Tommy Apriantono
KK Ilmu Keolahragaan, Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Penanganan Rehidrasi Setelah Olahraga dengan Air Kelapa (Cocos nucifera L.), Air Kelapa ditambah Gula Putih, Minuman Suplemen, dan Air Putih Samsul Bahri; Joseph Iskendiarso Sigit; Tommy Apriantono; Rini Syafriani; Lusi Putri Dwita; Yoza H. Octaviar
Jurnal Matematika & Sains Vol 17, No 1 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah diteliti pengaruh rehidrasi menggunakan air kelapa dan air kelapa ditambah gula putih, dibandingkan terhadap minuman suplemen yang telah beredar di pasaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode double blind cross over design  sebanyak empat kali penelitian dengan masa washout selama satu minggu. Pertama dilakukan pengkondisian status hidrasi, kemudian atlet diminta berlari pada 75% VO2maks selama 1 jam sehingga mengalami dehidrasi. Penggantian cairan tubuh dilakukan setelah berlari yaitu pada periode rehidrasi dengan volume minuman uji yang setara dengan 120% cairan yang hilang selama berolah raga. Rehidrasi menggunakan air kelapa dan air kelapa ditambah gula putih mengembalikan berat badan tubuh dan hematokrit kembali ke normal (mencapai tahap euhidrasi), dengan indeks rehidrasi lebih baik dari pada air biasa (kontrol), yaitu 2,09±0,32, 2,40±0,45,  2,14±0,38 dan 3,02±0,52 berturut-turut  untuk air kelapa, air kelapa ditambah gula putih, minuman suplemen “X”, dan kontrol. Selain itu air kelapa menginduksi produksi urin lebih sedikit dibandingkan air kelapa ditambah gula putih dan minuman suplemen “X”, namun air kelapa ditambah gula putih lebih baik dalam mempertahankan kadar glukosa darah atlet selama periode rehidrasi. Kata kunci: Indeks rehidrasi, Dehidrasi, Air kelapa, Air kelapa ditambah gula putih, Glukosa darah.   Treatment for Rehidration After Exercise with Coconut Water (Cocos nucifera L.), White Sugar Enrichted Coconut Water, Suplement Beverage and Water Abstract The influences of coconut water and white sugar enriched coconut water compared to commercial supplement beverage to heal dehydration, have been investigated. Method used in this assesment was double blind cross over design in four times experiment  and one week washout period. After conditioning athletes’ hydration, athletes ran at 75% VO2max  for one hour until reached dehydration state. Then body fluid loss recovered during rehydration period equal to 120% fluid lost during exercise. Rehydration used coconut water recovered athletes’ condition back to normal through body weight and hematocrit recovery, with rehydration index better than control, which were 2,09±0,32, 2,40±0,45,  2,14±0,38 and 3,02±0,52 respectively for coconut water, enriched coconut water, “X” supplement beverage and plain water (control). Coconut water induced urine production less than sugar enriched coconut water and “X” supplement beverage, but enriched coconut water was better in maintaining athletes blood sugar levels during the rehydration period. Keywords: Rehydration index, Dehydration, Coconut water, White sugar enriched coconut water, Blood glucose.
PERBANDINGAN METODE CPET (CARDIO PULMONARY EXERCISING TEST) DENGAN METODE TES LARI COOPER 2400 METER DALAM PENGUKURAN VO2MAX Robianto, Agung; Apriantono, Tommy; Kusnaedi, Kusnaedi
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.385 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.2.5

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara metode tes laboratorium menggunakan CPET(Cardio Pulmonary Exercising Test) dengan metode tes lapangan menggunakan tes lari cooper 2400 meter. Subjek adalah 14 orang laki-laki sehat usia (20 ± 1,24) dengan tingkat aktifitas fisik aktif. Subjek melakukan tes pengukuran VO2max metode tes laboratorium menggunakan CPET dan metode tes lapangan menggunakan tes lari cooper 2400 meter dengan interval antar tes minimal dua hari. Setiap pelaksanaan tes dilakukan pengukuran nilai VO2max, kadar asam laktat darah, denyut jantung maksimal, kalori, dan rating of perceived exertion (RPE). Nilai VO2max, denyut jantung maksimal, kadar asam laktat darah, dan nilai RPE yang dihasilkan tes lari cooper 2400 metertidak memiliki perbedaan yang siginifikan dengan tes laboratorium.
KONDISI VO2 MAX PADA ATLET SEPAKBOLA SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK SELAMA TIGA MINGGU BERTURUT-TURUT Syafriani, Rini; Mulyawan, Rizki; Apriantono, Tommy; Adnyana, I Ketut
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.688 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.1.3

