Endang Arisoesilaningsih
Department of Biology, University of Brawijaya, Malang, Indonesia

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Variasi Spasial Pertumbuhan dan Produktivitas Padi Merah Akibat Pengairan Berbeda di Sawah Organik Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang Pratiwi, Tiara Ayu; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1434.056 KB)

Abstract

This study aimed to observe spatial variation of the Aek Sibundong red rice growth and productivity in three different areas of an organic rice field under different water logging levels, as well as to determine the interaction among rice growth with weeds and rice field’s abiotic factors on two planting seasons in the Sengguruh Village, Kepanjen District Malang Regency. Observations were conducted with a purposive sampling based on water logging in three areas. Red rice growths were observed in four growth phases: 20, 48, 82, 102 dap (days after planting) includes plant height, biomass, number of tillers and panicles, grain number and biomass. Weeds (taxa richness, % coverage and biomass) were observed using sampling plots of 0.25 m2. Abiotic factors include soil (pH, soil organic matter and soil bulk density) and rice field water (presence or absence of logging, pH, and conductivity). Data were analyzed using SPSS and PAST software. The result showed there were spatial variations of rice growth in three areas. Rice planted close by irrigation channel has taller plant height and more number of tillers and panicles but not significantly different from those planted in another two areas. However, rice planted close by irrigation channel tends to produces vegetative biomass and grain ten times more than those planted far by irrigation channel. Water logging decreased coverage and taxa richness of weeds. Some weeds after manual weeding had no effect on productivity of panicles and grains. High content of soils organic matter occurred at early vegetative phase and decreased at late reproductive phase, so the lower soils bulk density. Keywords: Growth, productivity, red rice, spatial variation
Dinamika Struktur Komunitas Vegetasi Liar dan Pertumbuhan Padi Hitam Di Sawah Organik Kecamatan Kepanjen Malang Azalia, Dinda; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.786 KB)

