Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH LATIHAN RANGE of MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT, LUAS GERAK SENDI DAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PASIEN STROKE DI RS SINT CAROLUS JAKARTA Astrid, Maria; -, Elly; -, Budiharto
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 3, No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stroke adalah sindrom klinis berupa gangguan fungsi otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak. Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, di antaranya adalah defisit motorik berupa hemiparese. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi (LGS) dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment pre dan post test design dengan kelompok kontrol. Jumlah sampel penelitian 30 responden terdiri dari 15 orang pasien stroke dalam kelompok intervensi yang diberikan penanganan standar rumah sakit dan latihan ROM 4 kali sehari selama 7 hari dan 15 orang pasien stroke dalam kelompok kontrol yang hanya diberikan penanganan standar rumah sakit tanpa diberikan tambahan latihan ROM 4x sehari selama 7 hari. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji test independen dan uji t-test dependen. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot meningkat (p=0,000) dan kemampuan fungsional meningkat (p=0,000) secara signifikan setelah diberikan latihan ROM. Karakteristik demografi jenis kelamin tidak berhubungan dengan kekuatan otot namun berhubungan dengan kemampuan fungsional. Sedangkan umur, frekuensi stroke dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kekuatan otot dan kemampuan fungsional. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan ROM berpenganth terhadap peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional. Saran peneliti yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dan penggunaan latihan ini sebagai intervensi mandiri dalam asuhan keperawatan pasien stroke.Kata kunci: stroke, hemiparese, latihan ROM, kekuatan otot, LGS, kemampuan fungsional.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT Harianja, Jerni V; Astrid, Maria
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 12, No 1 (2020): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penghisapan lendir atau suction merupakan prosedur yang dilakukan dengan memasukan selang suction dengan ukuran yang sesuai kebutuhan melalui hidung, mulut, endotracheal tube (ETT) dan trakeostomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan suction Endotracheal Tube (ETT) di Ruang ICU. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian berjumlah 34 responden yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil uji univariat mayoritas usia 21- 30 tahun (41,2%), lama bekerja 4 – 8 tahun (41,2%), pendidikan DIII Keperawatan (76,5%), tingkat pengetahuan baik (73,5%), sikap positif (58,8%), pelaksanaan suction yang kompeten (85,3%). Hasil uji bivariat dengan uji statistic Kendall’s Tau menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan suction Endotracheal Tube (p value=0,028), namun tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan (p value=0,507), sikap (p value=0,954), lama bekerja (p value=0,569), usia (p value=0,220) terhadap pelaksanaan Suction Endotracheal Tube. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan suction ETT di Ruang ICU. Oleh karena itu, peningkatan pendidikan berkelanjutan ke jenjang S1 Ners perlu diupayakan sebagai upaya peningkatan kualitas mutu asuhan keperawatan.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERAWAT DENGAN KEJADIAN HEMATOMA PASKA KATETERISASI JANTUNG Junaidi; Astrid, Maria
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v3i1.46

Abstract

Pendahuluan: Kateterisasi jantung adalah prosedur memasukkan catheter kedalam arteri femoralis atau arteri radialis yang didorong dari otot aorta desenden menuju arteri koronaria. Salah satu komplikasi dari kateterisasi jantung adalah hematoma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku perawat dengan kejadian hematoma paska cateterisasi jantung. Metode: Metode penelitian  kuantitatif, desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu seluruh perawat di IMC, ICU dan Angiografi RS X sebanyak 37 orang. Teknik pengambilan sampel mengunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan.. Alat pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada 30 responden di RS Y Jakarta. Hasil: Hasil analisis univariat, mayoritas responden berada pada rentang usia dewasa muda (83,8%), masa kerja pada jenjang karir Perawat Klinik III (40,5%), pendidikan DIII Keperawatan (78,4%). Sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang prosedur paska kateterisasi jantung serta sebagian besar perawat memiliki perilaku yang baik tentang prosedur paska kateterisasi jantung (59,5%). Hasil bivariate dengan uji chi- square didapatkan secara statistik ada hubungan pengetahuan perawat (p=0,001), dan perilaku perawat  (p=0,000) dengan kejadian hematoma. Kesimpulan: Diharapkan melalui seminar, workshop dan pelatihan perawat dapat memperoleh pengetahuan adekuat tentang prosedur paska kateterisasi jantung sehingga perawat dapat menjalankan prosedur sesuai dengan ketentuan yang ada, baik dalam pemantauan, kompresi dan pelepasan  sheath.
Efektivitas Positioning Lengan Terhadap Pencegahan Terjadinya Kontraktur dan Hemiplegic Shoulder Pain pada Pasien Stroke dengan Hemiplegia Maria Astrid
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2011: PROSEDING SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN PPNI JATENG
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.837 KB)

