Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan antara Ekspresi E-cadherine dan Tipe Histopatologik Tumor Ganas Epitel Ovarium Hera Novianti,; R Zuryati Nizar; Aswiyanti Asri
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 2 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.191 KB) | DOI: 10.55816/mpi.v28i2.381

Abstract

Latar belakangTumor ganas epitel ovarium merupakan keganasan ginekologi kedua terbanyak di dunia dan menjadi penyebabkematian kelima akibat keganasan, bersifat proliferatif intra abdomen dengan invasi dan metatasis yangseringkali mengakibatkan kegagalan terapi. Tumor ganas epitel ovarium diklasifikasikan menjadi tipe I dan II.Tipe II dengan prognosis yang lebih buruk dan lebih banyak bermetastasis. Salah satu protein transmembranyang memiliki peran penting dalam proses metastasis dan invasi tumor adalah E-cadherine. Ekspresi Ecadherine yang menurun ditemukan pada berbagai tumor ganas namun peran E-cadherine pada tumor ganasepitel ovarium masih dalam perdebatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekspresiE-cadherine dan tipe histopatologik tumor ganas epitel ovarium.MetodeTigapuluh dua kasus tumor ganas epitel ovarium yang telah didiagnosis, dikumpulkan dari beberapalaboratorium Patologi Anatomik di kota Padang. Pada seluruh sampel dilakukan review slaid HE untukmenetapkan tipe histopatologik, dilanjutkan dengan pewarnaan imunohistokimia menggunakan E-cadherin.Ekspresi E-cadherine positif ditandai dengan warna coklat pada membran sel tumor. Hubungan antar variabeldianalisis dengan uji statistik chi-square dengan nilai p<0,05 dianggap bermaknaHasilEkspresi E-cadherine positif ditemukan pada 22 kasus, yaitu pada 12 kasus tumor ganas epitel tipe I dan 10kasus tumor ganas epitel tipe II, p=0,704 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan bermakna antara ekspresi Ecadherine dengan tipe histopatologik tumor ganas epitel ovarium.KesimpulanEkspresi E-cadherine dan tipe I histopatologik tumor ganas epitel ovarium menunjukkan hubungan positif.
Penurunan Aktivitas Proliferasi Sel Adenokarsinoma Mamma Mencit C3H akibat Pemberian Ekstrak Etanol Lengkuas (Alpinia galanga) Susanto Winarko; Yanwirasti .; Aswiyanti Asri; Salmiah Agus
Majalah Patologi Indonesia Vol 23 No 2 (2014): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.318 KB)

Abstract

Background WHO data in 2011 showed that deaths from breast cancer in Indonesia reached 20,052 peoples of all deaths. This is partly due to the high cost of treatment, so that many people are turning to alternative therapies such as traditional plants. Lengkuas (Alpinia galanga (L) Wild is the traditional material that is cheap and easily available in Indonesia. Lengkuas-containing active substances I-acetoxychavicol acetate (ACA), and according to past research has anti-cancer properties by inhibiting the activity through the inhibition of cell proliferation pathways nuclear factor kappa B (NFƙB). To investigate the effect of ethanol extract of lengkuas against mammary adenocarcinoma cell prolifferation activities in C3H mice with various dose levels. Methods This study was an experimental study using C3H mice with post-test only research design controlled group design. Experimental animals consisted of 32 C3H mice were inoculated with tumor cells and then divided into 4 groups: control group (K) and three treatment groups (P1, P2 and P3) were given graded doses of ethanol extract of lengkuas 225 mg/kgBW/day, 450 mg/kgBW/day and 675 mg/kgBW/ day for 2 weeks. After all mice were terminated, examined the proliferative activity of tumor cells with Ki-67 antibody. Differences in proliferative activity between the groups were tested using one-way anova followed by post hoc Bonferroni test. Results There were significant differences in proliferative activities (p=0.000) among the four groups. By the post hoc Bonferroni analysis was found the significant differences in proliferative activities between the control group P1, with P2 controls, P3 control group, between P1 with P3 group, P2 with P3 group (p=
Ekspresi pRb untuk Membedakan Neoplasma Tiroid Jinak dan Ganas Dibandingkan dengan Gambaran Hsitopatologi Laila Isra; Aswiyanti Asri; Edison -
Majalah Patologi Indonesia Vol 22 No 1 (2013): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.278 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Neoplasma tiroid sebagai salah satu neoplasma kelenjar endokrin dibagi menjadi neoplasma jinak dan neoplasma ganas (karsinoma).1 Pada pemeriksaan histopatologi tiroid rutin dengan pewarnaan HE (hematoksilin-eosin) sering ditemukan kesulitan untuk membedakan antara neoplasma jinak dengan neoplasma ganas, terutama antara adenoma folikuler dan karsinoma folikuler.2,3 Cara menilai pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan melihat invasi sel-sel tumor ke dalam kapsul.1-4 Protein Rb-1 (pRb-1) merupakan petanda tumorsuppressor retinoblastoma yang berfungsi sebagai cell cycle check points. Peristiwa mutasi gen pRb menunjukkan bahwa sel sudah kehilangan kemampuan untuk mengontrol siklus sel, sehingga mutasi gen Rb dapat ditemukan pada sel tumor ganas.5,6,7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi Rb-1 dengan jenis dan gambaran histopatologik neoplasma tiroid. Metode Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional menggunakan 60 sampel neoplasma tiroid. Reevaluasi dilakukan pada preparat HE. Pada blok parafin yang telah dipotong, dilakukan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi Rb-1. Labelling index dihitung dengan persentase sel yang positif 10% (positif) dan neoplasma tiroid jinak menunjukkan ekspresi Rb-1
Ekspresi p53 pada Karsinoma Payudara Duktal Invasif serta Hubungannya dengan Beberapa Parameter Patologik Prognosis Lismawati Rasyd; Salmiah Agus; Aswiyanti Asri
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 2 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.549 KB)

