Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Groundwater Conservation Model in Coastal Plain of Semarang City Purnama, Setyawan; Kurniawan, Andri; Sudaryatno, Sudaryatno
Forum Geografi Vol 20, No 2 (2006): December 2006
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

There are three objectives of this research. First, to build the model of groundwater usage and conservation in the research area. Second, to identify the behaviour of model in various usages and conservations. Third, to formulate the policy of groundwater resources management that suitable with the region caracteristic. As a result, show that the programme Powersim 2.5c can be used dan applied in hydrologis, especially in building groundwater conservation model. The conservation model that significantly suitable are to decrease the usage of water in domestic and industrial sector. Relationship by the third objectives, the some policies that can be carried out to conservations, namely decreasing water usage, restricting industrial growth, restricting settlement growth (especially in recharge area) and increasing the capacity of PDAM production.
Groundwater Conservation Model in Coastal Plain of Semarang City Purnama, Setyawan; Kurniawan, Andri; Sudaryatno, Sudaryatno
Forum Geografi Vol 20, No 2 (2006): December 2006
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v20i2.1814

Abstract

There are three objectives of this research. First, to build the model of groundwater usage and conservation in the research area. Second, to identify the behaviour of model in various usages and conservations. Third, to formulate the policy of groundwater resources management that suitable with the region caracteristic. As a result, show that the programme Powersim 2.5c can be used dan applied in hydrologis, especially in building groundwater conservation model. The conservation model that significantly suitable are to decrease the usage of water in domestic and industrial sector. Relationship by the third objectives, the some policies that can be carried out to conservations, namely decreasing water usage, restricting industrial growth, restricting settlement growth (especially in recharge area) and increasing the capacity of PDAM production.
The Influence of Spatial Urbanization to Regional Condition in Periurban Areas of Yogyakarta Kurniawan, Andri; Prakoso, Bambang Sriyanto Eko
Forum Geografi Vol 22, No 1 (2008): July 2008
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v22i1.4924

Abstract

It is interesting to study periurban areas because of its transitional characteristic. Periurban areas undergo dynamic changes as a result of spatial urbanization. This study is aimed at: (1) examining the development pattern of spatial urbanization in Yogyakarta and finding out the influential determinant factors; (2) examining the dynamics of land use changes in periurban areas and finding out the resultant impacts; (3) examining the pattern and development of services (infrastructures) and finding out the determinant factors supporting the development of services (infrastructures) in periurban areas; (4) examining the role of the development of periurban services (infrastructures) as magnetic forces for periurban development; and (5) making policies concerning periurban development and management in order to achieve optimal development and to balance the functions of urban and rural areas. The methods used in this research are secondary data analyses and aerial photo interpretation. This study applies secondary data analysis by comparing the data to find out the extent of the changes. Descriptive statistics, scaling, and discri-minant analysis are used as the analytical techniques to find out the determinant factors of urban growth in periurban areas. Spatially, urbanization in Yogyakarta periurban areas tends to move toward the western part (Ngestiharjo village), northern part (Catur Tunggal village) and eastern part (Banguntapan village). Besides centrifugal forces, the development of built land and urban characteristics in the western, northern and eastern parts are also influenced by the main roads (corridors) from Yogyakarta to Kaliurang, from Yogyakarta to Wates, and from Yogyakarta to Solo. The existence of the corridors prompts the functions of trade and services which, in turn, trigger the development of the surrounding housing complex. On the contrary, in the southern and south-east part of Yogyakarta the activities of service have not yet well-developed and neither have the new housing complex. The development of number and density population are variables determining urban development in Yogyakarta periurban areas. The dynamics of land use changes in Yogyakarta periurban areas are characterized by the decrease in agricultural land (6.46 % per year) and the increase in built land. The decrease in agricultural land reduces the sustainability of agricultural environment. Agricultural production can no longer satisfy periurban people’s needs for food. The different strength in interaction results in the difference in the facilities of service (infrastructure) between periurban areas. The periurban dynamics in Yogyakarta are also characterized by the increase in function and sustainability of services. The development of service (infrastructure) in Yogyakarta periurban areas have a lot of impacts especially those related to the increase in urban characteristics. In some parts of periurban areas, there is a relation between the increase in service provision and the development of urban characteristics.
PEMODELAN INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Setianingtias, Retno; Baiquni, M.; Kurniawan, Andri
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 27 No 2 (2019)
Publisher : Economic Research Center, the Indonesian Institute of Sciences (P2E-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.266 KB) | DOI: 10.14203/JEP.27.2.2019.61-74