Abstract

Latar belakang dan Tujuan: Atlet remaja memiliki resiko besar terhadap penurunan asupan nutrisi karena meningkatnya kebutuhan energi. Memperoleh asupan nutrisi yang seimbang menjadi sebuah masalah yang dihadapi oleh remaja karena gaya hidup yang cenderung mengabaikan kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Banyak atlet remaja mengkonsumsi minuman berenergi tapi ternyata berkontribusi negatif terhadap kesehatan sehingga lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi susu. Atlet remaja yang terbiasa melakukan aktivitas fisik akan mengalami respon fisiologis di dalam tubuh maka perlu ditunjang dengan asupan tambahan untuk menjaga kebutuhan energi tetap terpenuhi. Kombinasi antara aktivitas fisik ditambah dengan asupan nutrisi akan berdampak bagi sistem metabolisme tubuh. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsumsi susu sapi terhadap kondisi VO2 Maks atlet remaja. Metode: Pemilihan subjek penelitian diawali dengan kuesioner pre-test, hal ini dilakukan untuk menghindari subjek yang memiliki riwayat penyakit berbahaya dan bisa mempengaruhi hasil penelitian. Diperoleh 24 atlet sepakbola berusia 18-21 tahun, tidak memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi dan memiliki pengalaman bermain sepakbola lebih dari 3 tahun minimal di level daerah, dengan aktivitas fisik 3-5 kali seminggu. Atlet dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok minuman (susu sapi segar, susu pasteurisasi dan air mineral) yang dikonsumsi selama tiga minggu berturut-turut. Pemberian susu sapi segar dan susu pasteurisasi dengan volume yang sama (isovolumic) wajib dikonsumsi subjek penelitian sebanyak tiga kali sehari dalam jangka waktu tiga minggu dengan takaran yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan Pretest-Posttest Randomized-Groups Design, dengan melakukan dua kali pengetesan yaitu pre-test (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Setiap pre-test dan post-test dilakukan Cooper test 2,4 km. Saat sebelum (p1) dan sesudah (p2) Cooper test 2,4 km dilakukan pengambilan sampel darah untuk mengukur nilai laktat, glukosa dan hemoglobin. Hasil: Dengan nilai t hitung < t tabel yaitu -2,240 < 2,069 dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi VO2 Max antara pretest (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Namun jika dilihat dari nilai VO2 Max ketika pre-test dan post-test, terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada nilai VO2 Max atlet sepakbola yang terbiasa mengkonsumi susu sapi. Dari penelitian ini terlihat data dari hasil tes VO2 Max dengan menggunakan Cooper test 2,4 km terjadi peningkatan nilai namun tidak terlalu signifikan.
PROFIL AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) VARIETAS GENJAH SALAK SEBAGAI PENGGANTI MINUMAN ISOTONIK Syafriani, Rini; Sukandar, Elin Yulinah; Apriantono, Tommy; Sigit, Joseph Iskendiarso
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.664 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.1.2