Abstract

Latar belakang Karsinoma payudara menempati urutan pertama tumor ganas pada wanita di Sumatera Barat dan merupakan penyebab kematian terbanyak pada wanita usia 35-55 tahun. Sulit untuk memperkirakan masa kelangsungan hidup karena derajat keganasan dan respon pasien terhadap pengobatan sangat bervariasi. p53 merupakan gen suppresor tumor dan mutasi pada gen ini berperan dalam karsinogenesis, aktivitas proliferasi serta invasi dan metastasis sel tumor. Mutasi gen p53 banyak ditemukan pada karsinoma payudara dan dihubungkan dengan prognosis yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ekspresi p53 pada karsinoma payudara duktal invasif (KPDI) serta hubungannya dengan derajat diferensiasi histopatologi, ukuran makroskopis tumor, invasi vaskular dan metastasis kelenjar getah bening. Metode Empat puluh tiga blok parafin karsinoma payudara duktal invasif dikumpulkan dari laboratorium Patologi Anatomik di Sumatera Barat. Ukuran makroskopis tumor dilihat pada status pemeriksaan basah jaringan. Slide HE diperiksa ulang untuk penetapan derajat diferensiasi histopatologi, invasi vaskular dan metastasis kelenjar getah bening (KGB). Ekspresi protein p53 diperiksa dengan metode imunohistokimia menggunakan antibodi anti-p53 produksi biogenex di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Hubungan ekspresi p53 dengan derajat diferensiasi histopatologi, invasi vaskular dan metastasis kelenjar getah bening diuji dengan chi-square, dan hubungan ekspresi p53 dengan ukuran makroskopis tumor dianalisis dengan t test. Hasil Ekspresi p53 pada karsinoma payudara duktal invasif ditemukan pada 17 dari 43 kasus (39,53%). Hubungan ekspresi p53 dengan derajat diferensiasi histopatologi bermakna secara statistik (p0,05). Kesimpulan Ekspresi p53 pada karsinoma payudara duktal invasif ditemukan sebanyak 39,53%. Ekspresi p53 berhubungan dengan derajat diferensiasi histopatologi. Kata kunci: derajat diferensiasi histopatologi, ekspresi p53, invasi vaskular, karsinoma payudara duktal invasif, metastasis kelenjar getah bening, ukuran makroskopis tumor.
Hubungan antara Ekspresi Vimentin dan Derajat Histopatologi Adenokarsinoma Prostat Desi Aliefia; R. Zuryati Nizar; Aswiyanti Asri
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 3 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.837 KB)

