Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pembuatan biodiesel biji kepuh (Sterculia Foetida L.) dengan proses alkoholisis dengan katalisator buangan proses perengkahan minyak bumi pertamina unit II Palembang Kiagus Ahmad Roni
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 23, No 1 (2012): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3656.004 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v23i1.552

Abstract

Kepuh (Sterculia foetida L.) seed oil is not utilized yet. Therefore, it should beprocessed to produce valuable product. One of the possible methods is alcoholysis with wasted solid catalyst obtained from Pertamina Unit II located in Palembang, as catalyst. With this process some benefits might be obtained from these wastes. The alkoholysis of kepuh seed oil with etanol and reactivated used solid catalyst at higher pressure was accomplished in an autoclave provided with manometer, thermometer, sampling device, heater, and mixer. The experiment was started by filling the autoclave with kepuh seed oil, alcohol, and the catalyst, then the heater and the mixer were switched on. Samples were taken out at 10 minutes intervals, and after being separated, the bottom layer was analyzed in order to determine its glycerol content using acetin method. By raising the temperature, catalyst concentration, rate of mixing, and ethanol-oil ratio, the glyceride conversion increased. From the value of k" , Reynolds index, the change of k" value with 10°C increase of temperature, and the value of the activation energy, it seemed that chemical reaction controlled the process. The alcoholysis of kepuh seed oil followed pseudo first order reaction with respect to the glyceride concentration. The equation of the reaction rate constant, k" , can be presented as : k" = 1659.21.52 e-4668.74/T {7.4976(10-3) + 4.6455(10-3)H} N 0.0529 P 0.1824 , with an experunental error ± 13.66 % for k" , and a deviation of x of ± 8.89 %. The relative favorable process conditions, were 60 minutes of reaction time, temperature of 110°C, catalyst concentration of 2 %, mixing velocity of 310 rpm, and alcohol-oil ratio of 6 mgek/mgek. Under this a condition the conversion was 70.91Keywords : Biodiesel, Kepuh, alkoholysis, wasted catalyst AbstrakMinyak biji kepuh (Sterculia foetida L.) belum banyak dimamfaatkan. Oleh karena itu, minyak biji kepuh ini perlu diolah, antara lain dengan proses alkoholisis, memakai katalisator buangan perengkahan minyak bumi Pertamina Unit II Palembang, yang juga merupakan limbah, agar dapat dimamfaatkan. Alkoholisis minyak biji kepuh pada tekanan lebih dari satu atmosfer dengan katalisator buangan perengkahan minyak bumi Pertamina Unit II Palembang, dijalankan dalam reaktor yang berupa autoklaf, yang dilengkapi dengan manometer, termometer, kran pengambil cuplikan, pemanas, dan pengaduk. Mula-mula autoklaf diisi minyak biji kepuh, alkohol, dan katalisator denganjumlah tertentu, lalu pemanas dan pengaduk dihidupkan dan diatur. Cuplikan diambil pada setiap selang waktu 10 menit dan selanjutnya lapisan bawah dianalisis kadar gliserolnya dengan cara asetin. Pada kisaran tertentu, peningkatan suhu, persentase katalisator, kecepatan putaran pengaduk, dan perbandingan etanol-minyak, mengakibatkan konversi gliserid bertambah. Berdasarkan nilai k", indeks Reynolds, perubahan nilai k" untuk setiap kenaikan suhu 10 °C, dan nilai tenaga pengaktif, ternyata reaksi kimialah yang mengendalikan kecepatan reaksi keseluruhan. Alkoholisis minyak biji kepuh mengikuti reaksi orde satu semu terhadap gliserid. Tetapan kecepatan reaksi k" mempunyai persamaan k" = 1659,2152 e -4668,74/ T (7,4976.10-3 + 4,6455.10-3H) N 0,0529 P 0, 1824 dengan ralat rata-rata hasil percobaan terhadap persamaan sebesar ± 13,66 % untuk k", dan penyimpangan x ± 8,89 %. Keadaan proses yang relatif baik, dijumpai pada waktu 60 menit, suhu 110 °C, persentase katalisator 2 %, kecepatan pengadukan 310 ppm, dan perbandingan alkohol-minyak 6 mgek/mgek. Pada keadaan itu konversi mencapai 0.7091 bagian.Kata Kunci : Biodiesel, kepuh, alkoholisis, katalis buangan
PENINGKATAN KADAR BIOETANOL DARI KULIT NANAS DENGAN ADSORBEN DARI LIMBAH KATALIS BEKAS CRACKING PERTAMINA RU III PLAJU YANG TERAKTIVASI SECARA FISIKA Kiagus Ahmad Roni; Tri Susanto; Indra Pratama; Netty Herawati
Majalah TEGI Vol 12, No 1 (2020): Majalah TEGI Vol 12, No 1 Juni 2020
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46559/tegi.v12i1.6026