Abstract

Latar Belakang - Salah satu komplikasi yang dapat terjadi setelah serangan stroke adalah kontraktur. Kontraktur sendiri dapat menjadi co-faktor dalam perkembangan terjadinya hemiplegic shoulder pain (nyeri sendi bahu). Kurang lebih 16%-72% pasien stroke mengalami hemiplegic shoulder pain. dan angka kejadiannya dapat meningkat hingga lebih dari 80% pada pasien stroke dengan hemiplegia dimana lengan bagian atas memiliki gerakan volunter yang minimal atau tidak memiliki gerakan volunter sama sekali. Kontraktur dan hemiplegic shoulder pain sering mencegah partisipasi pasien dalam program rehabilitasi, berkontribusi terhadap hasil akhir fungsi ekstremitas atas yang buruk dan penurunan kemandirian pasien dalam melakukan ADL.Tujuan - Untuk menerapkan program pengaturan posisi (positioning) lengan terhadap pencegahan terjadinya kontraktur abduksi bahu dan rotasi eksternal bahu serta hemiplegic shoulder pain pada pasien stroke dengan hemiplegia.Metode - pelaksanaan EBN ini menggunakan desain Quasi Experiment pre dan post test design. Jumlah sampel pada pelaksanaan EBN ini adalah 15 responden yang dirawat di ruang rawat inap yang sesuai dengan kriteria inklusi. Evaluasi dilakukan pada hari pertama dan hari terakhir (3 minggu).Hasil - Hasil yang didapatkan sesudah program positioning pada akhir minggu ke-3, didapatkan rata-rata skor nilai ROM abduksi bahu berada dalam rentang normal yaitu 180o, rata-rata skor nilai ROM rotasi eksternal bahu juga berada dalam rentang normal yaitu 90o dan tidak didapatkan adanya keluhan nyeri sendi bahu. Terlihat bahwa tidakditemukan adanya penurunan rentang gerak sendi bahu, khususnya ROM abduksi bahu dan rotasi eksternal bahu serta tidak adanya keluhan nyeri sendi dari sebelum dan sesudah positioningDiskusi - Setelah serangan stroke, kelemahan otot-otot ekstremitas atas akan mengakibatkan pasien mengalami kesulitan menggerakkan lengan untuk menjauhi sisi tubuh sebagai akibat dari gangguan fungsi motorik tubuh. Lengan pasien akan berada dalam kondisi imobit dengan otot-otot rotator internal bahu, adduktor dan ekstensor dalam posisi / kondisi memendek. Otot atau tendon dalam tubuh manusia akan mengalamipemendekan yang permanen sebagai respon terhadap stress hipertonik berlebihan yang terjadi terus menerus pada otot atau tendon tersebut, seperti sebuah spastisitas/kekakuan yang spontan.Rekomendasi - Dengan penerapan program positioning lengan atas dapat mencegah terjadinya kontraktur abduksi eksternal bahu yang ditunjukkan dengan tidak adanya penurunan rentang gerak sendi bahu untuk abduksi dan rotasi eksternal bahu. Selain itu, program positioning ini juga dapat mencegah terjadinya nyeri sendi bahu yang sering berkembang bersamaan dengan kontraktur.Kata Kunci : Stroke, Hemiplegia, Program Positioning Lengan Atas
PENGARUH LATIHAN RANGE of MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT, LUAS GERAK SENDI DAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PASIEN STROKE DI RS SINT CAROLUS JAKARTA Maria Astrid; Elly -; Budiharto -
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 4 (2011): Juni 2011
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1033.919 KB)

Abstract

Stroke adalah sindrom klinis berupa gangguan fungsi otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak. Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, di antaranya adalah defisit motorik berupa hemiparese. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi (LGS) dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment pre dan post test design dengan kelompok kontrol. Jumlah sampel penelitian 30 responden terdiri dari 15 orang pasien stroke dalam kelompok intervensi yang diberikan penanganan standar rumah sakit dan latihan ROM 4 kali sehari selama 7 hari dan 15 orang pasien stroke dalam kelompok kontrol yang hanya diberikan penanganan standar rumah sakit tanpa diberikan tambahan latihan ROM 4x sehari selama 7 hari. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji test independen dan uji t-test dependen. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot meningkat (p=0,000) dan kemampuan fungsional meningkat (p=0,000) secara signifikan setelah diberikan latihan ROM. Karakteristik demografi jenis kelamin tidak berhubungan dengan kekuatan otot namun berhubungan dengan kemampuan fungsional. Sedangkan umur, frekuensi stroke dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kekuatan otot dan kemampuan fungsional. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan ROM berpenganth terhadap peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional. Saran peneliti yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dan penggunaan latihan ini sebagai intervensi mandiri dalam asuhan keperawatan pasien stroke.Kata kunci: stroke, hemiparese, latihan ROM, kekuatan otot, LGS, kemampuan fungsional.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Sebelum Dan Sesudah Pemberian Diabetes Self Management Education (DSME) Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Matraman Jakarta Timur dany eben; Maria Astrid
Journal Health & Science : Gorontalo Journal Health and Science Community Vol 3, No 1 (2019): APRIL: JOURNAL HEALTH AND SCIENCE : GORONTALO JOURNAL HEALTH AND SCIENCE COMMUNI
Publisher : Gorontalo State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.027 KB) | DOI: 10.35971/gojhes.v1i1.2128

Abstract

Latar Belakang : DM merupakan penyakit peringkat keempat dengan 8,4 juta penderita. Jumlah penderitaDM di Puskesmas Matraman pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari 823 pasien menjadi 1223pasien pada tahun 2016.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dansesudah dari pengaruh pemberian Diabetes Self Management Education (DSME) pada pasien diabetesmelitus di klub DM Puskesmas Matraman.Metodologi: Desain penelitian Quasi Eksperimen within subjek (pre-post). Populasi adalah pasien laki-lakidan wanita yang mengikuti prolanis DM di Puskesmas Matraman, Jakarta Timur. Teknik pengambilansampel mengunakan total sampling (40 responden).Hasil Penelitian: Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dengan usia responden sebagianbesar 46-55 tahun (35%), pendidikan lulusan SD (23%), jenis kelamin mayoritas perempuan (67,5%), danpekerjaan ibu rumah tangga (60%). Analisis uji beda menggunakan uji Wilcoxon, terdapat perbedaantingkat pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000) sebelum dan sesudah diberikan edukasi DSME.Kesimpulan dan Saran: terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap setelah dilakukan edukasiberupa DSME. Diharapkan Puskesmas tetap melanjutkan edukasi berupa DSME secara terus menerus.