Abstract

Latar belakang Kanker prostat di Indonesia menempati urutan ke-5 sedangkan di Padang merupakan kanker tersering pada laki-laki. Kanker prostat menempati urutan ke-6 penyebab kematian karena kanker di seluruh dunia, namun faktor prognostik dan prediktif perilaku biologis kanker ini masih belum jelas. Epithelial to mesenchymal transition (EMT) adalah proses biologis yang berperan dalam invasi dan metastasis sel kanker. Gleason score system adalah bukti morfologi EMT. EMT juga mengekspresikan vimentin, di mana overekspresi vimentin berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan tumor, invasi dan prognosis yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara ekspresi vimentin dan derajat histopatologi adeno-karsinoma prostat. Metode Disain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 38 blok parafin dari penderita adenokarsinoma prostat pasca TURP dan prostatectomy yang diperiksa dengan pulasan imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal vimentin dengan metode labelle Streptavidin Biotin. Hasil Distribusi adenokarsinoma prostat berdasarkan derajat histopatologi menunjukkan well differentiated sebanyak 7 kasus (18%), moderately differentiated sebanyak 9 kasus (24%) dan poorly differentiated sebanyak 22 kasus (58%). Poorly differentiated menunjukan ekspresi vimentin skor +3 tertinggi sebanyak 11 kasus (91,7%). Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi skor ekspresi vimentin semakin buruk derajat histopatologi. Analisa statistik dengan uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ekspresi vimentin dan derajat histopatologi adenokarsinoma prostat (p=0,014). Kesimpulan Semakin tinggi ekspresi vimentin semakin tinggi derajat histopatologi. Semakin buruk derajat histopatologi (poorly differentiated), semakin tinggi ekspresi vimentin (skor 3). Ekspresi vimentin dapat digunakan untuk menentukan derajat histopatologi. Kata kunci: adenokarsinoma prostat, derajat histopatologi, EMT, vimentin.
Pengaruh Pemberian Kortikosteroid Terhadap Proses Penyem-buhan Luka pada Mencit (Mus Musculus) Muhamad Febry; Aswiyanti Asri; Laila Isrona
Majalah Patologi Indonesia Vol 26 No 1 (2017): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.917 KB)

Abstract

Latar belakang Proses penyembuhan luka terjadi melalui beberapa tahapan dan dipengaruhi berbagai faktor lokal dan sistemik seperti benda asing, nutrisi, konsumsi obat-obatan. Kortikosteroid banyak digunakan secara bebas oleh masyarakat untuk berbagai tujuan. Penggunaan kortikosteroid dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka, dengan cara menurunkan proses pembentukan fibroblas, menurunkan jumlah gerakan dan fungsi leukosit, mengurangi pergerakan polimorfonuklear (PMN) keluar dari kompartemen vaskular, dan mengurangi jumlah sirkulasi limfosit, monosit, dan eosinofil, terutama dengan meningkatkan gerakan sel radang keluar dari sirkulasi. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan proses penyembuhan luka secara histopatologi pada mencit (Mus musculus) yang diberi kortikosteroid dengan jangka pemberian yang berbeda. Metode Penelitian ini adalah penelitian ekserimental dengan desain post test only controlled group yang menggunakan 18 ekor mencit putih (Mus musculus) yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2. Kelompok perlakuan 1 diberikan kortikosteroid dalam bentuk preparat deksametason dengan dosis 16 mg/kg/bb selama 10 hari, sedangkan kelompok perlakuan 2 diberikan deksametason dosis yang sama, selama 30 hari. Pada hari terakhir pemberian deksametason, semua kelompok, termasuk kontrol dilakukan luka insisi di punggung sepanjang 2 cm. Setelah hari ke-9 pembuatan luka, mencit diterminasi untuk diambil jaringan luka, dan dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menilai pembentukan jaringan granulasi dengan menghitung jumlah pembuluh darah baru, fibroblast dan sel radang menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400 kali pada 3 lapangan pandang. Hasil Neovaskularisasi yang terbentuk pada kelompok kontrol lebih sedikit dibandingkan kelompok perlakukan, sebaliknya jumlah fibroblast lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol. Jumlah netrofil pada kempok kontrol lebih sedikit dibandingkan kelompok perlakuan dan sebaliknya jumlah limfosit lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol dibanding perlakuan. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji One Way ANOVA didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok pada jumlah neovaskuler, fibroblas, neutrofil, limfosit, berturut-turut 0,007; 0,025; 0,009;
Perbedaan Ekspresi Ki-67 antara Tumor Epitelial Borderline dengan Tumor Ganas Tipe Musinosa Ovarium Tuti Lismayarni; R zuryati Nizar; Aswiyanti Asri
Majalah Patologi Indonesia Vol 27 No 2 (2018): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.289 KB)