Abstract

Bioetanol merupakan suatu etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang telah melewati hasil destilasi. Salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat bioetanol adalah kulit nanas. Kadar gula yang terkandung dalam kulit nanas adalah 11,40%. Dari proses fermententasi menggunakan ragi roti dihasilkan kandungan bioetanol sebesar 4,2%.  Untuk meningkatkan bioetanol yang dihasilkan maka digunakan metode lain selain distilasi yaitu proses adsorpsi. Adsorben yang digunakan pada penelitian kali ini adalah limbah bekas cracking pertamina RU III. Penggunaan adsorben jenis ini adalah sebagai pengganti adsorben zeolit alam yang terbilang mahal dengan limbah bekas cracking pertamina RU III yang mudah didapat dan jauh lebih ekonomis. Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui seberapa baik peningkatan bioetanol dengan menggunakan adsorben jenis ini. Hasil dari penelitian ini adanya peninggkatan kadar sebesar 58,386%  dengan teraktivasi secara fisika.
PENINGKATAN KADAR BIOETANOL DARI KULIT NANAS DENGAN ADSORBEN DARI LIMBAH KATALIS BEKAS CRACKING PERTAMINA RU III PLAJU YANG TERAKTIVASI SECARA FISIKA Kiagus Ahmad Roni; Tri Susanto; Indra Pratama; Netty Herawati
Majalah TEGI Vol 12, No 1 (2020): Majalah TEGI Vol 12, No 1 Juni 2020
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46559/tegi.v12i1.6026

Abstract

Bioetanol merupakan suatu etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang telah melewati hasil destilasi. Salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat bioetanol adalah kulit nanas. Kadar gula yang terkandung dalam kulit nanas adalah 11,40%. Dari proses fermententasi menggunakan ragi roti dihasilkan kandungan bioetanol sebesar 4,2%.  Untuk meningkatkan bioetanol yang dihasilkan maka digunakan metode lain selain distilasi yaitu proses adsorpsi. Adsorben yang digunakan pada penelitian kali ini adalah limbah bekas cracking pertamina RU III. Penggunaan adsorben jenis ini adalah sebagai pengganti adsorben zeolit alam yang terbilang mahal dengan limbah bekas cracking pertamina RU III yang mudah didapat dan jauh lebih ekonomis. Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui seberapa baik peningkatan bioetanol dengan menggunakan adsorben jenis ini. Hasil dari penelitian ini adanya peninggkatan kadar sebesar 58,386%  dengan teraktivasi secara fisika.
PENYULUHAN TENTANG DAMPAK DAN DETEKSI BAHAN PENGAWET KIMIA BERBAHAYA PADA BAHAN MAKANAN Sri Martini; Dian Kharismadewi; Elfidiah Elfidiah; Kiagus Ahmad Roni; Erna Y uliwati
Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 4 No 2 (2021): APTEKMAS Volume 4 Nomor 2 2021
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.552 KB) | DOI: 10.36257/apts.v4i2.3354

Abstract

The application of inappropriate synthetic chemical preservatives such as borax and formaldehyde on food products endangering human health should get an important attention of government and society as their usage is increasing due to the increasing needs for fulfilling foods which could be stored and consumed in the longer time as well as some economic reasons. Based on this fact, the lecturers of postgraduate program of University of Muhammadiyah Palembang initiated to conduct a community service to solve this problems by explaining the impact and simple detection ways of those prohibited chemical additives as well as explaining the effective, safe and simple ways to preserve foods to public community in decided location in Talang Putri Plaju Palembang. After conducting the activity, it was found that the society members who attended the event experienced an increasing percentage of understanding the impact of chemical preservatives on health, the way to simply detect them and the ways of preparing natural preservation on food.
Pembuatan Biodiesel Dari Biji Karet Dengan Proses Alkoholisis Sebagai Alternatif Sumber Bahan Bakar Ekonomis Kiagus Ahmad Roni; Sri Martini
Journal of Chemical Process Engineering Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.537 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v6i2.738

