Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Effectiveness of Boiling Method Using Aquadest Solvent in Oolong Tea Extraction Producing Mangenese Particle as a Contrast Media on Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) Fatimah Fatimah; Neni Susilaningsih; Hermina Sukmaningtyas; Agus Subagio
Medical Laboratory Technology Journal Vol. 7 No. 2 (2021): December
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Analis Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.55 KB) | DOI: 10.31964/mltj.v7i2.423

Abstract

Magnetic Resonance Cholangiography (MRCP) examines the pancreas and ductus billiaris using magnetic resonance imaging with a negative contrast media administered orally. Oolong tea is possible to be an alternative of an oral negative contrast media due to its manganese contained. This study will elaborate on the best method of oolong tea extraction to get the best mangenese substance and its capability to suppress inevitable organs. This is an experimental study with various methods of extraction, which are the maceration method with ethanol solvent, maceration method with aquadest solvent, and boiling method. The whole process includes collecting and preparing plant materials, sample identification, sample processing, extraction, and extract characterization. The manganese level is checked with Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) followed by scanning the extracted oolong tea in bottles and MRCP scanning examination. Results showed that manganese level with three different extraction methods is maceration method with ethanol is 1.23 mg/dl, maceration method with aquadest solvent is 0.82 mg/dl, and the extraction using the boiling method with aquadest solvent 0.94 mg/dl, and manufactured tea 1.40 mg/dl respectively. Scanning the extracted oolong tea in bottles showed that the best suppression is on the bottle, which contains extracted oolong tea using a boiling method with aquadest solvent. The image enhancement on MRCP showed that biliary trees are all enhanced using all the extraction methods; however, the best suppression for the stomach and duodenum is using the boiling method with aquadest solvent. The best choice for oolong tea extraction to get the best image to enhance and maximum suppression for disturbing organs is the boiling method with aquadest solvent. For the oolong tea, oral media contrast is to consider the level of manganese substance and its capability to suppress the disturbing organ to provide the best image for MRCP
Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan D Dosis Tinggi Terhadap System Hemopoetik Penderita Kanker Kepala Leher yang Mendapat Kemoterapi Cisplatin Yusuf Aminullah; Wiratno -; Neni Susilaningsih
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.967 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.51

Abstract

Latar belakang : Cisplatin dapat menyebabkan penurunan sistem hemopoetik akibat Radical oxygen spesies (ROS) pada penderita kanker kepala dan leher (KKL). Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi sebagai antioksidan dari luar diperlukan untuk menetralisir ROS. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi dapat mengurangi penurunan sistem hemopoetik penderita KKL akibat cisplatin. Metode : Penelitian eksperimental pre-post test design. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari klinik dan bangsal THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang dilakukan randomisasi blok, kemudian dibagi menjadi dua kelompok; kelompok perlakuan diberikan kombinasi vitamin C 1000 mg dan E 400 mg dan kelompok kontrol diberikan vitamin C 2x50 mg selama 5 minggu. Analisis data dengan chi square, paired t-test dan independent t-test. Hasil : Empat puluh delapan subyek memenuhi kriteria inklusi, usia terbanyak 50–59 tahun yaitu 35,6%, laki-laki dan perempuan 3 : 1, KNF 32(71,1%), stadium IV 27(60%). Terdapat penurunan hemoglobin dan lekosit yang bermakna antara kedua kelompok (p<0,05), sedangkan penurunan eritrosit dan trombosit tidak berbeda bermakna (p>0,05) Simpulan : Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi dapat mengurangi penurunan kadar hemoglobin dan jumlah lekosit penderita KKL akibat cisplatin. Kata kunci: Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi, cisplatin, sistem hemopoetik.
PENGARUH PEMBERIAN JUS MENGKUDU TERHADAP REACTIVE OXYGEN INTERMEDIATE (ROI) MAKROFAG BRONCHOALVEOLAR TIKUS YANG TERPAJAN ASAP ROKOK Herlisa Anggraini; Neni Susilaningsih; - Pudjadi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2012: SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian untuk membuktikan adanya perbedaan ROI dengan menganalisis perbedaanproduksi ROI makrofag bronchoalveolar pada tikus yang terpajan asap rokok dengan dan tanpapemberian jus mengkudu. Mengkudu diketahui memiliki kandungan antioksidan yang dapat berperanmenurunkan oksidan. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorik dengan rancangan thepost test only-control group menggunakan 20 ekor tikus wistar terbagi dalam 4 kelompok secararandom yang dipajan asap rokok 2x/hari. Kelompok kontrol: tidak diberi perlakuan. Kelompok P1,P2, P3 masing-masing diberi jus mengkudu (TNJ/tahitian noni juice) dengan dosis P1=1 mL/hari,P2=2 mL/hari, P3=4 mL/hari, selama 30 hari. Adapun index jumlah ROI dihitung dari supernatankultur makrofag bronchoalveolar yang distimulasi dengan larutan PMA dan dioksidasi denganlarutan NBT dan larutan Neutral Red menjadi presipitat formazan yang hasilnya dibaca di bawahmikroskop cahaya dengan diukur prosentase dan derajatnya. Hasil index jumlah ROI dianalisismenggunakan uji Shapiro Wilks, dilanjutkan analisis nonparametrik Kruskal Wallis (p=0.135).Adanya variasi jumlah jus mengkudu (TNJ/tahitian noni juice) yang diberikan pada tikus belumdapat menunjukkan dosis optimal sebagai parameter antioksidan untuk mengurangi oksidan yangberasal dari pajanan asap rokok.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM) TERHADAP GAMBARAN LIMFOSIT DARAH TEPI STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Levina Ameline Moelyono; Akhmad Ismail; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.548 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18592

