Tommy Apriantono
KK Ilmu Keolahragaan, Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

PENGARUH AIR KELAPA (COCOS NUCIFERA L.) VARIETAS GENJAH SALAK DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP PERUBAHAN AMPLITUDO JANTUNG TIKUS INDUKSI HIPERTENSI Syafriani, Rini; Sukandar, Elin Yulinah; Apriantono, Tommy; Sigit, Joseph Iskendiarso
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.298 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.2

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi pengaruh dari air kelapa (Cocos nucifera L) dan minuman isotonik terhadap perubahan amplitudo pada tikus yang diinduksi hipertensi. Tikus jantan galur Wistar dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok aquades, kelompok air kelapa, kelompok minuman isotonik, dan kelompok obat. Tikus diinduksi hipertensi dengan pemberian NaCl selama 14 hari, kemudian diterapi dengan pemberian bahan uji pada masing-masing kelompok selama 14 hari tanpa menghentikan induksi. Amplitudo jantung diukur sebelum induksi (h0), awal terapi (h14), dan akhir terapi (h28) dengan menggunakan alat tail cuff. Ketika diinduksi hipertensi, amplitudo jantung tikus semua kelompok mengalami peningkatan. Ketika tikus kelompok air kelapa diterapi dengan air kelapa dan tikus kelompok minuman isotonik diterapi dengan minuman isotonik, amplitudo memperlihatkan penurunan. Kelompok minuman isotonik memperlihatkan penurunan amplitudo yang signifikan (p=0,02) dibandingkan kelompok air kelapa dan obat. Hasil penelitian menunjukkan air kelapa genjah salak dapat menurunkan amplitudo tetapi minuman isotonik paling mendekati optimum atau paling baik dalam menurunkan amplitudo pada kondisi hipertensi dibandingkan dengan air kelapa (Cocos nucifera L.).
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DAN AMATIR DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Juniarsyah, Agung Dwi; Apriantono, Tommy; Adnyana, I Ketut
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.036 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.3

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisiologi, denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, perubahan %-lemak, dan berat badan para pemain futsal profesional dan amatir dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari sebuah klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun dan 8 pemain futsal amatir (23,75±0,71 tahun, 67,57 ± 3,16 kg, 170 ± 4,30 cm, 19,8±5,18 % lemak) yang berasal dari sebuah klub amatir di Bandung berpartisipasi dalam penelitian. Masing-masing tim bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, berat badan, dan %-lemak (saat bertanding). Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan energy expenditure menggunakan polar RC3 GPS. Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable. Berat badan dan %-lemak menggunakan timbangan digital omron karada body scan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max tim profesional dan tim amatir berurutan 53,96±4,25 vs 43,90±5,48 ml/kg/min berbeda signifikan (p<0,01). Rata-rata denyut jantung tim profesional dan tim amatir 166±5 vs 174±10 bpm (p<0,05), kadar asam laktat sesudah pertandingan 6,30±2,60 vs 10,10±1,90 mmol/L (p<0,05), jumlah langkah 3620±579,77 vs 2864±494,64 kali (p<0,05), energy expenditure 505±66,69 vs 578±81,89 kkal (p<0,05), perubahan persentase lemak dan berat badan berurutan 0,71 vs 1,37% (p>0,05) dan 0,40 vs 0,44 kg (p>0,05). Kebugaran fisik tim profesional lebih tinggi dibanding tim amatir. Aktivitas pertandingan futsal bagi tim amatir lebih berat dibanding tim profesional menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi dialami tim amatir. Daya jelajah tim profesional lebih banyak dibanding tim amatir, akan tetapi energi yang dibutuhkan tim amatir lebih besar dibanding tim profesional. Terjadi penurunan %-lemak dan berat badan setelah pertandingan untuk kedua tim.
PENINGKATAN VO2MAX DAN ANALISIS KORELASI VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA Sunadi, Didi; Soemarji, Andreanus A; Apriantono, Tommy; Wirasoetisna, Komar Ruslan
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.742 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.1.6

