Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh konsentrasi giberelin dan pupuk organik cair asal rami terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rami (Boehmeria nivea (L.) Gaud) klon ramindo 1 Suherman, Cucu; Nuraini, Anne; Damayanthi, R.
Kultivasi Vol 15, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.475 KB)

Abstract

ABSTRAKRami adalah salah satu jenis tanaman penghasil serat yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dibanding tanaman kapas. Salah satu faktor penentu tinggi rendahnya hasil adalah panjang dan jumlah serat, yang antara lain ditentukan oleh tinggi dan diameter batang tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi giberelin dan pupuk organik cair rami serta memperoleh salah satu kombinasi konsentrasi giberelin dan POC rami yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan dan hasil serat tanaman rami klon Ramindo 1. Percobaan dilaksanakan dari bulan Januari 2016 sampai bulan Maret 2016 di kebun percobaan CiparanjeFaperta  Universitas Padjadjaran, Jatinangor, dengan ketinggian tempat mencapai  829 m di atas permukaan laut, dengan tanah ordo Inceptisol, dan tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) termasuk tipe C. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 8 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali, dengan perlakuan kombinasi GA0 ppm+ tanpa POC, GA50 ppm + tanpa POC, GA100 ppm + tanpa POC, GA150 ppm + tanpa POC, Larutan GA0 ppm + 40 ml/L POC, GA50 ppm + 40 ml/L POC, GA100 ppm + 40 ml/L POC, GA150 ppm + 40 ml/L POC. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian kombinasi dosis giberelin dan pupuk organik cair rami dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil serat tanaman rami klon Ramindo 1. Perlakuan GA 150 ppm dan 40 ml/L pupuk organik cair (POC) dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tanaman, bobot basah tanaman, dan bobot segar batang tanaman rami klon Ramindo 1.Kata kunci : Giberelin, pupuk organik cair, rami
Rekayasa ekofisiologis tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7 melalui pemberian asam humat dan pupuk hayati konsorsium Suherman, Cucu; Anjarsari, Intan Ratna Dewi; Rosniawaty, Santi
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.706 KB)

Abstract

Teh merupakan komoditas perkebunan penting di Indonesia. Rekayasa ekologis yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh di perkebunan adalah melalui tindakan pemupukan. Sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan kini pihak pekebun pada umumnya menggunakan input yang lebih ramah lingkungan, diantaranya dengan menggunakan asam humat dan pupuk hayati konsorsium. Saat ini asam humat telah dimanfaatkan sebagai pelengkap pupuk yang dapat meningkatkan pemanfaatan pupuk dan meningkatkan pertum-buhan tanaman. Selain asam humat, salah satu alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan adalah dengan pemeberian pupuk hayati konsorsium yang terdiri dari bakteri pelarutf posfat, bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut kalium.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pemberian asam humat dan pupuk hayati konsorsium dapat mengoptimalkan nutrisi tanaman teh belum menghasilkan guna meningkatkan efisiensi pemupukan pada teh di fase TBM. Penelitian ini dimenggunakan ran-cangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan  yakni kontrol, 10 mLasam humat,  20 mL asam humat, 30 mL Asam Humat, 1,0 g PHK/tanaman, 2,0 g PHK/tanaman dan kombinasi keduanya sehingga terdapat sembilan perlakuan yang diulang 3 kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh pemberian asam humat dan pupuk hayati konsorsium terhadap pertum-buhan tanaman teh belum menghasilkan klon GMB 7 serta pada kombinasi 1,0  g PHK/ tanaman + 10 mL Asam humat menunjukkan kecen-derungan nilai laju asimilasi bersih, luas daun, nisbah luas daun yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Kata kunci  : Teh ∙ Asam humat ∙ Pupuk hayati konsorsium 
The effect of arbuscular mychorizal fungi (AMF) and root plant growth regulator (rPGR) in increasing number of tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) planting material Suherman, Cucu; Rizky, Wieny H; Dewi, Intan Ratna
Jurnal Penelitian Teh dan Kina Vol 18, No 2 (2015)
Publisher : Research Institute for Tea and Cinchona