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dinamika struktur vegetasi liar selama  pertumbuhan padi hitam di persawahan organik di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang dan menentukan interaksi keberadaan vegetasi liar pada pertumbuhan padi hitam. Metode yang digunakan adalah selected sampling, yaitu pemilihan petak contoh didasarkan pada pertumbuhan tanaman padi dan kelimpahan vegetasi liar. Pertumbuhan padi hitam diamati berdasarkan tinggi tanaman, biomassa, jumlah anakan, jumlah spikelet dan jumlah serta berat biji. Vegetasi liar diamati secara langsung dengan luasan 50 x 50 pada lokasi penentuan pengamatan pertumbuhan padi hitam. Faktor abiotik yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini meliputi tanah (berat jenis, bahan organik, pH dan konduktivitas) dan air sawah (pH dan konduktivitas). Genangan air sawah diamati dengan menggunakan score. Pengamatan dilakukan dalam empat fase (adaptasi tanaman 28 hst, pembentukan anakan 48 hst, pengisian malai 88 hst dan menjelang panen112 hst). Hasil pengamatan menunjukkan adanya dinamika vegetasi liar selama pertumbuhan padi hitam yang digambarkan dari biomassa vegetasi liar. Kelimpahan vegetasi liar yang tinggi menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan padi hitam, hal ini ditunjukkan dari tinggi pertumbuhan padi, jumlah anakan, malai dan spiklet pada masing-masing umur padi tumbuh minimal, rata-rata dan maksimal. Penutupan vegetasi liar berkorelasi negatif dengan genangan air sawah, yaitu tingginya genangan air sawah memberikan pengaruh terhadap vegetasi liar yang tumbuh.Kata kunci : Dinamika, padi hitam, pertumbuhan, vegetasi liar.
Variasi Profil Vegetasi Pohon Riparian di Sekitar Mata air dan Saluran Irigasi Tersier di Kabupaten Malang Agustina, Leni; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.33 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil vegetasi pohon riparian dan kualitas air di sekitar mata air dan saluran irigasi tersier di Kabupaten Malang (Karangploso, Tajinan, Tumpang, Lawang dan Kepanjen), menentukan hubungan kualitas air dengan vegetasi pohon riparian. Profil vegetasi pohon riparian diamati tingkat kerapatan, indeks Hemeroby dan Naturalness. Kualitas air yang diukur adalah pH dan konduktivitas. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan dikompilasi menggunakan Ms. Excel. Vegetasi pohon riparian dianalisis dengan menentukan INP dan indeks diversitas pohon. Kualitas air dianalisis dengan diagram batang. Hubungan kualitas air dengan vegetasi pohon dianalisis dengan korelasi Pearson. Hasil penelitian di mata air dan saluran irigasi menunjukkan diversitas pohon riparian di mata air selalu lebih tinggi daripada salurannya. Indeks diversitas tertinggi di sempadan  mata air Karangploso dan Tumpang. Karangploso memiliki indeks naturalness yang paling tinggi dan indeks hemerobi paling rendah artinya ekosistem masih dalam keadaan lebih alami dibandingkan dengan daerah lainnya. Nilai pH berkisar 6,7-8,6 yang tergolong dalam standart normal. Nilai konduktivitas berkisar 110- 360 μS.cm-1 masuk dalam kelompok baik untuk saluran irigasi. Indeks diversitas berkorelasi positif dengan konduktivitas, kekayaan spesies berkorelasi negatif dengan pH dan berkorelasi positif konduktivitas, kerapatan spesies berkorelasi dengan pH. Profil vegetasi riparian tidak secara langsung berkorelasi dengan kualitas air. Kata kunci :air irigasi tersier, mata air, vegetasi pohon riparian
Aplikasi Beberapa Mulsa Hydroseeding untuk Perkecambahan Biji Teki Pioner di Tanah Pasca Pertambangan Batubara dari Kalimantan Selatan Yulianingsih, Dwi; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.833 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui perkecambahan biji teki pioner dan karakterisasi beberapa mulsa pada tanah pasca pertambangan batubara dari Kalimantan Selatan. Spesies teki yang digunakan yaitu Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk., C. eragrostis Lam., C. odoratus L., C. strigosus L. dan Kyllingia monocephala Rottb. Mulsa yang diberikan pada tanah pasca pertambangan meliputi tanah liat (L) sebagai kontrol, liat-kompos UB (LU), liat-kompos daun (LD) dan mulsa kompos feses kerbau (F). Biji teki pioner polikultur ditanam pada media tanah pasca pertambangan dengan penambahan empat mulsa dan diulang enam kali. Variabel yang diamati antara lain persentase dan waktu perkecambahan serta kerapatan. Selain itu, diamati pH, konduktivitas dan bahan organik mulsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa di atas tanah pasca pertambangan mampu menjadi media perkecambahan teki polikultur. Kecambah tumbuh pada hydroseeding dari kompos feses kerbau memiliki kerapatan nyata tertinggi. Media liat memiliki pH nyata paling rendah (asam), sedangkan bahan organik pada mulsa kompos feses kerbau nyata paling tinggi. Media yang direkomendasikan untuk program revegetasi di tanah pasca pertambangan adalah mulsa liat-kompos daun dan kompos feses kerbau untuk memperoleh waktu perkecambahan lebih singkat dan kerapatan tinggi.   Kata kunci: Mulsa, perkecambahan, tanah pasca pertambangan, biji teki pioner
Kualitas Diversitas, Struktur Vegetasi di Area Hutan Sekunder dan Beberapa Agroforestri di Kawasan Wana Wisata Rawa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi Gunanjar, Aris Candra; Faruq, Muhammad Khalid; Putra, Yandha Carbela; Yusuf, Muhammad; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.404 KB)