Abstract

Latar belakangKanker ovarium adalah kanker keenam yang paling sering diderita oleh wanita di seluruh dunia dan yang paling mematikan dari semua jenis kanker ginekologi. Di antara jenis tumor ovarium, yang paling sering ditemukan adalah tumor epitelial permukaan ovarium, yaitu sekitar 85-90% dari keganasan ovarium, salah satu jenisnya adalah tipe musinosa. Tumor epitelial ovarium menunjukkan heterogenitas histologik yang besar dan dapat dibagi lagi menjadi tumor jinak, borderline dan invasif (ganas). Tumor epitelial ganas tipe musinosa ovarium dibedakan dengan tumor borderline berdasarkan adanya invasi sel tumor ke stroma tetapi terkadang sulit membedakannya secara histopatologi. Berdasarkan patogenesis, aktivitas proliferasi sel pada tumor epitelial ovarium ganas akan lebih tinggi dibanding borderline. Ki-67 adalah petanda yang dapat digunakan untuk menilai proliferasi sel pada tumor borderline dan ganas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi Ki-67 antara tumor epitelial borderline dengan tumor ganas tipe musinosa ovarium.MetodePenelitian ini merupakan penelitian cross sectional study. Empat puluh dua kasus tumor epitelial borderline dan tumor ganas tipe musinosa dievaluasi ulang untuk menentukan klasifikasi tumor, kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi anti Ki-67. Penilaian ekspresi Ki-67 (indeks proliferasi Ki-67) dilakukan dengan menghitung jumlah inti sel yang terwarnai coklat dalam 1000 sel tumor. Perbedaan ekpresi Ki-67 antara kedua kelompok diuji dengan t-test.HasilEkspresi Ki-67 pada tumor epitelial musinosa ovarium borderline berkisar antara 2,5%-49,2%, dengan rata-rata 13,088%. Ekspresi Ki-67 pada tumor epitelial musinosa ovarium ganas 15,3%-63,4%, dengan rata-rata 34,268%. Terdapat perbedaan yang bermakna antara ekspresi Ki-67 pada tumor epitelial ovarium musinosa borderline dan ganas.KesimpulanDari hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara ekspresi Ki-67 pada tumor epitelial ovarium musinosa borderline dan ganas, artinya Ki67 bisa membantu penentuan diagnosis dan prognosis tumor ganas ovarium bila digabungkan dengan stadium FIGO dan grading mikroskopik.
Hubungan Imunoekspresi p53 Mutan dan Derajat Histopatologi pada Karsinoma Ovarium Serosum Pamelia Mayorita; RZ Nizar; Aswiyanti Asri
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 1 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.836 KB)

Abstract

Latar belakangKarsinoma ovarium serosum adalah keganasan organ reproduksi wanita yang paling sering mematikankarena bersifat sangat progresif. Berdasarkan temuan terbaru, WHO membagi karsinoma ovariumserosum menjadi karsinoma serosum derajat tinggi dan rendah. Gen p53 berperan dalam patogenesismolekuler karsinoma ovarium serosum khususnya pada derajat tinggi. Mutasi p53 pada karsinoma ovariumserosum diduga berperan pada progresivitas tumor dan berhubungan dengan derajat histopatologikkarsinoma serosum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan ekspresi p53 mutant danderajat histopatologik pada karsinoma ovarium serosum.MetodePenelitian ini adalah studi komparatif potong lintang analitik dengan populasi kasus karsinoma serosumovarium, yang didiagnosis di Laboratorium Patologi Anatomik di Sumatera Barat tahun 2013-2015.Berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO) 2014, didapatkan 32 kasus yang direview derajathistopatologik. Selektif blok parafin dipisahkan dan diwarnai dengan antibodi monoklonal p53 (Clone EP9;Biocare).Ekspresi p53 dibagi menjadi ekspresi positif dan negatif. Hubungan antara ekspresi p53 danderajat histopatologik dianalisis dengan uji chi-square (p<0,05).HasilKasus karsinoma ovarium serosum memiliki rentang usia 29-67 tahun, dengan usia rata-rata 49,50 untukderajat tinggi dan 45,44 untuk derajat rendah. Ekspresi p53 menunjukkan hasil positif pada 12 kasuskarsinoma serosum derajat tinggi (75%) dan 4 kasus derajat rendah (25%). Terdapat hubungan bermaknaantara ekspresi p53 dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium (p=0,013).KesimpulanEkspresi p53 mutan berhubungan dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium
Hubungan Ekspresi IGF-1R dan HER-2 Terhadap Jumlah Mitosis dan Derajat Histopatologik pada Karsinoma Payudara Invasif Tidak Spesifik Yessy Setiawati; Aswiyanti Asri; Rosfita Rasyid
Majalah Patologi Indonesia Vol 29 No 3 (2020): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.902 KB) | DOI: 10.55816/mpi.v29i3.442