Abstract

Telah diuji profil dari air kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai pengganti minuman isotonik melalui uji diuretik, kadar natrium dan kalium dalam urin tikus jantan. Uji diuretik dilakukan pada tikus dengan pembanding minumanisotonik dan furosemida dengan menggunakan metode Lipschitz. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok yang diberi 5 mL/kg bb air kelapa genjah salak, kelompok yang diberi5 mL/kg bb minuman isotonik, dan kelompok furosemida dengan dosis 25 mg/kg bb. Pada proses pengujian, setiap tikus diberi larutan NaCl 0,9% sebagai loading dose secara oral dengan dosis 50 mL/kg bb. Pengamatan yang dilakukan meliputi pencatatan volume urin yang diekskresikan setiap 60 menit selama 5 jam dan 24 jam, kemudian dihitung volume rata-rata urin kumulatifnya. Parameter lain yang diamati adalah kadar natrium dan kalium di dalam urin. Hasil menunjukkan volume urin kumulatif kelompok air kelapa genjah salak tidak berbeda dengan kelompok minuman isotonik dan kelompok furosemida, dan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol negatif dengan volume urin kelompok air kelapa genjah salak lebih tinggi secara bermakna dibanding kelompok kontrol negatif (p<0,05). Hasil menunjukkan kadar natrium dalam urin kelompok air kelapa genjah salak tidak berbeda dengan kelompok minuman isotonik dan kelompok furosemida, dan berbeda bermakna terhadap kontrol negatif dengan kadar natrium lebih tinggi secara bermakna dibanding kelompok kontrol negatif (p<0,05). Hasil menunjukkan kadar kalium dalam urin semua kelompok tidak berbeda bermakna. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa air kelapa genjah salak dosis 5 mL/kg bb mempunyai efek diuretik dan efek saluretik dan dapat digunakan sebagai pengganti minuman isotonik.
PENDEKATAN MENGAJAR TEKNIK PASSING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA USIA 12 TAHUN (Studi Eksperimen pada Sekolah Sepak Bola Mandala Ganesa ITB Kusnaedi, Kusnaedi; Apriantono, Tommy; Bahri, Samsul; Sunadi, Didi; Karim, Doddy Abdul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.319 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2018.3.2.4

Abstract

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Dibuktikan dengan banyaknya SSB yang tumbuh di Kota Bandung khususnya dan Indonesia pada umumnya. Keberadaan ini belum mampu menyumbangkan atlet yang berprestasi di tingkat nasional, apalagi dunia. Berdasarkan pengamatan penulis ternyata masih banyak SSB yang pelatihnya memberikan latihan secara konvensional. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis termotivasi untuk meneliti bagaimana cara pemberian materi latihan untuk anak usia usia 12 yang efektif. Penulis meneliti teknik passing yang terdiri dari passing stop danlong passing. Metode yang diberikan yaitu metode keseluruhan dan metode bagian. Penelitian terbatas hanya teknik passing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sampel yang digunakan siswa SSB Mandala Ganesa ITB usia 12 tahun. Latihan dilakukan 3 kali dalam satu minggu. Jumlah sampel penelitian sebanyak 30 orang. Berdasarkan perhitungan nilai Ӯ dan SD didapat hasil: kelompok siswa dengan metode bagian (part method) untuk teknik passing stop data awal Ӯ= 10, 73, data hasil tes akhir Ӯ= 20,67 dan pada teknik long passing data awal Ӯ=12,40, data hasil tes akhir Ӯ= 25,07. Sedangkan, pada kelompok siswa dengan metode keseluruhan (whole method) untuk teknik passing stop data awal Ӯ= 10,80, data hasil tes akhir Ӯ= 15,60 dan pada teknik long passing data awal Ӯ=12,00, data hasil tes akhir Ӯ= 17,20. Dari hasil perhitungan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara metode bagian (part method) dan metode keseluruhan (whole metho).
KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Juniarsyah, Agung Dwi; Apriantono, Tommy; Adnyana, I Ketut
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.568 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.2.1

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologi diantaranya denyut jantung, kadar asam laktat, pengeluaran energi, dan jumlah langkah para pemain futsal profesional dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari salah satu klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun, berpartisipasi dalam penelitian. Para pemain bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, pengeluaran energi, dan jumlah langkah. Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan pengeluaran energi menggunakan polar RC3 GPS. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max pemain profesional 53,96±4,25 ml/kg/min. Rata-rata denyut jantung pemain profesional pada pertandingan hari pertama 167±4 denyut per menit dan hari kedua 166±5 denyut per menit. Kadar asam laktat sesudah pertandingan hari pertama 6,50±2,38 mmol/L dan hari kedua 6,30±2,60 mmol/L, pengeluaran energi hari pertama 500±81,01 kkal dan hari kedua 505±66,69 kkal, serta jumlah langkah hari pertama 3839±705,48 kali dan hari kedua 3620±579,77 kali. Dari hasil penelitian tersebut tidak terdapat perbedaan signifikan. Maka pertandingan futsal termasuk dalam aktivitas yang sangat berat, bagi pemain profesional pertandingan yang dilaksanakan secara berturut-turut tidak berpengaruh besar, akan tetapi membutuhkan kebugaran fisik yang sangat baik agar tidak terjadi kelelahan yang berlebih.
TINGKAT KEBUGARAN DAN PRESTASI BELAJAR Sunadi, Didi; Soemardji, Andreanus Andaja; Apriantono, Tommy; Wirasutisna, Komar Ruslan
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.479 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.5