Abstract

Wana Wisata Rawa Bayu Banyuwangi merupakan bagian dari Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Rogojampi petak 8 Hutan Songgon, KPH Banyuwangi Barat. Masyarakat terlibat dalam pengelolaan hutan di sekitar wana wisata menggunakan sistem Hutan Kemasyarakatan (HKM) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi lahan. Di kawasan wana wisata ini terdapat dua jenis HKM yaitu agroforestri sederhana (AFS) dan kompleks (AFK). Namun, hingga saat ini belum pernah ada publikasi tentang perbedaan kualitas diversitas dan struktur vegetasi di dua agroforestri asal hutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis vegetasi untuk membandingkan kualitas diversitas dan struktur vegetasi antara dua agroforestri tersebut dengan hutan sekunder (HS), karakter tiap lokasi dan morfologi spesies dominan, serta survey sosial untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan masyarakat terhadap berbagai jenis dan manfaat tumbuhan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat variasi spasial pada struktur dan kualitas diversitas di masing-masing lokasi. Taxa richness dan H’ pancang, tiang, dan pohon pada HS lebih tinggi dibandingkan AFK maupun AFS, kecuali pada semai. Masing-masing lokasi memiliki keunikan dan karakter morfologi yang berbeda-beda. Masyarakat  mengenal  jenis-jenis tumbuhan di agroforestri dan hutan sekunder, serta ada beberapa masyarakat yang mengetahui jenis-jenis tumbuhan lokal, serta mengetahui manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Growth of Pioneer Grasses in Monoculture and Polyculture Systems of Hydroseeding Applied in a Coal Mining Tailing from the South Kalimantan Rahma, Amalia Fadhila; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.639 KB)