Abstract

Penggunaan bahan bakar minyak yang semakin hari semakin meningkat, seiringnya semakin bekembangnya industrialisasi dan juga masyarakat yang menggunakan kendaraan semakin banyak jumlahnya. Jika ditinjau dari sumber BBM fosil yang semakin menipis, merupakan tantangan untuk mencari sumber energy terbaharukan. Salah satunya yaitu, pembuatan biodiesel dengan menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku. Dan disini menggunakan biji karet sebagai bahan baku biodiesel dengan proses alkoholisis. Pembuatan biodiesel menggunakan NaOH sebagai katalis. Salah satu tujuan dari penelitian ini, agar diperoleh komposisi baik bahan atau kondisi operasi yang optimal. Proses alkoholisis diterapkan pada seperangkat alkoholisis dengan labu leher tiga yang dilengkapi oleh kondensor, agitator, serta thermometer. Setiap sepuluh menit cuplikan diambil kemudian dianalisa sehingga diketahui kinetika serta konversi reaksi yang terjadi. Pada penelitian ini diperoleh kondisi optimal berada pada temperature operasi 110oC, rasio minyak dan etanol 5:1, kadar katalis sebanyak 2%, dengan waktu operasi 50 menit, dan kecepatan pengadukan sebesar 200rpm. Dengan kondisi ini diperoleh konversi sebesar 89,04%.
Analisis Pengaruh Rasio Serabut Dan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pada Boiler Kiagus Ahmad Roni; Elfidiah Elfidiah; Yudha Widaputra; Dian Kharisma Dewi
Jurnal Redoks Vol 6, No 1 (2021): REDOKS JANUARI - JUNI
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v6i1.5230

Abstract

Serabut dan cangkang pada kelapa sawit merupakan limbah biomassa yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pada boiler. Serabut kelapa sawit merupakan bagian kedua terluar dari biji sawit, yang berbentuk serabut. Sedangkan cangkang sawit berada di bagian ketiga terluar dengan tekstur keras yang menyelubungi kernel dari kelapa sawit. Cangkang kelapa sawit ini pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar padat secara langsung atau sebagai bahan baku pembuatan briket. Tujuan dari penelitian ini  yaitu untuk mengetahui nilai emisi gas buang dan nilai efisiensi pada boiler yang didapatkan dari bahan bakar serabut dan cangkang pada kelapa sawit. Metode yang digunakan adalah metode survey yang meliputi studi literatur, survey lapangan, uji laboratorium, dan analisa efesiensi boiler. Hasil penelitian menunjukan nilai Low Heating la/we(LHV) tertinggi 43805,04008 Kcal/Kg dan terendah dengan nilai 29862,98772 Kcal/Kg dengan rasio 70% Serabut Kelapa Sawit dan 30% Cangkang Kelapa Sawit mendapatkan nilai 36072,47322 Kcal/Kg. Sedangk an nilai efisiensi boiler yang didapatkan yakni 80,11%.
ALKOHOLISIS MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH) PADA TEKANAN LEBIH DARI SATU ATMOSFER DENGAN KATALISATOR BUANGAN PROSES PERENGKAHAN MINYAK BUMI UNIT III PALEMBANG Kiagus Ahmad Roni
Jurnal Redoks Vol 1, No 1 (2016): Redoks Januari - Juni
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1065.185 KB) | DOI: 10.31851/redoks.v1i1.2014