Abstract

Pendahuluan: Salah satu tolok ukur kesehatan adalah tingkat kebugaran. Secara teori, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT), kekuatan tungkai, dan VO2Max mahasiswa yang menekuni olahraga permainan pada Tahap Persiapan Bersama (TPB) Institut Teknologi Bandung (ITB). Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Nilai kebugaran diukur dengan 2,4 km run-test, nilai IMT diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan, kekuatan tungkai diukur dengan leg dynamometer, dan untuk mengetahui jenis olahraga yang ditekuni menggunakan angket. Sebanyak 156 laki-laki dan 17 perempuan dengan rata-rata usia 18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi mengikuti kuliah olahraga selama satu semester. Pada awal dan akhir semester dilakukan pengukuran kebugaran. Pengukuran kekuatan tungkai dan IMT dilakukan pada akhir semester. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kelompok Keahlian Ilmu keolahragaan Sekolah Farmasi ITB. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan, VO2Max rata-rata 40,61 ± 4,73 ml/kg/menit. Terdapat 8 orang (4,62%) yang memiliki kategori kebugaran “sangat kurang”, 23 orang (13,29%) kebugarannya “kurang”, 89 orang (51,45%) kebugarannya “sedang”, 40 orang (23,12%) kebugarannya “baik”, 8 orang (4,62%) kebugarannya “sangat baik”, dan 5 orang (2,89%) kebugarannya “istimewa”. Rerata usia 18 tahun, rerata tinggi badan 168,52 Cm, rerata berat badan 62,22 Kg, rerata IMT 21,84, rerata kekuatan tungkai 116,86 Kg, dan rerata intensitas olahraga tiga jam per minggu. IMT memiliki korelasi yang signifikan dengan VO2Max, kekuatan tungkai memiliki korelasi dengan kebugaran (p=0,057). Derajat kekuatan hubungan IMT dan kekuatan tungkai terhadap VO2Max adalah lemah (r=0,103). Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa program olahraga secara terstruktur selama dua jam per minggu dapat meningkatkan VO2Max secara bermakna. IMT dan kekuatan tungkai memberikan pengaruh terhadap kebugaran para mahasiswa yang menekuni olahraga pemainan.
Physical Activity Level Mapping of Senior High School Students in West Java Tommy Apriantono; Apriantono, Tommy; Indria Herman; Herman, Indria; Hasan, Muhamad Fahmi; Juniarsyah, Agung Dwi; Ihsani, Sri Indah; Hidayat, Iwa Ikhwan
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Vol 5, No 1 (2020): Improving Physical Education to Promote Healthy Growth
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (923.038 KB) | DOI: 10.17509/jpjo.v5i1.20673

Abstract

Early physical activity habit plays an important role in building a healthy lifestyle and the degree of fitness in the future. This research was aimed at finding out the level of physical activity of high school students in West Java. The result of the study could be used as a reference and benchmark for policy making in sports. The method used in this study was random sampling, spread in 5 cities / districts in West Java. The data of the level of physical activity were obtained from the IPAQ questionnaire (International Physical Activity Questionnaire). The data of the questionnaire showed that the average level of physical activity was in the high category, with metabolic equivalent values (METs) 1520.80 ± 1444.50. The highest level of physical activity was in Tasikmalaya City, while the lowest was in Kuningan District. However, among the five cities, there was no significant difference. The conclusion is that the physical activity level of West Java high school students is high. However, it should be noted that they also have a fairly high duration of sitting and game playing habits. AbstrakKebiasaan untuk beraktivitas fisik sejak dini berperan penting dalam membangun gaya hidup yang sehat serta derajat kebugaran di kemudian hari. Riset ini berupaya untuk mengetahui sebarapa besar tingkat aktivitas fisik siswa SMA di Jawa Barat, yang pada akhirnya dijadikan acuan dan tolak ukur dalam pembuatan kebijakan dilingkungan olahraga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupana random sampling, tersebar di 5 kota/kab yang ada di Jawa Barat. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data tingkat aktivitas fisik didapatkan dari kuesnioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire). Hasil dari kuesioner tersebut rata-rata tingkat aktivitas fisik dalam kategori tinggi, dengan nilai metabolic equivalent (METs) 3520.2 (±2774.3). Paling tinggi tingkat aktivitas fisik di Kota Tasikmalaya, sedangkan paling rendah ada di Kabupaten Kuningan. Namun dari kelima kota tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulannya kategori tingkat aktivitas fisik siswa SMA Jawa Barat tinggi, namun ada beberapa catatan karena mereka memiliki durasi duduk yang cukup tinggi serta kebiasaan bermain permainan daring yang terlalu sering. 
The effect of temperature and humidity on vo2max of PPLP athletes in Java, Indonesia Apriantono, Tommy; Herman, Indria; Juniarsyah, Agung Dwi; Hasan, Muhamad Fahmi; Ihsani, Sri Indah; Hidayat, Iwa Ikhwan; Safei, Imam; Winata, Bagus; Hindawan, Ilham
Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran Vol 6 No 1 (2020): Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.7 KB) | DOI: 10.29407/js_unpgri.v6i1.13872