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.419 KB) | DOI: 10.22302/pptk.jur.jptk.v18i2.74

Abstract

Among problems encountered in the availability of quality seedlings in nurseries is a low percentage of seedlings ready to plant. The seedling will remain stunted if no treatment is provided. Therefore, there must be some treat-ments carry in the nursery, as increase seedling ready to plant. One of the problems causing lack of good seedling growth is less than optimal growth and the role of the root, thus, the increase in the growth of the tea plant seeds can be cultivated among others through im-proved root system. The objective of this re-search was to determine the effect arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and plant growth regulator (PGR) against the percentage of root seedlings were ready to plant. Root growth can be accelerated by the application of PGR roots, ability to function and role of the roots can be improved by application of biological fertilizers such as AMF. The experimental design used was a randomized block design combined con-centration of PGR roots consisting of Z0: 0 mg/mL; Z1: 25 mg/mL; Z2: 50 mg/mL; Z3: 75 mg/mL with a dose of FMA consisting of: F0: 0 g FMA/plant; F1: 5,0 g FMA/plant; F2: 7,5 g FMA/plant and F3: 10,0 g FMA/plant. The experiment was conducted at the Gambung Experimental Station at the Research Institute for Tea and Cinchona, Bandung, West Java, at a height of ± 1.350 m above sea level with the type of Andisols. Rainfall including B-type according to the classification of Schmidt and Fergusson (1951). The experiments resulted in the conclusion FMA 7,5 g dose combination treatment plants PGR-1 with a concentration of 25 mg/mL root, generating growth in both the percentage of root infection, seedling height, the number of leaves, and the amount of leaf chlorophyll and the percentage of tea planting material. The treatment resulted in a 35% increase in plant height, a number of leaves nearly 68% and the amount of chlorophyll is 83% higher compared to treatment without the FMA and without PGR. The percentage of 12 months old planting material with treatment reached 78,11% higher than the treatment without AMF and PGR which reached 49,28%.
Effect of arbuscular mycorrhizal fungi on growth of cinchona (Cinchona ledgeriana Moens) shoot cutting Cib5 and QRC clones Laksono, Agung Budi; Dewi, Intan Ratna; Suherman, Cucu; Santoso, Joko
Jurnal Penelitian Teh dan Kina Vol 16, No 2 (2013)
Publisher : Research Institute for Tea and Cinchona

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.801 KB) | DOI: 10.22302/pptk.jur.jptk.v16i2.93

Abstract

AbstractThe purposes of this study were to observe the effect of interaction between arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and shoot cutting of quinine clones at nursery phase of quinine (Cinchona ledgeriana Moens) and to obtain the combination dosage AMF with the best Cinchona clone. The experiment began from March until June 2013 at Research Institute for Tea and Cinchona, Gambung, Bandung, West Java, on altitude 1.250 meters above sea level, type of soil Andisol with acidity 6,28 and type of climate B based on Schmidt and Fergusson (1951). This experiment used split plot as an experimental design with two factors and four replications. The main plot factor is Cinchona clones with two levels Cibeureum 5 (Cib5) and Quinine Research Center (QRC). The subplot is dosage of AMF with four levels, they are 0 g/shoot cutting, 5 g/shoot cutting, 10 g/shoot cutting, 15 g/shoot cutting. The result showed that there is no interaction between two clones Cib5 and QRC with the four dosages AMF to all measured variable. The AMF with 15 g/shoot cutting treatment showed the best effect to the percentage of AMF infection, root volume, and root length and significant for both two clones compare with lower AMF dosage.
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TRIAKONTANOL DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) KULTIVAR NANI Purwoko, Bayu Adji; Suherman, Cucu; Maxiselly, Yudithia
Jurnal Agroekoteknologi Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.242 KB)