Abstract

Latar Belakang: Flavonoid merupakan  senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun sirih merah, yang memiliki sifat antikanker, antiseptik, antiinflamasi, dan imunomodulator. Sebagai imunomodulator, flavonoid dapat meningkatkan respon TH1 yang merupakan komponen sistem imun adaptif yang dimediasi limfosit T CD4+, yang berperan pada imunitas terhadap bakteri intraseluler, seperti Salmonella Typhimurium.  Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap gambaran limfosit darah tepi mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella  Typhimurium.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit Balb/c yang  memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan randomisasi menjadi 5 kelompok dan kemudian dilakukan adaptasi selama 7 hari. Kelompok K1 diberi ekstrak daun sirih merah dengan dosis 10 mg/hari/mencit selama 14 hari. Kelompok K2 diinfeksi dengan Salmonella Typhimurium sebanyak 105 CFU  intraperitoneal pada hari ke-10. Kelompok P1, P2, dan P3 diberi ekstrak daun sirih merah per oral dengan dosis masing-masing 10, 30, dan 100 mg/mencit/hari selama 14 hari dan diinfeksi dengan Salmonella Typhimurium sebanyak 105 CFU intraperitoneal pada hari ke-10. Pada hari ke-22 dilakukan pengambilan sampel.Hasil : Rerata presentase limfosit  tertinggi didapatkan pada kelompok P3 (mean=59.20±6.535). Pada  uji Post Hoc Tukey didapatkan adanya perbedaan signifikan gambaran limfosit darah tepi antar kelompok P1 dan P3 (p=0.048).  Simpulan: Terdapat peningkatan presentase limfosit darah tepi yang signifikan pada kelompok P3 dibanding kelompok P1. 
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT LIMPA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Asevano Christobed; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.231 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18550

Abstract

Latar Belakang: Salah satu tanaman obat keluarga yang terdapat di Indonesia adalah sirih merah (Piper crocatum). Piper crocatum mengandung alkaloid, flavonoid, dan tannin yang merupakan antioksidan. Pemberian alkaloid dalam jangka waktu panjang menunjukkan peningkatan jumlah leukosit total, sel darah merah, dan hemoglobin. Flavonoid dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel limfosit meskipun dalam dosis rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Piper crocatum terhadap respon imun mencit dalam melawan infeksi Salmonella Typhimurium dengan proliferasi limfosit sebagai parameternya.Tujuan: Mengetahui pengarh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap proliferasi limfosit pada limpa mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium.Metode:  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.  Sampel merupakan mencit Balb/c jantan yang berumur 8-12 minggu, berat 20-25 gram, dan tidak terdapat kecacatan anatomis.  Sampel dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberi ekstrak daun Piper crocatum 10 mg/hari/mencit dan K2 yang hanya diinfeksikan Salmonella Typhimurium dengan injeksi intraperitoneal. Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) yang diinfeksikan Salmonella Typhimurium dan diberi ekstrak daun Piper crocatum dosis bertingkat (10, 30, 100 mg/mencit/hari).Hasil: Rerata indeks proliferasi limfosit pada limpa mencit masing-masing kelompok adalah K1=0,264; K2=0,222; P1=0,292; P2=0,339; dan P3=0,158. Perbedaan indeks proliferasi limfosit bernilai signifikan antara K1-P3, K2-P2, P1-P3, dan P2-P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun Piper crocatum memberikan peningkatan proliferasi limfosit pada dosis 30 mg/mencit/hari.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK TERHADAP DERAJAT HISTOPATOLOGI PADA TIKUS WISTAR KARSINOMA HEPATOSELULER YANG MENDAPAT TERAPI STANDAR SORAFENIB Nanda Putri Mardiana Sinaga; Neni Susilaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.319 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25366