Abstract

Efek dari lingkungan yang panas pada kinerja aerobik belum didokumentasikan dengan baik. Suhu dan kelembaban suatu lingkungan berpengaruh terhadap fisiologis tubuh dan dapat memengaruhi penampilan fisik, serta proses oxygen intake (VO2Max) yang kurang optimal. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan apakah suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap kondisi tubuh pada saat berolahraga. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek suhu lingkungan yang berbeda terhadap VO2max pada atlet PPLP se-Pulau Jawa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode studi observasional, di manaeneliti hanya melakukan observasi pada satu saat, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 80 Atlet PPLP se-Pulau Jawa. Di antaranya yaitu; Jawa Tengah (20 Atlet), Jawa Timur (20 Atlet), Jawa Barat (20 Atlet) dan DIY Yogyakarta (20 Atlet). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa VO2max secara signifikan dapat berkurang pada suhu dan kelembaban 34°C/70% dan 32°C/60% dibandingkan dengan suhu dan kelembaban 23°C/69% dan 31°C/50%. Kinerja aerob sangat dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskular. Lingkungan yang panas meningkatkan aliran darah kulit yang mengubah fungsi kardiovaskular. Sehingga hal ini dapat memengaruhi penurunan terhadap oxygen intake (VO2max).
The Analysis of Physical Acitivity and Physical Fitness Level of Lecturers and Employees of ITB in 2018 Ramania, Nia Sri; Apriantono, Tommy; Syafriani, Rini; Kusnaedi, K
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Vol 5, No 2 (2020): Improving Physical Education to Promote Healthy Growth
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.712 KB) | DOI: 10.17509/jpjo.v5i2.26738

Abstract

The level of fitness is a vital aspect that plays an important role in measuring the risk of disease or a person's productivity level. Therefore, this study was aimed at determining and analysing the profile of physical activity and the level of fitness of lecturers and employees in ITB environment. The samples were 219 lecturers and staffs of ITB (110 males and 109 females) who were in 45 - 60 years age range (height 159.7 ± 8.1 cm, body weight 65.0 ± 12.5 kg, BMI 25.5 ± 4.3).  All participants completed series of tests such as the VO2max test with the Rockport test method, anthropometric testing, and filling out a physical activity questionnaire using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) method. The results of this study explained that, of the 219 subjects in this study, most of the subjects had the endomorph type. The VO2max test showed that 49% of the subjects were in the good VO2max category, which was in the range of 31 ml / kg / min to 40 ml / kg / min. Meanwhile, the IPAQ measurement showed that 41% of the total subjects had a low habit of physical activity. This study revealed quantitatively that low physical activity had a high risk of causing obesity and overweight on a person. On the other hand, this study showed that 24% of the total subjects who did a high intensity activity (exercise, etc.) were in the above average VO2max level compared to other subjects. In the end, this research wants to encourage every academic community or other employees to balance the work time with resting patterns, nutrition, and doing regular exercise.
Korelasi Antara Lompat Vertikal Dengan Performa Sprint 60 Meter Pada Atlet Taekwondo dan Karate Apriantono, Tommy; Syahruddin, Syahruddin; Winata, Bagus; Karim, Doddy Abdul
Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Vol 10, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/miki.v10i2.27140