Abstract

Tobacco plant (Nicotiana tabacum L.) is an estate crop commodity that play an important role as a source of farmers and state income. The production of tobacco Cultivar Nani is categorized as low. The cultivation technique is not optimalized by the average of tobacco farmers was the factor. In consequence, cultivation technique improvement is required. Optimization of plant spacing and plant growth regulator triacontanol treatment are believed as a way to increase tobacco’s production along with the increase of plant growth. The purpose of this research was to find out the interaction between plant growth regulator triacontanol treatment and plant spacing on growth of tobacco Cultivar Nani. This experiment was conducted from January to June 2017 at the Ciparanje Experimental Station Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Province of West Java. This experiment was conducted using a split plot design with two factors and three replications. Plant spacing treatment as main plot was consisted of three level treatments that is 30 cm x 80 cm, 40 cm x 80 cm, and 50 cm x 100 cm. Plant growth regulator triacontanol as sub plot was consisted of four levels treatments that is 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm and 2000 ppm. The result of this experiment showed that there was interaction between triacontanol treatment and plant spacing in chlorophyll content of tobacco’s leaf. Plant spacing 30 cm x 80 cm was significant in tobacco’s height on 7 weeks after planting. Giving 2000 ppm concentration of triacontanol with 40 cm x 80 cm space generated to highest content of chlorophyll in tobacco’s leaf and efficient seed usage.
Respon pertumbuhan bibit nilam aceh (Pogostemon cablin benth.) Klon sidikalang pada media tanam subsoil dengan pemberian pati beras dan pupuk hayati Ariyanti, Mira; Suherman, Cucu; Dewi Anjarsari, Intan Ratna; Santika, Dewi
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.822 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14429

Abstract

Media tanam berupa topsoil masih menjadi andalan untuk mendukung pertumbuhan tanaman nilam karena kandungan mineral dan bahan organiknya yang tinggi. Seiring dengan pemanfaatannya, ketersediaan topsoil semakin berkurang dan dirasa perlu untuk mencari alternatif lain yaitu dengan memanfaatkan subsoil. Peningkatan unsur hara dalam subsoil dilakukan dengan cara pemberian pupuk organik berupa pati beras dan pupuk hayati. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor pada Juni 2011- September 2011. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 11 kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan percobaan meliputi  top soil,  sub soil + pupuk anorganik N 1.75 g, sub soil + 25 g pati beras, sub soil + 50 g pati beras, sub soil + 75 g pati beras, sub soil + 25 g pati beras + pupuk hayati EMAS 2.5 g, sub soil + 50 g pati beras + pupuk hayati EMAS 2.5 g, sub soil + 75 g pati beras + pupuk hayati EMAS 2.5 g, sub soil + 25 g pati beras + pupuk hayati EMAS 5 g, sub soil + 50 g pati beras + pupuk hayati EMAS 5 g, sub soil + 75 g pati beras + pupuk hayati EMAS 5 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian  25 g pati beras + PHE 2,5 g pada media tanam subsoil menghasilkan pengaruh yang paling baik terhadap pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, pertambahan cabang, luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, dan bobot kering akar tanaman nilam. Pati beras mengandung 0.8% N, 0.29% P2O5, 0.07% K2O, 1.48% CaO, 1.14% MgO, 10.04 % C-organik. 
Respons tiga klon tanaman rami (Boehmeria nivea (L.) Gaud) terhadap konsentrasi asam giberelat yang berbeda Suherman, Cucu; Nurainni, Anne; Wulandari, Veronika Sri Rahayu
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.033 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14470