Abstract

Arah baru dalam proses pembangunan saat ini adalah pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDG)/ Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Konsep pembangunan berkelanjutan disusun atas empat dimensi, yaitu pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. TPB hadir dengan 17 tujuan dan sejumlah indikator untuk pengukurannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antar indikator dan dimensi dalam pembangunan berkelanjutan. Identifikasi indikator berasal dari publikasi Bappenas dan BPS, serta hasil penelitian terdahulu. Unit analisis pada penelitian ini adalah seluruh provinsi yang ada di Indonesia dengan menggunakan data tahun 2015. Metode yang digunakan adalah Struktural Equation Modelling menggunaan Partial Least Square untuk mereduksi indikator serta melihat hubungan antar dimensi sosial, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan. Hasil seleksi indikator menunjukkan dari lima puluh indikator, menjadi sembilan belas indikator yang berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan. Permodelan dengan SEM PLS memberikan gambaran bahwa antar dimensi ekonomi ? lingkungan, ekonomi ?sosial, kelembagaan ?ekonomi, ekonomi ? kelembagaan, kelembagaan ? sosial, kelmbagaan ? TPB, Lingkungan ? TPB, sosial ? lingkungan, sosial - TPB dan TPB ? kualitas pembangunan menunukkan hasil yang signifikan, namun demikian terdapat hubungan yang tidak signifikan, yaitu hubungan antara antara kelembagaan dan lingkungan.  
KARAKTERISTIK DAN TIPOLOGI INDUSTRI MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH AGROINDUSTRI APEL DI KOTA BATU Pridiatama, Ringga; Kurniawan, Andri; Sudrajat, Sudrajat
Media Komunikasi Geografi Vol 20, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.087 KB) | DOI: 10.23887/mkg.v20i1.17524

Abstract

Abstrak Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Kegiatan agroindustri memiliki peran penting untuk mendukung sektor pertanian baik dari segi ekonomi maupun sosial. Apel menjadi buah yang khas dari oleh Kota Batu dan telah banyak diolah menjadi berbagai macam produk baik makanan maupun minuman. Produktivitas apel mengalami penurunan yang mayoritas disebabkan faktor non-iklim diantaranya konversi lahan, kendala budidaya, serta harga apel yang menurun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan tipologi agroindustri apel di Kota Batu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus pada 47 pelaku agroindustri apel skala industri mikro, kecil, dan menengah di Kota Batu. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri apel di Kota Batu didominasi skala mikro dan kecil, tingkat pendidikan rendah, serta lingkup pemasaran terbatas pada lingkup lokal dan nasional. Pada tipologi klaster industri menunjukkan sebanyak 17,02% tergolong maju, 34,04% tergolong berkembang, dan 48,93% tergolong terbelakang.Kata kunci: agroindustri; karakteristik; tipologi
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro Albab, Ulul; Muta'ali, Luthfi; Kurniawan, Andri
Media Komunikasi Geografi Vol 20, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i2.19491