Abstract

Taekwondo dan Pencak silat merupaka dua contoh cabang olahraga seni bela diri yang saat ini sedang berkembang saat ini. Maka dari itu, tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengukur serta mengetahui korelasi antara performa lompat vertikal dengan sprint 60 meter pada atlet Taekwondo dan Pencak silat. Seluruh peserta, dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kecabangan mereka, yaitu kelompok Taekwondo (TKW), dan kelompok Pencak silat (PKS). Seluruh peserta diwajibkan untuk melakukan pemanasan secara statis dan dinamis selama minimal 15 menit. Setelah sesi pemanasan selesai, kelompok TKW memulai pertama untuk sesi pengukuran anthropometry, lompat vertikal, dan sprint. Kelompok PKS lebih unggul dalam melakukan performa loncatan, yaitu 57,33 (± 7,73) cm dibandingkan dengan kelompok TKW sebesar 55,78 (± 4,30) cm. Sedangkan untuk hasil sprint 60 meter, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sprint 60 meter antara kelompok TKW dan PKS (p = 0,007), dimana kelompok PKS (7,94 ± 0,15) detik lebih cepat dibandingkan dengan kelompok TKW (8,48 ± 0,49) detik. Hasil dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara performa lompat vertikal dengan performa sprint 60 meter, pada atlet Takewondo dan Pencak silat.Taekwondo and Pencak silat are two examples of martial arts sports that are currently being developed. Therefore, the purpose of this study was to measure and determine the correlation between vertical jump performance and 60 meter sprints in Taekwondo and Pencak silat athletes. All participants were divided into two groups based on their branches, namely the Taekwondo group (TKW) and the Pencak silat group (PKS). All participants are required to warm up statically and dynamically for at least 15 minutes. After the warm-up session was over, the TKW group started the first session for anthropometry measurement, vertical jump, and sprint. The PKS group was superior in jumping performance, 57.33 (± 7.73) cm compared to the TKW group of 55.78 (± 4.30) cm. As for the results of the 60 meter sprint, it shows that there were a significant difference between the 60 meter sprint between the TKW and PKS groups (p = 0.007), where the PKS group (7.94 ± 0.15) seconds is faster than the TKW group (8, 48 ± 0.49) seconds. The results in this study indicate that there were a correlation between vertical jump performance and 60 meter sprint performance, for Takewondo and Pencak silat athletes.
PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP KEKUATAN OTOT KAKI DAN KEMAMPUAN MENENDANG PEMAIN SEPAK BOLA Tommy Apriantono; Hidetsugu Nishizono; Naotake Inoue
Jurnal Cakrawala Pendidikan No 2 (2013): CAKRAWALA PENDIDIKAN Juni 2013, Th. XXXII, No. 2
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.712 KB) | DOI: 10.21831/cp.v0i2.1486