Abstract

BackgroundThe IGF-1R signaling pathways have cross-talk with HER-2 signaling pathways and was thought to be one of the resistance mechanism intrastuzumab therapy. This research was proposed to analyze the correlation between IGF-1R and HER-2 expression with mitosis count andhistopathological grade in invasive breast carcinoma of no special type.MethodsThis research was a cross-sectional design. A total of fifty-five invasive breast carcinoma of no special type cases diagnosed in theAnatomical Pathology Centre Diagnostic of Medical Faculty of Andalas University in a period of 2014-2015 were collected and stainedimmunohistochemically with IGF-1R and HER-2 antibodies. IGF-1R and HER-2 expression were examined and their correlation with mitosiscount and histopathological grade were statistically analyzed with T-test, Oneway Anova and Chi-Square test.ResultsIGF-1R cytoplasm and membranous expression were found positive in 18.2% and 34.5% cases respectively, meanwhile, HER-2 expressionswere found positive in 23.6% cases of invasive breast carcinoma of no special type. There were significant correlations between IGF-1Rcytoplasm expression with mitosis count (p=0.049). There were no significant correlations between IGF-1R membranous expression withmitosis count (p=0.641) with histopathological grade (p=1.00). There were no significant correlations between HER-2 expression withmitosis count (p=0,495) and histopathological grade (p=1.000).ConclusionIGF-1R expressions have a significant correlation with mitosis count rather than HER-2 expressions. Inhibition it’s signaling pathways mayhave therapeutic value in breast carcinoma. Combination therapy of anti-HER-2 and anti-IGF-1R are expected to overcome resistance withtrastuzumab in HER-2 positive breast carcinoma
Hubungan Ekspresi BRAF V600E dengan Varian Histopatologik dan Infiltrasi Limfosit pada Papillary Thyroid Carcinoma (PTC) Dutia Gestin; RZ Nizar; Aswiyanti Asri; Husna Yetti
Majalah Patologi Indonesia Vol 30 No 2 (2021): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.975 KB) | DOI: 10.55816/mpi.v30i2.473

Abstract

BackgroundPapillary thyroid carcinoma is the most common endocrine gland malignancy that has the highest incidence rate of 60-80%. In papillarythyroid carcinoma BRAF V600E mutation plays an important role in carcinogenesis. BRAF V600E is a RAS-regulated-serine-threoninekinase and activator of the MAPK pathway cascade that functions to regulate cell proliferation, differentiation and survival. BRAFV600E mutations in PTC is associated with a high incidence of recurrence and reduced survival. The purpose of this study is to lookat the relationship of BRAF V600E expression with histopathological variants and lymphocyte infiltration in PTC.MethodsThis research was a retrospective observational cross sectional study with 40 cases of papillary thyroid carcinoma which werediagnosed in 4 Pathology Anatomy Laboratory in West Sumatera. Samples were obtained from paraffin blocks of tissue from surgeryand were reevaluated for histopathological variant and lymphocyte infiltration. Expression of BRAF V600E in tumor cell were analyzedusing immunohistochemistry staining. Bivariate statistical analysis of Chi-Square were used and p value <0,05 were consideredsignificance.ResultsPositive BRAF V600E expression was found in 24 case (60%). Positive BRAF V600E expression was mostly found in classic PTC(50%). Papillary thyroid carcinoma with lymphocyte infiltration mostly found with negative BRAF V600E expression (79.2%). Statisticalanalysis showed no significant correlation between BRAF V600E with histopathological variant (p=0.74) and no significancecorrelation between BRAF V600E expression with lymphocyte infiltration (p=0.12).ConclusionThe conclusion is BRAF V600E expression has no correlation with histological variants in papillary thyroid carcinoma and no significantcorrelation of BRAF V600E expression with lymphocyte infiltration.