Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The effect of inhaling mercury (Hg) on the hepar cells and the role of green tea extract as antioxidant Afriza, Dhona
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 23, No 3 (2011): November
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2074.267 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol23no3.14028

Abstract

This research aimed to identify the effect of inhaling mercury on the hepar cells of white mice and the role of green tea extract as an antioxidant on such hepar cells having exposed to mercury histopathologically. It was an experimental research by using 48 male white mice (Mus musculus) as the sample. The sample was divided into 8 groups i.e.: A, B, C, and D, which were given treatment for 3 and 6 weeks. Each group consisted of 6 mice. A group was a negative control which did not get any treatment. Group B as a positive control group was exposed to mercury. Group C was exposed to mercury and was given green tea extract at dosage 0.52 mg/20 gr of body weight. Group D was exposed by mercury and was given green tea extract at dosage 1.04 mg/ 20 gr of body weight. All white mice in the group B, C, and D were exposed to mercury through inhalation for 4 hours daily. To identified the effect of mercury, the hepar cells in all 4 groups were examined at the 3rd and 6th week by making histopathologic preparation in the Histopathology Laboratory Faculty of Medicine Universitas Andalas. Then, the preparation was examined through Binocular Light Microscope in ordered to see the deficient occurred. The data obtained were analyzed by ANOVA method and independent T-test with confidence level = 95%. It was revealed that the hepar cells that were being exposed to mercury regularly were being degenerates. Then, the amount of green tea extract given reduces the degeneration occurred.
The effect of inhaling mercury (Hg) on the hepar cells and the role of green tea extract as antioxidant Dhona Afriza
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 23, No 3 (2011): November 2011
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2074.267 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol23no3.14028

Abstract

This research aimed to identify the effect of inhaling mercury on the hepar cells of white mice and the role of green tea extract as an antioxidant on such hepar cells having exposed to mercury histopathologically. It was an experimental research by using 48 male white mice (Mus musculus) as the sample. The sample was divided into 8 groups i.e.: A, B, C, and D, which were given treatment for 3 and 6 weeks. Each group consisted of 6 mice. A group was a negative control which did not get any treatment. Group B as a positive control group was exposed to mercury. Group C was exposed to mercury and was given green tea extract at dosage 0.52 mg/20 gr of body weight. Group D was exposed by mercury and was given green tea extract at dosage 1.04 mg/ 20 gr of body weight. All white mice in the group B, C, and D were exposed to mercury through inhalation for 4 hours daily. To identified the effect of mercury, the hepar cells in all 4 groups were examined at the 3rd and 6th week by making histopathologic preparation in the Histopathology Laboratory Faculty of Medicine Universitas Andalas. Then, the preparation was examined through Binocular Light Microscope in ordered to see the deficient occurred. The data obtained were analyzed by ANOVA method and independent T-test with confidence level = 95%. It was revealed that the hepar cells that were being exposed to mercury regularly were being degenerates. Then, the amount of green tea extract given reduces the degeneration occurred.
PREVALENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN DI PANTI ASUHAN KOTA PADANG Hanisah Fitri; Dhona Afriza
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.259 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.48

Abstract

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau lebih dikenal sariwan adalah radang kronik pada mukosa mulut, berupa ulkus yang terasa nyeri dan selalu kambuh, terutama pada jaringan lunak rongga mulut mulut tidak berkeratin. Berdasarkan gambaran klinisnya SAR dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu SAR minor, mayor, dan herpetiform. Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terbukti bahwa ada beberapa faktor yang berperan pada timbulnya SAR. Faktor-faktor tersebut adalah herediter, trauma emosional, stress, virus, bakteri, alergi, defisiensi nutrisi dan gangguan hormonal. Penyebab SAR pada umumnya adalah gabungan beberapa factor – factor tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi SAR di Panti Asuhan Kota Padang. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling pada tujuh Panti Asuhan di tujuh kecamatan Kota Padang. Dengan jumlah sampel 144 orang yang diambil secara acak dari populasi tiap-tiap Panti Asuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan besarnya prevalensi SAR adalah sebesar 10.41%. Sampai saat ini belum ditemukan terapi atau pengobatan yang efektif untuk SAR karena banyaknya faktor yang berpengaruh. Perawatan SAR umumnya non spesifik dan dilakukan untuk tujuan menghilangkan rasa sakit, mengurangi besar dan lamanya ulcer dan mencegah pembentukan ulcer baru.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI SILANG DENGAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI Intan Puspita Sari; Dhona Afriza; Masra Roesnoer
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.189 KB) | DOI: 10.33854/jbd.v1i1.49

Abstract

Infeksi silang menjadi perhatian utama bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya. Dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi beresiko berkontak dengan mikroorganisme patogen pada saat merawat pasien, diantaranya termasuk HIV, Virus hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), virus herpes simplex tipe 1 dan 2, Mycobacterium tuberkulosis,dan lain-lain. Kurangnya pengetahuan tentang potensi infeksi yang dibawa saliva dan darah serta mengabaikan perlindungan diri dapat membahayakan petugas kesehatan gigi dan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang infeksi silang dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel adalah mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jumlah sampel adalah 154 orang, sedangkan teknik pengambilan sampel secara acak. Pengumpulan data dilakukan pengamatan dengan mengisi formulir pengamatan dan pengisian kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 69 (86,3%) mereka yang berpengetahuan tinggi melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan baik, sedangkan yang rendah sebanyak 18 (24,3 %) yang melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan tidak baik. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,141 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi kejadian kategori pengetahuan dengan penatalaksanaan atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER GIGI DENGAN TINDAKAN PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DI TEMPAT PRAKTEK DOKTER GIGI KOTA PADANG Vanesa Nadya Olastri; Dhona Afriza; Widyawati Widyawati
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.097 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.54