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan beban pada kekuatan otot kaki dan kemampuan menendang pemain sepak bola. Subjek yang berjumlah sebelas orang dibagi menjadi dua kelompok. Lima pemain kelompok eksperimen melakukan latihan beban tiga kali per minggu selama sepuluh minggu yang dilakukan secara bersamaan dengan latihan sepak bola. Enam pemain kelompok kontrol hanya melakukan latihan sepak bola tanpa latihan beban yang berlatih bersama kelompok yang melakukan latihan beban. Pengaruh latihan beban tidak hanya meningkatkan secara signifikan pada kekuatan otot kaki, tetapi juga meningkatkan kecepatan dari pergelangan kaki dan kecepatan bola. Kelompok kontrol yang hanya melakukan latihan sepak bola, tidak menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada kekuatan otot kaki maupun kecepatan bola. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekuatan otot kaki merupakan salah satu faktor penting di dalam kemampuan menendang. Kata Kunci: latihan beban, kekuatan otot kaki, kecepatan linier pergelangan kaki, kemampuan menendang bola THE EFFECT OF WEIGHT TRAINING ON THE LEG MUSCLE STRENGTH AND KICK PERFORMANCE OF SOCCER PLAYERS Abstract: This study aimed to investigate the effect of weight training on the leg muscle strength and kick performance of soccer players. The subjects consisting of eleven players were divided into two groups. Five players belonging to the experimental group performed a ten-week weight training (three times per week), along with their regular soccer training. Six players belonging to the control group maintained their regular soccer training, without any additional weight training. The weight training not only improved the leg muscle strength significantly but also improved the angkle joint velocity and the ball velocity. The control group with the regular soccer training did not show any significant improvement on the leg muscle strength and the ball velocity. The findings of this study indicated that the strength of the leg muscle is a very important factor in the kick performance. Keywords: weight training, leg muscle strength, linear ankle velocity, ball velocity
Pengembangan prototipe sistem track timer untuk pengukuran kecepatan secara otomatis pada sprint 60-meter Indria Herman; Tommy Apriantono; Widyawardana Adiprawita; Deni Kurnia One; Diyar Yasin; Syahruddin Syahruddin; Bagus Winata
Jurnal Keolahragaan Vol 9, No 1: April 2021
Publisher : Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1899.722 KB) | DOI: 10.21831/jk.v9i1.33356

Abstract

Saat ini sedang berkembang pencatatan waktu otomatis yang dijual oleh beberapa perusahan perlatan olahraga ternama seperti. Namun sayangnya, harga perangkat tersebut sangatlah mahal, dan membuat setiap pelatih ataupun praktisi olahraga terkendala untuk mendapatkannya. Karena fakta dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe sistem pencatatan waktu untuk pengukuran kecepatan secara otomatis pada sprint 60-meter, dengan menggunakan perangkat sederhana dengan harga yang murah, namun memiliki tingkat presisi dan akurasi yang baik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian research and development, dimana dalam proses pengembangan dan pembuatan pencatatan waktu otomatis, penelitian ini mengambil contoh dari timing gate yang sudah divalidasi sebelumnya. Dalam penelitian ini, kami juga sudah melakukan uji coba kepada 12 atlet sprinter (tinggi badan 172.8 ± 9.31, berat badan 61.05 ± 6.90, BMI 20.38 ± 0.87) terkait kegunaan alat tersebut. Rata-rata kecepatan lari seluruh subjek pada pos 10-meter adalah 2.44 ± 0.23 detik, pos 20-meter adalah 3.71 ± 0.18 detik, pos 30-meter adalah 4.75 ± 0.22 detik, pos 40-meter adalah 6.39 ± 0.31 detik, 50-meter adalah 7.65 ± 0.41 detik, dan 60-meter adalah 9.12 ± 0.49 detik. Penelitian research and development terkait pengembangan pencatatan waktu otomatis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pencatatan waktu otomatis dapat dibuat dengan harga ekonomis, dan dapat digunakan untuk mengukur kecepatan lari 60-meter.Development of track timer prototype system for automatic speed measurement on 60-meter sprints AbstractCurrently, automatic track timers are being sold by several well-known sports equipment companies. Unfortunately, the price of the device is very expensive and makes every coach or practitioner constrained to get it. Because of these facts and problems, this research was aimed to develop a prototype track timer system for automatic speed measurement on a 60-meter sprint, using a simple device at a low price, but has a good level of precision and accuracy. This study used to research and development research methods, wherein the process of developing and manufacturing automatic track timers, this study takes the example of a timing gate that has been validated before. In this study, we have also tested 12 sprinters (height 172.8 ± 9.31, weight 61.05 ± 6.90, BMI 20.38 ± 0.87) related to the use of the tools. The average running speed of all subjects on a 10-meter post is 2.44 ± 0.23 seconds, a 20-meter post is 3.71 ± 0.18 seconds, a 30-meter post is 4.75 ± 0.22 seconds, a 40-meter post is 6.39 ± 0.31 seconds, 50- The meter is 7.65 ± 0.41 seconds, and the 60-meter is 9.12 ± 0.49 seconds. This research shows that track timers can be made at economical prices, and can be used to measure 60-meter running speed.
KARAKTERISTIK FISIOLOGI ATLET BULUTANGKIS GANDA CAMPURAN (PHYSICAL TEST) Tommy Apriantono; iwa ikhwan hidayat; Rini Syafriani
Jurnal Sosioteknologi Vol. 17 No. 3 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2018.17.3.6