Abstract

ABSTRAKMinyak goreng bekas belum banyak dimanfaatkan. Oleh karena itu, minyak goreng bekas ini perlu diolah, antara lain dengan proses alkoholisis, memakai katalisator buangan perengkahan minyak bumi Pertamina unit III Palembang, yang juga merupakan limbah, agar dapat dimanfaatkan.Alkoholisis minyak goreng bekas pada tekanan lebih dari satu atmosfer dengan katalisator buangan perengkahan minyak bumi Pertamina unit III Palembang, dijalankan dalam reaktor yang berupa autoklaf, yang dilengkapi dengan manometer, termometer, kran pengambil cuplikan, pemanas, dan pengaduk. Mula-mula autoklaf diisi minyak goreng bekas, alkohol, dan katalisator dengan jumlah tertentu, lalu powerstat pemanas dan pengaduk dihidupkan dan diatur. Cuplikan diambil pada setiap selang waktu 10 menit dan selanjutnya lapisan bawah dianalisis kadar gliserolnya dengan cara asetin.Pada kisaran tertentu, peningkatan suhu, persentase katalisator, putaran pengaduk, dan perbandingan etanol-minyak, mengakibatkan konversi gliserid bertambah. Alkoholisis minyak goreng bekas mengikuti reaksi orde satu semu terhadap gliserid. Keadaan proses yang relatif baik, dijumpai pada waktu 60 menit, suhu 110°C, persentase katalisator 2 %, kecepatan pengadukan 310 ppm, dan perbandingan alkohol-minyak 6 mgek/mgek. Pada keadaan itu konversi mencapai 0.7099 bagian. Kata Kunci : alkoholisis, biodiesel, minyak goreng bekas, katalis b
PEMBUATAN BIOFILTER DARI TUMBUHAN FITOREMEDIASI APU APU SEBAGAI MEDIA PENURUNAN KADAR COD DAN BOD LIMBAH CAIR DI PERTAMINA RU III PLAJU kiagus ahmad roni
Jurnal Redoks Vol 5, No 2 (2020): REDOKS JULI-DESEMBER
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v5i2.4770

Abstract

Menipisnya sumber daya alam dan tingginya pencemaran merupakan salah satu pokok masalah yang sering terjadi di lingkungan. Dalam kegiatan sehari-harinya, Pertamina RU III dari berbagai proses produksinya menghasilkan sejumlah limbah cair. Dalam pengolahanya Biofilter Fitoremediasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sederhana guna menurunkan kadar pencemar yang terkandung didalam limbah tersebut. Fitoremediasi dapat diartikan suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan atau pencemar menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi. Salah satu tumbuhan hiperakumulator yang dapat digunakan untuk fitoremediasi adalah Tumbuhan Apu Apu (Pistia stratiotes). Hasil yang didapatkan bahwa setelah ditambahkan tanaman apu apu mulai dari hari ke 1 sampai hari ke 5 terjadi penurunan kandungan COD dan BOD. sehingga cara ini dianggap mampu untuk digunakan sebagai penurunan kandungan zat pencemar didalam limbah cair sebelum di kembalikan ke lingkungan.
ANALISIS PERSENTASE RESIDU PENCUCIAN FILTER AIR BERSIH PDAM TIRTA MUSI PALEMBANG DENGAN VARIASI WAKTU DAN KONSENTRASI NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) kiagus ahmad roni
Jurnal Redoks Vol 5, No 1 (2020): REDOKS JANUARI - JUNI
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v5i1.3626

Abstract

Sebagian besar instalasi pengolahan Air (IPA) di provinsi Sumatera Selatan menggunakan air Sungai sebagai air baku. Salah satu IPA yang menggunakan air sungai sebagai air baku yaitu IPA Tirta Musi unit Rambutan yang berada di wilayah kerja PDAM Palembang. IPA unit Rambutan memiliki kapasitas produksi 850 L/det dengan jumlah pelanggan aktif sebanyak 36.967 pelanggan. permasalahan yang terdapat pada IPA unit Rambutan adalah tingginya headloss (level air) pada filter dan lambatnya waktu pengolahan air. Sehingga kapasitas hasil air pengolahan tidak maksimal (tidak efisien) dan membutuhkan waktu yang lama. Efisiensi pengolahan yang masih rendah mengidentifikasi bahwa pengolahan air yang terdapat pada IPA unit Rambutan kualitasnya menurun. Penelitian ini bertujuan menganalisa berapa konsentrasi dan  waktu pencucian media filter yang optimal dengan menggunakan pelarut Natrium Hidroksida (NaOH) dari variasi konsentrasi 2M, 4M, 6M, 8M dan 10M dan variasi waktu selama 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit  untuk meng-aktivasi media filter sehingga meningkatkan efisiensi filter  dan menghasilkan kualitas air yang sesuai dengan peraturan Permenkes No. 492/2010.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang optimal untuk meng-aktivasi media filter (pasir Kuarsa) yaitu 8 M dengan waktu reaksi selama 20 menit. Pengolahan menggunakan pasir kuarsa yang telah di aktivasi mampu menurunkan nilai kekeruhan air dari 4,23 NTU ke 1,10 NTU dan menaikan nilai pH dari 5,95 ke 6,14 serta mampu mempercepat waktu pengolahan dari 13,72 menit menjadi 2,30 menit. Hal ini menunjukkan pencucian media filter menggunakan Chemical sangat berpengaruh terhadap hasil pengolahan air Bersih.