Abstract

Suatu pembangunan seringkali belum dapat mencapai tujuan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah dimana terdapat wilayah yang telah berkembang dan wilayah yang masih tertinggal perkembangannya, seperti pada Kabupaten Bojonegoro yang menunjukkan adanya kesenjangan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan desa di Kabupaten Bojonegoro dan menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal di Kabupaten Bojonegoro. Jenis penelitian ini berupa penelitian survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang berbasis pada analisis data primer dan sekunder. Penelitian ini  menggunakan analisis faktor untuk menentukan tingkat perkembangan desa serta menentukan penyebab variasi tingkat perkembangan dan analisis tipologi desa untuk menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal di Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan wilayah desa-desa di Kabupaten Bojonegoro di dominasi oleh desa dengan kategori berkembang dengan presentase 63,72% dan hanya 16,05% desa dengan kategori tertinggal. Desa dengan kategori tertinggal umumnya berada pada daerah perbukitan dan di sekitar Bengawan Solo. Tingkat perkembangan wilayah desa di Kabupaten Bojonegoro dibentuk oleh faktor jarak fasilitas umum, faktor sumberdaya alam, faktor kesehatan dan kemiskinan, faktor mitigasi bencana, faktor industri, pemasaran, pengguna listrik dan faktor proporsi sekolah, proporsi tenaga kesehatan. Desa tertinggal di Bojonegoro dibagi kedalam 8 tipologi, yaitu desa tertinggal di dataran koridor antar kota berjumlah 10 desa, desa tertinggal di dataran perdesaan berjumlah 22 desa, desa tertinggal di dataran pinggiran berjumlah 14 desa, desa tertinggal dataran terisolasi hanya 1 desa, desa tertinggal di perbukitan koridor antar kota berjumlah 4 desa, desa tertinggal di perbukitan perdesaan berjumlah 11 desa, dan desa tertinggal di perbukitan terisolasi berjumlah 8 desa, sedangkan desa di dataran kota tidak tidak ada yang masuk dalam kategori tertinggal.Kata Kunci : Tingkat Perkembangan Wilayah; Tipologi Desa; Desa Tertinggal
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi Dan Konsentrasi Spasial Di Kabupaten Magelang Putra, Andy Panca; Kurniawan, Andri; Budiani, Sri Rahayu
Media Komunikasi Geografi Vol 20, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i2.19274

Abstract

Keberadaan industri seringkali menjadi kutub pertumbuhan bagi perkembangan wilayah. Upaya pengembangan industri di Kecamatan Tempuran tidak didukung oleh ketersediaan data yang komprehensif mengenai industri kecil dan menengah tersebut. Minimnya ketersediaan data informasi yang komprehensif terkait industri menengah, industri kecil dan rumah tangga di Kecamatan Tempuran dapat menimbulkan permasalahan. Industri-industri yang berkembang di Kecamatan Tempuran tidak berada pada satu kawasan khusus sebagai industrial estate tetapi menyebar pada beberapa desa. Keberadaan industri bercampur dengan fungsi-fungsi lain seperti permukiman, perdagangan dan jasa, serta lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Konsentrasi Spasial sentra industri di Kecamatan Tempuran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengidentifikasi konsentrasi spasial sentra industri di Kecamatan Tempuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh sentra industri yang teraglomerasi, yakni sentra industri kusen kayu memiliki nilai Indeks Hirschmann-Herfindhal (IHH) terbesar dengan nilai 0,8706, Sentra industri Sangkar Burung dengan nilai Indeks IHH 0,6676, sentra industri tempe dengan nilai Indeks IHH 0,5954, sentra industri Mebel Kayu dengan nilai Indeks IHH 0,5718, sentra industri Besek dengan nilai Indeks IHH 0,4867 dan sentra industri batu bata dengan nilai indeks IHH 0,4375, sedangkan sentra industri yang termasuk kategori dispersi terdapat tiga sentra, yakni, sentra industri Slondok, Sentra Industri Genteng, sentra industri Keranjang Tongkol,Kata Kunci : Sentra Industri; Indeks Spesialisasi Industri; Aglomerasi Industri
Variasi Spasial Kontribusi dan Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2017 Kurniawan, Andri; Nurchasanah, Wiedya; Ali, Bias Osean
Media Komunikasi Geografi Vol 20, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i2.21049

