubungan dengan konservasi dimaksud adalah rehabilitasi penyu pascamengalami periode out of the water sebelum dilepasliarkan kembali ke alam bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil dan indeks eritrosit penyu hijau (Chelonia mydas) sebelum dan sesudah mengalami rehabilitasi di Turtle Conservation and Education Center (TCEC) di Pulau Serangan, Denpasar. Penelitian ini menggunakan sampel Sembilan ekor penyu hijau hasil sitaan Polisi Sektor Kuta, Badung, Bali. Sebanyak 2,5 mL darah perifer penyu hijau diambil dari sinus cervicalis dorsalis disimpan di tabung berisikan antikoagulan litium heparin dan dilanjutkan dengan pemeriksaan hematologi. Penentuan nilai total eritrosit dihitung dengan hemositometer. Kadar hemoglobin (Hb) diukur menggunakan Hemoglobinometer Sahli, sedangkan kadar Packed Cell Volume (PCV) ditentukan dengan metode mikrohematokrit. Indeks eritrosit yang meliputi Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) dihitung dengan rumus konvensional yang ditentukan untuk itu. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan uji T berpasangan. Nilai profil darah (Packed Cell Volume, total eritrosit, Hemoglobin) mengalami peningkatan signifikan pasca rehabilitasi dengan nilai rerata hematokrit sebelum rehabilitasi sebesar 28,4±3,09 menjadi 31,7±2,87, nilai total eritrosit sebelum rehabilitasi sebesar 0,44±0,10 menjadi 0,56±0,15, nilai Hemoglobin sebelum rehabilitasi sebesar 6,3±1,28 menjadi 7,53±0,73 serta hasil perhitungan secara statistika dengan uji T-berpasangan menunjukkan profil darah penyu hijau sebelum dan sesudah rehabilitasi memiliki perbedaan yang signifikan yang berarti proses rehabilitas yang dilakukan di Turtle Conservation and Education Center, Serangan berhasil.
Prevalensi Dermatitis Ulseratif pada Tukik Lekang yang Dipelihara di Turtle Conservation and Education Centre Serangan Annabella Ruth Wijaya; Ida Bagus Windia Adnyana; I Made Kardena
Buletin Veteriner Udayana Vol. 10 No. 1 Pebruari 2018
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.953 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p09

Abstract

Ulcerative dermatitis is a disease that most commonly affects turtles and/or hatchlings that are kept in ponds, including in Turtle Conservation and Education Center (TCEC), Serangan. A study was conducted to determine the prevalence, pathology, and lesion location of ulcerative dermatitis in olive ridley hatchlings reared in TCEC Serangan, also the differences of the body condition index of olive ridley hatchlings with ulcerative dermatitis and healthy ones. Prevalence was determined by counting sick hatchlings compared with the total number of hatchlings at TCEC. Morphometry (straight carapace length, straight carapace width, curved carapace length, curved carapace width) and body weights were measured to determine the body condition index, and then body index differences were compared with unpaired T-Test. Skin tissue samples were processed into pathology slides and routinely staining of hematoxylin eosin (HE). The prevalence of ulcerative dermatitis in olive ridley hatchlings at TCEC was 16.2%. Crusty-yellow wound lesions of 2 mm to 2 cm in diameter were found and microscopically there were heterophils and mononuclear cells infiltration in skin dermis accompanied by erosion, parakeratosis, and necrotic material containing cell debris. Lesions were found mostly on neck area (63.04%), followed by flippers, head, skin near carapace, eyelids, and neck area with flippers combined. There was a very significant difference in body condition index between suffered hatchlings with healthy ones, where the average body condition index of suffered hatchlings were greater than healthy ones. Rearing management should be fixed.
Profil Seks Rasio Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas l) Pada Penetasan Alami Dan Non-alami Di Pantai Sukamade Kabupaten Banyuwangi Putu Suastika; Ida Bagus Windia Adnyana; Dwi Suprapti
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.102 KB)

Abstract

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seks rasio tukik penyu Hijau(Chelonia mydas L) yang dihasilkan dari penetasan alami dan non-alami di pantaiSukamade kabupaten Banyuwangi. Sampel yang dipakai adalah tukik berumur 1,5 bulanyang berasal dari 5 sarang penetasan telur. Jumlah sampel tukik adalah 40 ekor yangdiambil secara acak, terdiri atas 20 ekor dari penetasan alami dan 20 ekor dari penetasannon-alami. Tukik diambil organ gonadnya untuk dibuat preparat histologi denganpengecatan Harris-Haematoksilin eosin (H&E) untuk menentukan jenis kelamin. Hasilpenelitian menujukkan bahwa seks rasio pada penetasan alami terdeteksi jantan = 0, betina= 8, dan tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya = 12. Untuk penetasan non-alamiterdeteksi jantan = 13, betina = 0, dan tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya = 7. Dapatdisimpulkan bahwa temperatur mempunyai peranan penting dalam penetuan jenis kelamin,sebagaimana rerata temperatur yang ditujukkan pada data logger untuk penetasan alamiadalah 31,79 0C dan penetasan nonalami adalah 27,30 0C
The Differences of Ultrasonography Imaging Between Green Turtles (Chelonia mydas) and Olive Ridley Turtles (Lepidochelys olivacea) in Bali (PERBEDAAN CITRA ULTRASONOGRAFI ANTARA PENYU HIJAU (CHELONIA MYDAS) DAN PENYU LEKANG (LEPIDOCHELYS OLIVACEA) DI BALI I Wayan Nico Fajar Gunawan; Archie Leander Maslim; Ida Bagus Windia Adnyana; Anak Agung Gde Oka Dharmayudha; Luh Made Sudimartini
Jurnal Veteriner Vol 21 No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.388 KB)