Abstract

Latar Belakang: Karsinoma hepatoseluler/ hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan penyakit neoplasma ganas primer hepar tersering yang terdiri dari sel menyerupai hepatosit dengan derajat diferensiasi bervariasi. Pemberian sorafenib pada terapi HCC dikembangkan untuk melawan kinase onkogenik yang mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien HCC. Daun sirsak mengandung hingga 17 senyawa acetogenin yang memiliki efek sitotoksik yang dapat menekan pertumbuhan kanker dan juga memiliki efek hepatoprotektif. Induksi apoptosis oleh acetogenins dapat secara selektif terhadap sel kanker tertentu sehingga pemberian ekstrak daun sirsak  berpotensi memiliki efek kemoterapi pada karsinoma hepatoseluler tikus wistar yang diinduksi DEN. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak sebagai suplemen terapi standar sorafenib terhadap derajat histopatologi hepar tikus wistar karsinoma hepatoseluler. Metode: Penelitian experimental dengan desain post test only control group design pada tikus jantan. Sampel penelitian sebanyak 24 tikus dibagi 3 kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Kelompok P1 diinduksi DEN dan diberikan terapi standar sorafenib serta ekstrak daun sirsak, Kelompok K1 diinduksi DEN dan diberikan terapi standar sorafenib tanpa esktrak daun sirsak, dan Kelompok KII diberikan hanya diinduksi DEN tanpa pemberian ekstrak daun sirsak dan tanpa sorafenib. Hasil: Uji beda Post Hoc berdasarkan kelompok perlakuan didapatkan bahwa antara perlakuan P1 terhadap KI didapatkan nilai P = 0,003, PI terhadap KII nilai P = <0,001 dan KI terhadap KII nilai P= <0,001, sehingga dapat disimpulkan antara kelompok PI terhadap K2 berbeda bermakna (P< 0,05), begitu juga antara kelompok PI terhadap KII terdapat perbedaan bermakna (P< 0,05), dan antara kelompok KI terhadap KII terdapat perbedaan bermakna (P< 0,05). Derajat histopatologi hepar kelompok PI lebih rendah dibanding kelompok KI dan KII dan derajat histopatologi hepar kelompok KI lebih rendah dibanding kelompok KII. Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun sirsak berpengaruh terhadap derajat histopatologi pada tikus wistar karsinoma hepatoseluler yang mendapat terapi standar sorafenib.Kata Kunci: Ekstrak daun sirsak, derajat histopatologi, karsinoma hepatoseluler, sorafenib, Diethylamine
PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN DAN MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIK GINJAL TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI DIETILNITROSAMIN Patwi Purnamasari; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.545 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21286

Abstract

Latar belakang: Daun sukun (Artocarpus altilis) dan madu mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi menekan kerusakan oksidatif pada ginjal. Kerusakan oksidatif pada ginjal dapat disebabkan oleh zat nefrotoksik seperti DEN.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sukun dan madu terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi DEN.Metode: Penelitian ini berjenis true eksperimental dengan desain post test only control group. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 diberikan akuades per oral dan injeksi akuades intraperitoneal. Kelompok K2, P1, P2, dan P3 diinjeksi DEN secara intrapertioneal dengan dosis 50 mg/kgBB/tikus/minggu; P1 diberikan ekstrak daun sukun per oral dengan dosis 200 mg/kgBB/tikus/hari, P2 diberikan madu per oral dengan dosis 2g/kgBB/tikus/hari, P3 diberikan ekstrak daun sukun dengan dosis 200 mg/kgBB/tikus/hari dan madu dengan dosis 2g/kgBB/tikus/hari per oral. Tikus diterminasi setelah 8 minggu perlakuan kemudian diamati gambaran mikroskopis ginjalnya yang berupa degenerasi dan nekrosis pada tubulus proksimal.Hasil: Rerata skor degenerasi kelompok K1 = 1,12; K2 = 4,2; P1 = 2,52; P2 = 4,08; P3 = 3,72. Rerata skor nekrosis kelompok K1 = 1,12; K2 = 4,32; P1 = 2,48; P2 = 3,2; P3 = 3,28. Nilai p hasil uji beda dengan uji Mann-Whitney data degenerasi sel tubulus proksimal antara K2-P1, K2-P2, K2-P3 adalah 0,008; 0,501; dan 0,007 secara berurutan. Nilai p hasil uji Mann-Whitney data nekrosis sel tubulus proksimal antara K2-P1, K2-P2, K2-P3 adalah 0,007; 0,006; dan 0,007 secara berurutan.Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun sukun dan madu dapat menurunkan kerusakan oksidatif pada ginjal akibat DEN.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PIPER CROCATUM DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT LIMPA: STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Lisana Himmatul Ulya; Akhmad Ismail; Neni Susilaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.074 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14807