Abstract

Tanaman rami merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penghasil serat yang serat-nya dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi zat pengatur tumbuh asam giberelat (GA3) dan tiga klon rami terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rami serta mengetahui interaksi konsentrasi asam giberelat dan klon rami yang paling baik. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang, ordo tanah Inceptisol, waktu pelaksanaan bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017. Tipe curah hujan C (agak basah) menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, dengan ketinggian tempat 754 mdpl. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan dua belas perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah klon rami yang terdiri atas tiga taraf, yaitu Pujon 13, Bandung A, dan Ramindo 1. Faktor kedua adalah konsentrasi asam giberelat, yaitu 0 ppm, 75 ppm, 150 ppm, dan 225 ppm. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh interaksi klon  dengan konsentrasi GA3 terhadap jumlah daun umur 12 MST, diameter batang umur 8 dan 12 MST, dan tinggi tanaman 12 MST. Pengaruh interaksi terbaik terjadi pada perlakuan klon Bandung A dengan asam giberelat 225 ppm, ditunjukkan oleh jumlah daun umur 12 MST, serta diameter batang umur 8 dan 12 MST. Pengaruh mandiri terbaik juga dihasilkan oleh klon Bandung A serta asam giberelat 225 ppm. Kata kunci: Asam Giberelat, Klon, Rami Kata kunci: Asam Giberelat, Klon, Rami
Kadar pati akar dan sitokinin endogen pada tanaman teh menghasilkan sebagai dasar penentuan pemangkasan dan aplikasi zat pengatur tumbuh Anjarsari, Intan Ratna Dewi; Hamdani, Jajang Sauman; Victor Zar, Cucu Suherman; Nurmala, Tati; Sahrian, Heri; Rahadi, Vitria Puspitasari
Kultivasi Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.569 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v17i2.16786

Abstract

ABSTRAK Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan salah satunya untuk menginisiasi tumbuhnya banyak tunas sebagai bakal pembentukan pucuk peko. Pemangkasan mengubah luas daun, kapasitas fotosintesis perdu, mempengaruhi keseimbangan metabolisme antara organ di atas dan di bawah tanah dengan  mengurangi  jumlah tumbuh tunas yang berfungsi sebagai sumber dan pengguna untuk nutrisi dan hormon. Sampai saat ini pertumbuhan tunas sebagai bakal daun setelah pemangkasan terjadi secara alami tanpa penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pada dasarnya rekayasa fisiologis dengan menggunakan ZPT sitokinin dapat menjadi pilihan untuk lebih memacu pertumbuhan cabang lateral dan tunas serta memecahkan dormansi pucuk. Tujuan penelitian pendahuluan ini  adalah untuk mengetahui   kadar pati akar, kadar sitokinin endogen, serta status hara tanah  guna menentukan waktu pemangkasan yang tepat dan dasar untuk dilakukan aplikasi zat pengatur tumbuh setelah dipangkas. Penelitian selanjutnya adalah penggunaan sitokinin BAP pada berbgai dosis pada tanaman teh yang sudah dipangkas.  Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus  hingga Oktober 2017 di kebun percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung  pada ketinggian 1250 m di atas permukaan laut (dpl). Metode pengambilan sampel daun, akar, dan tanah di lapangan dilakukan secara komposit untuk setiap ulangan selanjutnya dilakukan analisis pati akar, sitokinin endogen serta hara tanah. Hasil uji kualitatif pati akar menggunakan iodium mengindikasikan bahwa tanaman teh siap untuk dipangkas terlihat dari sampel akar yang ditetesi iodium menunjukkan warna hitam. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar pai akar berada pada kisaran 6.99 % hingga 9,16% dan sitokinin endogen ada pad akisaran 0,0016% hingga0,0019%.  Penentuan kadar pati akar, kondisi lingkungan serta status hara sebelum pemangkas diperlukan agar meminimalisasi tingkat kematian perdu teh serta analisis sitokinin endogen diperlukan untuk lebih  mengoptimalkan dosis sitokinin yang akan diberikanKata Kunci : pemangkasan, sitokinin endogen, kadar pati akar. ABSTRACT  Pruning on tea plants is  perfomed initiating growth of shoots to be pecco stadia. Pruning changes the leaf area, the capacity of photosynthetic tea bush, affecting the metabolic balance between upper and underground organs by reducing the growing number of buds that function as sources and sinks for nutrients and hormones. Until now the growth of shoots as leaf will after pruning occurs naturally without the addition of plant growth regulating substances (PGR). Essentially physiological engineering using  cytokinins can be an option to increase the growth of lateral branches and buds as well as break the shoot dormancy. The preliminary study was conducted from August to October 2017 at experimental field of Gambung Tea and Quinine Research Center (PPTK) at an altitude of 1250 m above sea level (asl). Preliminary method used in the form of analysis of root starch, endogenous cytokinin and soil nutrients to  determined the proper pruning time and the basis for the application of  plant growth regulator substances after pruning. The results of a qualitative test of root content using iodine indicated that the tea plant was ready to be pruned visible from the root samples that iodized spots showed black. The result of  laboratory test  showed that root starch content was in the range of 6.99 to 9.16. and cytokinin endogen  preliminary analysis showed that the levels are in the range of 0.0016 up to 0.0019. Determination of root starch, environmental conditions and nutrient status before pruning is necessary in order to minimize mortality rate of tea bush as well as analysis of endogenous cytokinin is needed to further optimize the dose of cytokinin to be given. Keywords : cytokinins, pruning,  root starch content
Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum sp.) yang diberi pupuk hayati pada pertanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TBM I. Suherman, Cucu; Soleh, Mochamad Arief; Nuraini, Anne; Fatimah, Annisa Nurul
Kultivasi Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.32 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v17i2.18116