Abstract

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pengaruh tingkat kebugaran terhadap prestasi belajar pada mahasiswa Tahap Persiapan Bersama Institut Teknologi Bandung. Metode: Sebanyak 616 (laki-laki 402 orang, perempuan 214 orang) mahasiswa mengikuti kuliah olahraga seminggu sekali selama satu semester. Tes kebugaran menggunakan tes lari 2400 meter. Kebugaran dinilai dari tes kapasitas aerobic yang dikembangkan oleh Physical Readiness Test (PRT) US Navy, dikelompokkan kedalam tingkat kebugaran “sangat kurang”, “kurang”, “normal”, “baik”, “sangat baik”, dan “istimewa”. Prestasi belajar dilihat dari indeks prestasi kumulatif (IPK) pada awal dan akhir semester. Hasil: Tingkat kebugaran kelompok laki-laki 13,35 menit atau VO2Max 40,22 ml/kg/minute sedangkan kelompok perempuan 17,00 menit atau VO2Max 32,42 ml/kg/minute. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada skala 4 (maksimal), IPK kelompok laki-laki 3,48, kelompok perempuan 3,47. Indeks masa tubuh kelompok laki-laki 21,28 kg/m2, perempuan 20,50 kg/m2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kebugaran dengan prestasi belajar, namun instensitas olahraga yang tinggi yaitu lebih dari 9 jam perminggu berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebugaran.
INTENSITAS AKTIFITAS FISIK TERHADAP RESIKO KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA KELOMPOK USIA 40- 70 TAHUN ramania, nia sri; pramana, yoga; apriantono, tommy; Karim, Doddy Abdul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.822 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.1.3

Abstract

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya diketahui aktifitas fisik dapat mencegah terjadinya osteoporosis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisikterhadap resiko kejadian osteoporosis pada kelompok usia 40-70 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen terdiri dari 120 responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang aktif melakukan aktifitas fisik intensitas tinggi dan kelompok yang aktif melakukan aktifitas fisik intensitas rendah. Pengukuran aktifitas fisik menggunakan kuesioner short International Physical Activity (IPAQ), Analisis data: Menggunakan SPSS versi 17 dengan level signifikansi 0.05 untuk menentukan hubungan antara variable pada tes korelasi dan hasil momen pearson.Hasil:Terdapat pengaruh aktifitas fisik intensitas tinggi dengan kejadian osteoporosis Kesimpulan:Aktifitas fisik intensitas tinggi memiliki resiko kejadian osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang aktifmelakukan aktifitas fisik intensitas rendah.
PENGARUH BEBERAPA MINUMAN SUPLEMEN BERENERGI TERHADAP KADAR GLUKOSA DAN LAKTAT DARAH MENCIT SWISS WEBSTER BETINA SETELAH BERENANG SELAMA 30 MENIT Charlie, Charlie; Soemardji, Andreanus Andaja; Apriantono, Tommy
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.454 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.6