Abstract

ABSTRACT   The aims of this research were to compare germination of local and pioneer grasses seeds sown in garden soil and hydroseeding mulch. Furthermore, we also observed growth, density and coverage of the grasses planted in monoculture or polyculture systems applied in a post coal mining tailing from the South Kalimantan. Species used were Eleusine indica (L.), Paspalum conjugatum P.J.Bergius, Sporobolus indicus (L.) R.Br. and Eulalia amaura (Buese) Ohwi. Thirty two seeds of each grass were sown on a garden soil and mulch of hydroseeding to observe rate and time of germination. The seds of each species (in monoculture treatment) and composited species (in polyculture treeatment) were then mixed with mulch and spreaded above the coal mining tailing put in plastic pot. Each treatment were replicated 3 to 5 times. The observed variables were the time and rate of germination, density, maximum length of leave blade, plant height and coverage, root/shoot length ratio. Data were analyzed descriptively and statistically using one way Anova, Brown Forsythe or t tests, cluster and biplot analysis. Results of research showed that seeds of all pioneer grasses sown in monoculture germinated in both media, garden soil and hydroseeding mulch. Otherwise, E. indica and E. amaura seeds were less germinated in polyculture system. In monoculture system, germination rate of seeds sown on the  soil was higher, moreover seeds rapidly germinated rather than those of hydroseeding mulch. Density, growth and coverage of monoculture grass tent higher than polyculture ones. Root system of all species developed well in the mining tailing, therefore its grew longer than their shoot. Key word : Coal mining tailing, germination, hydroseeding, pioneer grasses
Keberhasilan Hidup Beberapa Tumbuhan Riparian Lokal yang Ditanam di antara Biomassa Kangkung yang Tumbuh Terapung di Kolam Fitoremediasi Mufarida, Lailatul; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.902 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keberhasilan hidup dan pertumbuhan beberapa tumbuhan riparian lokal yang ditanam terapung di antara biomassa Ipomoea aquatica Forsk. (kangkung). Eksperimen semu ini menggunakan tumbuhan riparian lokal Acorus calamus L. (dlingo), Coix lacryma-jobi L. (Jagung jali), Colocasia esculenta (L.) Schott (Talas), Cyperus alternifolius L. (Bintang air), Fimbristylis globulosa (Retz.) Kunth. (Mendong), Hedychium coronarium J. Koenig. (Gandasuli), Ipomoea crassicaulis (Benth.) B. L. Rob. (Kangkungan), Limnocharis flava L. (Genjer), Monochoria vaginalis (Burm. f.) C. Presl ex Kunth. (Eceng padi). Sembilan spesies ditanam di antara biomassa I. aquatica, masing-masing sebanyak sepuluh individu secara monokultur di kolam fitoremediasi air irigasi. Keberhasilan hidup ditunjukkan oleh pertumbuhan tunas dan anakan. Pertumbuhan tunas dan anakan diamati satu bulan sekali. Analisis data menggunakan Ms. Excel, PAST dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman riparian berhasil hidup sebagai tanaman terapung di antara biomassa I. aquatica, namun F. globulosa, A. calamus dan L. flava merupakan spesies yang mampu membentuk tunas dan anakan. Sebaliknya keterbatasan pertumbuhan tunas dan anakan diamati pada H. coronarium dan C. alternatifolius. Sedangkan keberhasilan hidup C. lacryma-jobi, I. crassicaulis, M. vaginalis dan C. esculenta termasuk kelompok sedang. Kata Kunci: Biomassa kangkung,  keberhasilan hidup, terapung, tumbuhan riparian lokal
Evaluasi Kualitas Air Berdasarkan Struktur Komunitas Makroinvertebrata Bentos dan Persepsi Masyarakat tentang Pengelolaan Perairan di Wilayah Rawa Bayu, Songgon, Banyuwangi Wahyudi, G I; Hidayatullah, M H; Putra, N.N R.; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.965 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas perairan di sekitar Rawa Bayu berdasarkan struktur komunitas makroinvertebrata bentos (MIB),  membuat peta persebaran MIB, menentukan ukuran beberapa MIB dengan INP tertinggi, dan menentukan persepsi masyarakat tentang pemanfaatan dan pengelolaan perairan Rawa Bayu. Pengambilan sampel MIB menggunakan jaring Surber dan hand net pada tiga stasiun (hulu, tengah, hilir) dengan dua sampai tiga kali pengulangan spasial. MIB dengan INP tertinggi pada tiap lokasi dilakukan pengukuran morfometri. Penggalian informasi terkait pemanfaatan dan pengelolaan perairan Rawa Bayu dilakukan berdasarkan wawancara semi terstruktur dengan warga setempat. Kemudian, dilakukan analisis data untuk mendapatkan nilai Indeks nilai penting (INP), kekayaan taksa, H (Indeks Diversitas Shannon-Wiener), dan FBI (Family biotic index). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nilai H>2 dan FBI<4.99, semua stasiun masih belum tercemar bahan toksik dan bahan organik. Akan tetapi, stasiun hilir memiliki kualitas air terbaik ditunjukkan oleh kekayaan taksa terbanyak, yakni 28 taksa, dan nilai FBI terendah, yakni 3,8. Terdapat kodominasi di stasiun hulu antara Heptageniidae, Thiaridae, dan Hydropsychidae. Pada stasiun tengah juga terdapat kodominasi, yaitu antara Heptageniidae, Hydropsychidae, dan Hirudinae, sedangkan stasiun hilir didominasi oleh Hydopsychidae. Heptageniidae dewasa pada stasiun hulu berukuran 9,8 mm, sedangkan pada stasiun tengah berukuran 10,4 mm. Pada stasiun hilir Hydropsychidae berukuran 12,8 mm. Air dari sumber di sekitar Rawa Bayu dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis hewan air yang sering dijumpai dan dimanfaatkan warga di Rawa Bayu dan alirannya adalah Oreochromis mossambicus, Puntius binotatus, Corbicula fluminea, Channa striata, Nemacheilus fasciatus, Cyprinus carpio, dan Macrobrachium rosenbergii.
Variasi Kualitas Perairan dan Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaannya di Wana Wisata Rawa Bayu, Kabupaten Banyuwangi Pradana, Silvy Armydiyanti; Arisoesilaningsih, Endang; Ayunareswara, Aksita; Khinanty, Retno Dewi
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.122 KB)