Abstract

Data karakteristik fisiologis atlet sangat diperlukan untuk merancang program latihan agar atlet mendapatkan porsi latihan yang sesuai dengan kemampuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik fisiologis atlet profesional ganda campuran yang jarang dijadikan parameter untuk membuat program latihan sehingga hasil penelitian ini mampu menjadi data awal untuk membuat program latihan yang tepat dan efektif. Penelitian dilaksanakan di laboratorium FPOK UPI. Sampel penelitian berasal dari klub unggulan nasional Jawa Barat dengan rentang usia 16-17 tahun. Pengambilan data dalam penelitian ini meliputi kadar VO2max yang diukur menggunakan COSMED CPET treadmill, kadar asam laktat diukur menggunakan Acutrend, dan denyut jantung yang diukur menggunakan Polar RC3. Hasil pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan nilai rata-rata kadar asam laktat 13.4±3.2 mmol.L putri dan 12.3±3.3 mmol.L putra. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya dengan p-value >0.05. Pada data denyut jantung maksimal (193±7.6 bpm putri dan 192±4.3 bpm putra), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya dengan p-value >0.05, sedangkan terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada nilai rata-rata VO2max atlet putra dan putri yaitu 45.2±3.6 mL/(kg.min) putri dan 56.4±5.7 mL/(kg.min) putra, dengan p-value <0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kadar VO2max antara atlet putra dan putri, namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar asam laktat dan denyut jantung. Tentunya perbedaan kadar VO2max yang cukup besar antara putra dan putri akan sangat berpengaruh terhadap performa di lapangan. Dengan hasil ini diharapkan para pelatih mampu merancang program latihan yang tepat untuk atlet agar mampu meminimalkan jarak perbedaan kadar VO2max antara putra dan putri sehingga performa altet putri mampu menunjang dan mengimbangi performa atlet putra.  The data pm physiological characteristics of athletes are of important to plan an appropriate training program which can offer the athletes appropriate amount of trainings that are suitable with their abilities. This study aims to discover and to analyze the physiological characteristics of professional mixed-double-athletes which are rarely used as a parameter to plan a training program. Therefore, the results of this study can become preliminary data for trainers to create a proper and effective training program. The research was conducted at FPOK UPI laboratory. The samples used in this study are mixed double players from a top national level badminton club, aged 16-17 years old. Data measured in this research are: VO2max Level tested with COSMED CPET treadmill, Lactate Acid Level measured using Acutrend and Heart Rate monitored with Polar RC3. The results show the average value of lactic acid level (13.4 ± 3.2 mmol.L for females and 12.3 ± 3.3 mmol.L for males) and there is no significant difference between the two with p- value> 0.05. In the maximum heart rate data (193 ± 7.6 bpm for females and 192 ± 4.3 bpm for males), there is no significant difference between the two with p-value> 0.05. There is a very significant difference in the mean value of male and female athletes VO2max (45.2 ± 3.6 mL / (kg.min) for females and 56.4 ± 5.7 mL / (kg.min) for males), with p-value <0.05. The results show that there is a significant difference in VO2max levels between the male and female athletes, but there is no significant difference in lactic acid and heart rates. Surely a significant difference in VO2max levels between the male and female will give bad effects to their performance. Based on the results of this study, it is expected that coaches are able to design the right training program for their athletes, so that this can minimize the physical ability gaps between male and female athletes. This will further improve the performance of female athletes and the female athletes will be able to achieve the same performance of their male counterparts. Keywords: badminton, double mixed, vo2max, lactic acid, heart rate