Abstract

Ultrasonography is a rapid and non-invasive method for assessing internal organs. The purpose of this study is to determine the differences in ultrasonographic imaging of internal organs between green turtle (Chelonia mydas) and olive ridley turtles (Lepidochelys olivacea). This study used two female green turtles (C. mydas) and two olive ridley turtle (one male and one female) (L. olivacea) with body condition index ranging from Average-Very Good. Micro-convex transducer ultrasonography with frequencies 4.5-8 MHz was used in this study. Acoustic windows were used in this study from cervical dorsal, cervical ventral, cervicobrachial, sinister-dexter, axillary sinister-dexter, prephemoral sinister-dexter and postphemoral sinister-dexter. The necropsies were performed to provide reference data. The results of ultrasonography imaging showed that the jugular vein of the olive ridley turtles (L. olivacea) was wider than the jugular vein of the green turtles (C. mydas). The ultrasonography imaging also showed that the stomach of green turtles (C. mydas) was smooth folds but the stomach of olive ridley turtles (L.olivacea) was sharp folds according to necropsy. There were no differences in the heart, stomach, liver, small intestine, large intestine, and kidneys. Vitellogenic follicles ultrasonography imaging was found from the olive ridley turtles (L. olivacea) which had shown in the period of premating and mating.
Studi Kasus: Ascariosis Disertai Migrasi Larva pada Hati dan Paru-paru Babi Landrace (CASE STUDY: ASCARIOSIS ACCOMPANIED BY MIGRATION OF LARVAE IN LIVER AND LUNGS OF LANDRACE PIG) I Ketur Berata; Ida Bagus Oka Winaya; Anak Agung Ayu Mirah Adi; I Made Kardena; Ida Bagus Windia Adnyana
Jurnal Veteriner Vol 20 No 4 (2019)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.797 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.4.603

Abstract

Cases of ascariosis due to infection with Ascaris suum are still prevalent in the world, including Indonesia. Apart from causing economic losses, ascariosis can also threaten human health because it is zoonotic. Case studies of ascariosis with typical white spot lesions in the landrace pig liver is described in this paper. Pigs aged 60 days old, sick for 10 days, thin and coughing gathered from the village of Suwung, Denpasar City. After necropsy and post mortem examination were done, tens of A. suum worms were found in the intestine and white spot lesions observed on the livers. Tissues of small intestine, large intestine, liver, lungs, kidney, spleen, urinary vesicles and brain were taken and put into 10% of formalin neutral buffer before they then processed in making histopathological preparations. Histopathological preparation was carried out using paraffin block method and hematoxylin eosin (HE) staining technique. The results of histopathological examination of the small intestine, large intestine, liver and lungs were found to be infiltrated by eosinophil cells. Eosinophil cells infiltration indicates that there are parasites A. suum or the larvae migrant in the tissues. Some of the tissues in livers were also found to have fibrosis, which is suspected that the infection has been chronic. It can be concluded that cases of the landrace pigs were chronically infected by A.suum and accompanied by migration of the larvae to the livers and lungs. More attention is needed to prevent the increase of ascariosis in pigs in order to minimize economic losses and transmission to humans.
Perubahan Patologi Sistem Hepatobiliari Sapi Bali Terinfeksi Fasciola gigantica Ida Bagus Oka Winaya; Anak Agung Ayu Mirah Adi; I Ketut Berata; I Made Kardena; Ida Bagus Windia Adnyana; Ida Bagus Kade Suardana
Jurnal Veteriner Vol 21 No 4 (2020)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.416 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2020.21.4.654

Abstract

Liver fluke infections is an important parasitic disease that common attack cattle, buffalo and others ruminant. The disease in the tropics is caused by Fasciola gigantica trematodes. Fasciolosis found in Bali cattle besides causing high economic loss also has the opportunity infect humans. This study aims to determine the pathology changes of Bali cattle hepatobiliary system infected by F. gigantica. In January2019 were examined a hundred of liver tissue Bali cattle. Based on the sex as many as 75 bali cattle are cows and 25 are bulls. On macroscopic examination was found fifteen bali cattles in gallbladder containing of F. gigantica. In positive Fasciolosis the surface of liver look uneven with enlargement of lymph nodes. The tissue of Bali cattle liver infected with F. gigantica is cut into 1x1x1 cm and put in a pot that has been filled with 10% neutral buffered formaline. The fixed tissue then processed in a tissue processor and stained with hematoxylin-eosin (HE). Microscopic examination was found bile ducts proliferation and blocked of the lumen accompanied by cholangio cirrhosis. Found longitudinal pieces of Fasciola giganticaliver fluke surrounded by fibrous connective tissue and multifocal coagulative necrosis with fibroblast proliferation. In some location the infiltration of neutrophil cells around the bile ducts can also be seen. Congestion, bleeding, and neutrophil infiltration are also seen in areas of necrosis. In the bile duct wall bleeding, adenomatus hyperplasia, infiltration of mononuclear cells with mild intensity and foci ofcalcification are found. It can be concluded that there was a change with severe intensity accompanied by chronic inflammation in the hepatobiliary system of Bali cattle with Fasciolosis.