Abstract

Latar Belakang : Piper crocatum (sirih merah) merupakan tanaman yang dikenal luas di Indonesia dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Kandungan senyawa sirih merah antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tannin. Ekstrak daun sirih merah memiliki efek imunomodulator.Tujuan : Membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak daun Piper crocatum dosis bertingkat terhadap proliferasi limfosit limpa mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Metode : Penelitian eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit balb/c diadaptasi selama 7 hari. Mencit balb/c dibagi secara simple random sampling menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 10 mg/mencit/hari, K2 diinfeksikan Salmonella typhimurium secara intraperitoneal, P1 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 10 mg/mencit/hari, P2 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 30 mg/mencit/hari, P3 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 100 mg/mencit/hari, dan semua kelompok perlakuan diinfeksikan Salmonella typhimurium intraperitoneal. Pada hari ke 15 semua mencit terminasi dan dilakukan pemeriksaan proliferasi limfosit metode MTT Assay. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar dan analisa statistik.Hasil : Rerata proliferasi limfosit limpa tertinggi pada kelompok P3, sedangkan rerata proliferasi limfosit limpa terendah pada kelompok K1. Perbedaan bermakna (p<0,005) didapatkan pada P1>K2, P2>K2, dan P3>K2. Perbedaan tidak bermakna ditemukan pada K1-K2, P1-P2, P1-P3 dan P2-P3.Simpulan : Pemberian ekstrak daun Piper crocatum dosis bertingkat selama 14 hari meningkatkan proliferasi limfosit limpa mencit balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Kata Kunci :
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PRODUKSI PEROKSIDA MAKROFAG: STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Nesha Tabita Rachel Br. Tarigan; Ratna Damma Purnawati; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.582 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18601

Abstract

Latar Belakang: Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dan terdapat di Indonesia adalah sirih merah. Sirih merah mengandung zat aktif seperti flavonoid dan alkaloid. Senyawa flavonoid dalam sirih merah dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4+, kemudian menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) yang dapat mengaktifkan makrofag.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Sampel berjumlah 25 ekor mencit Balb/c jantan dan dibagi secara random menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberikan ekstrak daun sirih merah 10 mg/hari/mencit selama 14 hari dan K2 yang hanya diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium pada hari ke 10 serta kelompok perlakuan (P1,P2,P3) yang diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella Typhimurium pada hari ke 10 dan ekstrak daun sirih merah dosis berturut-turut 10,30,100 mg/hari/mencit selama 14 hari.Hasil: Median kadar peroksida makrofag masing-masing kelompok : K1 = 0,001; K2 = 0,000; P2 = 0,007; P3 = 0,0015. Kelompok P1 memiliki rerata 0,002. Kelompok P2 memiliki perbedaan bermakna dan terdapat peningkatan tidak signifikan pada kelompok P1 dan P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis bertingkat berpengaruh terhadap peningkatan kadar peroksida makrofag. Dosis optimum daun sirih merah untuk meningkatkan kadar peroksida makrofag adalah dosis 30mg/hari/mencit.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PRODUKSI NITRIT OKSIDA (NO) MAKROFAG: STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA THYPIMURIUM Fariz Rifqi; Akhmad Ismail; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.476 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18569

Abstract

Latar Belakang: Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat yang multi khasiat. Daun Piper crocatum memiliki kandungan diantaranya tanin, saponin, alkaloid dan flavonoid. Senyawa flavonoid meningkatkan imunitas yang dapat mengaktifkan makrofag untuk memproduksi nitrit oksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak sirih merah terhadap daya tahan mencit yang terinfeksi Salmonella typhimurium dengan menilai kemampuan produksi nitrit oksida.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap produksi makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberikan ekstrak daun Piper crocatum 10 mg/hari/mencit dan K2 yang hanya diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium serta kelompok perlakuan (P1,P2,P3) yang diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium dan ekstrak daun Piper crocatum dosis berturut-turut 10,30,100 mg/hari/mencit.Hasil: Rerata produksi nitrit oksida makrofag masing-masing kelompok: K1 = 18,21; K2 = 21,53; P1 = 14,47; P2 = 31,69; P3 = 3,06. Produksi nitrit oksida makrofag antara kelompok kontrol dengan perlakuan dan antar kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu antara K1-K2, K2-P1, K2-P2, K2-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 30 mg/hari/mencit meningkatkan produksi nitrit oksida makrofag sedangkan dosis 10 dan 100 mg/hari/mencit menurunkan produksi nitrit oksida makrofag dibandingkan dengan kelompok kontrol 2 (K2).