Abstract

Latar belakang dan tujuan : Saat ini minuman suplemen berenergi banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam berolahraga. Pada penelitian ini dilakukan uji berenang paksa (forced swimming test) terhadap mencit Swiss Webster betina untuk melihat pengaruh beberapa jenis minuman suplemen berenergi terhadap kadar glukosa dan laktat darah mencit. Metode : Penelitian dilakukan terhadap 5 kelompok mencit, yaitu: kontrol (diberikan air putih), kafein (diberikan kafein murni), minuman A (diberikan minuman suplemen yang mengandung kafein), minuman B (diberikan minuman suplemen yang mengandung mineral), dan minuman C (diberikan minuman suplemen yang mengandung taurin dan ginseng). Uji berenang paksa (forced swimming test) dilakukan menggunakan akuarium dengan ukuran 30 x 30 x 40 cm dan diisi air dengan kedalaman 30 cm. Kadar glukosa dan laktat darah diukur dengan menggunakan alat Accutrend® Plus. Pengambilan darah dilakukan 1 jam setelah mencit diberikan perlakuan (kafein atau minuman uji) untuk diukur kadar glukosa darah dan 30 menit setelah mencit dipaksa berenang untuk diukur kadar glukosa dan laktat darah. Hasil : Kelompok kafein dan minuman C memberikan perubahan kadar glukosa darah secara bermakna (p<0,05) dibandingkan terhadap kontrol 1 jam setelah mencit diberikan perlakuan. Persentase perubahan kadar glukosa darah dari kelompok kontrol, kafein, minuman A, minuman B, dan minuman C, 1 jam setelah mencit diberikan perlakuan berturut-turut adalah 8,23%, -15,1%, 7,34%, -0,19%, dan -16,18%. Selanjutnya, hanya pada kelompok kafein yang memberikan perubahan kadar glukosa darah secara bermakna (p<0,05) dibandingkan terhadap kontrol 30 menit setelah mencit dipaksa berenang. Persentase perubahan kadar glukosa darah kelompok kontrol, kafein, minuman A, minuman B, dan minuman C, 30 menit setelah mencit dipaksa berenang berturut-turut adalah -9,85%, - 25,48%, -13,11%, -9,56%, dan -12,91%. Sementara itu, kelompok kafein, minuman A, dan minuman B memberikan perubahan kadar laktat darah secara bermakna (p<0,05) dibandingkan terhadap kontrol 30 menit setelah mencit dipaksa berenang. Persentase perubahan kadar laktat darah kelompok kontrol, kafein, minuman A, minuman B, dan minuman C, 30 menit setelah mencit dipaksa berenang berturut-turut adalah -4,61%, 16,84%, 23,4%, 2,92%, dan 21,88%.  Kesimpulan : Peningkatan aktivitas oleh pengaruh berbagai minuman uji menghasilkan peningkatan kelelahan yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar laktat darah yang cukup tinggi setelah beraktivitas (berenang selama 30 menit). Efek peningkatan aktivitas ini nampak pada peningkatan aktivitas berenang pada minuman uji, terutama pada minuman C.
ANALISIS KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN HOCKEY 5’S SAAT PERTANDINGAN Anugrah, Sendy Mohamad; Apriantono, Tommy; Bahri, Samsul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.107 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.1.6

Abstract

Hockey 5’s merupakan format baru dari permainan hockey, belum ada penelitian yang memaparkan tentang karakteristik fisiologi pemain Hockey 5’s. Karakteristik fisiologi permainan Hockey 5’s penting diketahui untuk membantu para pelatih membuat program latihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata denyut jantung, kecepatan berlari, jarak tempuh dan pengeluaran energi pemain Hockey 5’s saat pertandingan. Sebanyak 14 pemain putra (umur: 20,00 ± 1,36 tahun; tinggi badan: 167,86 ± 7,32 cm; berat badan: 58,01 ± 1,53 kg) berpartisipasi dalam penelitian. Keseluruhan sampel penelitian merupakan pemain Hockey yang bermain di tingkat perguruan tinggi. Polar RC3 GPS digunakan untuk menghitung denyut jantung, pengeluaran energi, kecepatan berlari, dan jarak tempuh pemain. Secara keseluruhan pemain putra bermain selama 916,14 ± 44,00 detik. Rata-rata denyut jantung pemain adalah 181 ± 4 bpm. Rata-rata kecepatan berlari pemain Hockey 5’s adalah 6,44 ± 0,46 km/h. Jarak tempuh pemain adalah 1273,52 ± 105,67 meter. Rata-rata pengeluaran energi pemain Hockey 5’s adalah 303,43 ± 36,65 kkal