Abstract

Tujuan penelitian dirumuskan untuk menganalisis variasi spasial kontribusi dan struktur PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 -2017. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder khususnya terkait data PDRB. Unit analisis yang digunakan meliputi seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Untuk merepresentasikan secara spasial dilakukan pemetaan melalui pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pola spasial antara besaran kontribusi dengan pertumbungan kontribusi kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Perbedaan pola spasial tersebut ditunjukkan dengan adanya pola hubungan yang cenderung berkebalikan. Secara spasial terdapat variasi kontribusi dengan pola yang berbeda antara kelompok sektor primer, sekunder, dan tersier. Pola sebaran spasial sektor primer cenderung lebih merata dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier. Untuk sektor sekunder dan tersier cenderung membentuk klaster maupun koridor. Dari perbandingan struktur PDRB kabupaten/kota, sebagian wilayah berkembang ke arah spesialisasi dan sebagian wilayah lain berkembang ke arah diversifikasi.Kata Kunci : Variasi Spasial; Kontribusi; Struktur Ekonomi
VARIASI SPASIAL DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI DESA KORIPAN, KEC. SUSUKAN, KAB. SEMARANG Barirotuttaqiyyah, Diana; Muta'ali, Lutfi; Kurniawan, Andri
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.382 KB) | DOI: 10.23887/jwl.v9i1.18317

Abstract

Pembangunan Jalan Tol dampat memberikan dampak positif maupun negatif pada lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana variasi spasial dampak pembangunan Jalan Tol terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat petani di Desa Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi spasial dampak pembangunan Jalan Tol terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat petani di Desa Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu pendapatan dan pengeluaran masyarakat petani sebelum (2016) dan sesudah (2018) pembangunan Jalan Tol. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Populasi dalam penelitian ini meliputi masyarakat petani penggarap di Desa Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang sebanyak 304 petani penggarap. Teknik penentuan sampel menggunakan simple random sampling. Daerah penelitian dibagi menjadi tiga zona yaitu Zona I, Zona II, dan Zona III. Jumlah sampel yang diambil di masing-masing zona sebanyak 30 petani penggarap. Teknik analisis yang digunakan meliputi diskriptif kuantitatif dan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Jalan Tol menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani secara spasial di Zona I, Zona II, dan Zona III. 
Evaluasi Kesesuaian dan Daya Dukung Lahan untuk Pengembangan Pariwisata di Wilayah Kepesisiran Pulau Breuh Hidayatullah, Hidayatullah; Khakhim, Nurul; Kurniawan, Andri
Media Komunikasi Geografi Vol 22, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v22i1.30502

Abstract

Pengembangan pariwisata terutama di wilayah kepesisiran dan pulau kecil akan membawa pengaruh besar terhadap kondisi lingkungan alami di sana karena kawasan pesisir dikenal dikenal sangat dinamis serta rawan terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya degradasi dan disfungsi lahan di kawasan pesisir Pulau Breuh akibat dari pengembangan wisata, maka perlu dilakukan suatu kajian untuk pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan. Kajian ini meliputi evaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan dengan potensi sumberdaya dan daya dukung yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian serta daya dukung lahan untuk pengembangan pariwisata di wilayah kepesisiran Pulau Breuh, Kecamatan Pulo Aceh. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan di tiga lokasi penelitian yaitu Pantai Lambaro, Pantai Balu dan Pantai Rinon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan penentuan titik sampel secara purposive sampling. Sedangkan untuk metode analisisnya menggunakan analisis indeks kesesuaian wisata (IKW) dan daya dukung kawasan (DKK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah kepesisiran Pulau Breuh khususnya Pantai Lambaro, Balu dan Rinon sangat sesuai (S1) dikembangkan sebagai kawasan wisata pesisir untuk aktivitas rekreasi pantai. Untuk daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata rekreasi di Pantai Lambaro adalah 4469 orang/hari. Pantai Balu memiliki DDK 4250 orang/hari sedangkan DDK untuk Pantai Rinon yaitu 3.335 orang/hari.