Abstract

Air merupakan sumber daya yang tidak bisa lepas dari makhluk hidup, sehingga ekosistem perairan perlu dilestarikan. Pelestarian meliputi tumbuhan riparian, sempadan, badan dan kualitas air, termasuk pemanfaatannya oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan variasi kualitas beberapa sumber air dan salurannya di Rawa Bayu berdasarkan sifat fisika-kimia dan tumbuhan riparian, menggambarkan peta kualitas air (berdasarkan fisika-kimia dan tumbuhan riparian) dan peta penggunaan air di perairan Rawa Bayu, mendeskripsikan tumbuhan riparian dominan di perairan Rawa Bayu, dan menggali persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan dan pengelolaan perairan Rawa Bayu. Metode yang digunakan adalah: pengukuran sifat fisika-kimia dan pengamatan tumbuhan riparian pada tujuh stasiun, yaitu Sumber Taman Kaputren, Sumber Dewi Gangga, Sumber Kamulyan, Telaga Rawa Bayu, sungai outlet  Telaga Rawa Bayu, dan sungai di pemukiman serta kamar mandi. Tumbuhan riparian yang dominan kemudian dideskripsikan dan dilakukan pengukuran morfometri. Survei sosial terkait persepsi masyarakat dilakukan melalui wawancara terhadap pengelola, warga, dan pengunjung terhadap pengelolaan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air Telaga Rawa Bayu memenuhi standar kualitas air minum berdasarkan nilai DO, pH, temperatur, konduktivitas, dan turbiditas. Air Sumber Taman Kaputren, Sumber Dewi Gangga, sungai outlet Telaga Rawa Bayu, dan sungai di pemukiman tidak memenuhi standar kualitas air minum pada nilai DO. Air Sumber Kamulyan tidak memenuhi standar kualitas pH dan DO, sedangkan air kamar mandi pada turbiditas dan DO. Sumber Taman Kaputren, Sumber Dewi Gangga, Sumber Kamulyan, dan Telaga Rawa Bayu cenderung memiliki kualitas vegetasi riparian QBR yang lebih rendah dibandingkan sungai outlet Telaga Rawa Bayu dan sungai di pemukiman. Tumbuhan riparian dengan INP tertinggi pada kategori perdu adalah bambu Gigantochloa sp. dan kecubung Brugmansia candida, kategori ground cover adalah paku Athyrium sp. dan tanaman hias eksotik Dieffenbachia seguine. Masyarakat mengetahui tentang adanya peraturan pengelolaan dan pemanfaatan air, ikut menjaga adanya tumbuhan riparian di pinggir sungai, namun masih ada yang membuang sampah ke dekat badan air. 
PERTUMBUHAN PADI HITAM DAN SERANGAN BEBERAPA HERBIVOR DI SAWAH PADI ORGANIK KECAMATAN KEPANJEN cristanti, linda deviana; Arisoesilaningsih, Endang
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 5 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.071 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan diversitas herbivor pengunjung padi hitam varietas Toraja di sawah padi organik di Kecamatan Kepanjen, Malang, menentukan gejala gangguan pertumbuhan padi hitam akibat serangan ringan herbivor, serta membandingkan pertumbuhan padi hitam akibat serangan tikus dengan tanaman tidak terserang. Pengamatan dilakukan di tiga petak sawah padi hitam organik pada empat umur yaitu 28, 48, 88, dan 112 hari setelah tanam (hst). Pertumbuhan padi hitam diamati tinggi rumpun, jumlah anakan, malai, spikelet dan biomassa. Pengamatan diversitas hewan pengunjung dengan  metode jelajah dan visual encounter di sisi tiap petak sawah padi hitam organik  menggunakan skor kelimpahan 0-4 pada jam 06.00-10.00 WIB. Diversitas hewan pengunjung ditentukan dengan kekayaan spesies, famili, dan ordo. Data pertumbuhan padi hitam yang terserang tikus dianalisis menggunakan software PAST dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan telah diamati enam famili herbivor pada fase vegetatif dan generatif yang mengunjungi sawah padi hitam di antaranya tikus (Muridae), burung pipit (Estrildidae), ulat penggerek batang (Pyralidae), lalat (Muscidae), lalat pucuk padi (Ephydridae) dan ngengat (Arctiidae). Serangan herbivor pengunjung terbesar pada umur 26 hst diakibatkan oleh Muride, dan fase generatif oleh Estrildidae. Walaupun pasca serangan tikus terjadi recovery pada pertumbuhan tinggi padi, namun jumlah malai dan spikelet padi menurun  10 %-55 % pada saat panen. Kata kunci: Padi hitam, herbivor, pertumbuhan, dan tikus.