Abstract

Limbah medis salah satunya dihasilkan melalui praktik dokter gigi. Kebanyakan kita tidak menyadari bahwa tempat praktik dokter gigi dapat berpotensi sebagai asal limbah yang membahayakan lingkungan. Apabila sampah medis tersebut tidak dibuang pada tempat yang tepat maka akan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi masyarakat sekitarnya. Tujuan Penelitian ini untuk memperoleh hubungan pengetahuan Dokter Gigi dengan tindakan pembuangan sampah medis di tempat praktik Dokter Gigi kota Padang. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang. Tehnik pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling dengan tehnik lotre. Analisis data univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk menggambarkan frekuensi dan persentase, analisis bivariat digunakan uji Fisher’s Exact Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter gigi memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai pembuangan sampah medis di tempat praktek dokter gigi (75,6%) dibandingkan dengan dokter gigi yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah yaitu (24.4%). Tindakan dokter gigi tergolong baik dalam pembuangan sampah (66,7%) dibandingkan dengan yang buruk (33,3%). Hasil uji statistik p(0,00) < α (0,1) sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan dokter gigi dengan tindakan pembuangan sampah di tempat praktek dokter gigi kota Padang. Odds Ratio (90% CL = 3,6 – 123,0) dapat disimpulkan bahwa dokter gigi yang memiliki tingkat pengetahuan rendah memiliki resiko 21 kali memiliki tindakan pembuangansampah yang buruk di tepat praktek dokter gigi
PERBEDAAN RERATA KEASAMAN MULUT BERBAGAI KELOMPOK KARIES GIGI PADA PASIEN DI RSGM BAITURRAHMAH PADANG Defi Firdaus; Utmi Arma; Dhona Afriza
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.983 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.50

Abstract

Riset kesehatan dasar tahun 2007 menyebutkan 72,1% penduduk Indonesia terkena karies gigi. Karies gigi adalah suatu proses patologis jaringan keras gigi (email dan dentin) yang terjadi karena adanya interaksi berbagai faktor (multi-faktor) dalam rongga mulut. Karies gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti dengan terjadinya kerusakan bahan organik gigi. Jaringan keras gigi yang termineralisasi akibat adanya asam hasil fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme, akan menjadi larut dan rusak. Keasaman mulut merupakan hasil metabolisme mikroorganisme pada sukrosa dapat mengakibatkan proses demineralisasi permukaan gigi. Derajat keasaman (pH) lebih rendah dan mencapai derajat keasaman 5,5. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang hubungan keasaman mulut terhadap karies gigi pada usia 16-25 tahun di RSGM Baiturrahmah. Penelitian ini bersifat survei analitik. Pengambilan sampel secara simple random sampling dengan jumlah sampel 35 orang. Dari hasil penelitian diperoleh pH rata-rata kelompok karies gigi yaitu pH rata-rata kelompok karies gigi ringan 7,13 ± 0,97, pH rata-rata kelompok karies gigi sedang 5,75 ± 0,46 dan pH rata-rata kelompok karies gigi berat 4,25 ± 0,50. Setelah diuji dengan ANOVA terdapat perbedaan yang signifikan diantara ketiga kelompok (ρ = 0,000). Setelah dianalisa dengan uji statistik perbandingan pH saliva pada ketiga kelompok karies gigi terdapat hubungan yang signifikan (ρ < 0,05). Kelompok karies gigi ringan dengan karies gigi sedang (ρ = 0,001), kelompok karies gigi ringan dengan karies gigi berat (ρ = 0,000) dan kelompok karies gigi sedang dengan karies gigi berat (ρ = 0,020). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pH saliva dengan karies gigi.
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN MELANOSIS PEROKOK DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH Yegie Triza; Dhona Afriza
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.042 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.3

Abstract

World Health Organization telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei sebagai hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya perhatian dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun pipa. Salah satu akibat negatif dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah melanosis merokok. Melanosis terjadi akibat pengendapan melanin dalam lapisan epithelium mukosa mulut. Gambaran klinis yang terlihat pada melanosis perokok menunjukan adanya bercak coklat difus yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa mulut. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang menggunakan desain case control yang di lakukan di RSGM Baiturrahmah. Penelitian ini dilakukan pada sampel 80 orang yang diambil secara acak yang terdiri dari 40 pasien perokok dan 40 pasien tidak perokok sebagai pengontrol. Hasil penelitian didapatkan bahwa melanosis perokok lebih banyak ditemukan pada responden perokok dibandingkan responden tidak perokok
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEBIASAAN MENYIKAT GIGI ANAK Hanim Khalida Zia; Nurhamidah Nurhamidah; Dhona Afriza
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.679 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.51

Abstract

Peran orang tua terutama ibu, sangat berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi anak. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kebiasaan menyikat gigi pada murid kelas 1 di SDN 02 Ulak Karang Kota Padang. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Cara pengambilan sampel dengan conservative sampling yaitu 36 orang ibu beserta anaknya. Hasil penelitian menunjukkan 52,8% murid kelas 1 SDN 02 Ulak Karang Kota Padang sering menyikat gigi, sedangkan 47,2% lagi jarang menyikat gigi. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya (p = 0,000). Antara perilaku ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya juga memiliki hubungan signifikan (p = 0,007). Namun tidak terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya (p = 0,101). Dari hasil penelitian sebagian besar responden sudah mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut anak, aplikasinya dalam hal tindakan pemeliharaan juga sudah baik, tetapi sikap yang ditunjukkan responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak masih kurang.