Abstract

ABSTRAK Penerapan sistem tanam tumpangsari pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit merupakan upaya optimalisasi lahan. Pada TBM I  terdapat 75 % ruang terbuka yang dapat ditanami tanaman sela, misalnya tanaman cabai. Tanaman sawit umumnya ditanam pada lahan marginal, maka untuk optimasi pertumbuhan tanaman sela perlu dipilih varietas yang baik dan dilakukan pemupukan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh pengaruh interaksi terbaik varietas dan dosis pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai yang ditanam pada pertanaman kelapa sawit TBM 1. Percobaan dilakukan mulai Oktober 2017 sampai Pebruari 2018 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas padjadjaran.  Ordo tanah inceptisol. Tipe curah hujan C menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, ketinggian tempat ± 780 m dpl. Rancangan menggunakan Split plot design,  varietas sebagai main plot terdiri atas dua taraf, yaitu CK5 dan CB2 dan dosis pupuk hayati sebagai sub plot terdiri atas enam taraf, yaitu 0, 50, 100,150, 200 dan 250 mL/tanaman. Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai dipengaruhi secara mandiri maupun interaksi varietas dan dosis pupuk hayati. Pada CK5 taraf dosis pupuk hayati 200 mL/tanaman menghasilkan tinggi tanaman, lebar kanopi dan jumlah cabang yang lebih baik. Pada CB2, taraf dosis 150 mL/tanaman memberikan pengaruh interaksi lebih baik. Secara mandiri, dosis pupuk hayati 150 mL/tanaman menghasilkan pertumbuhan terbaik pada tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah cabang, bobot dan jumlah buah tanaman cabai, sementara untuk varietas CK5 menghasilkan tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang dan jumlah buah yang lebih baik dibanding CB2.Kata kunci : Tumpangsari, varietas cabai, pupuk hayati. ABSTRACT Intercropping system on immature plant of oil palm is an alternative cropping system to reach land optimization. In immature oil palm plantation there is 75% uncover space among the crops which could be used for cultivating annual crops. Generally, oil palm is cultivated on marginal land, so that to optimize the growth of annual crop is needed proper variety and fertilization. The objective of this research was to get the best interaction effect among variety and dosage of organic fertilizer at year 1 immature palm. The experiment was conducted at experimental station of Agricultural Faculty, Universitas Padjadjaran from Oct 2017 to Feb. 2018, it used of split plot. Variety was a main plot with two level namely: CK5 and CB2, the dosage of organic fertilizer was a sub plot with six level namely: 0, 50, 100, 150, 200, and 250 mL of organic fertilizer. All treatments were repeated for four times. The growth and yield of chili crop were affected independently by variety or fertilizer dosage even by interaction of both. CK5 and 200 mL of fertilizer showed better on plant height, canopy width, and number of branch, whereas interaction effect of CB2 and 150 mL of fertilizer showed the best on plant growth. Independent effect of organic fertilizer of 150 mL affected on plant height, canopy width, branch number, fruits number and weight of chill crop. Independent effect of variety of CK5 showed better than of CB2 on plant height, fruit number and yield.Keywords : Intercropping, Chili Variety, Organic Fertilizer
Pengaruh metode aplikasi dan dosis stimulan cair terhadap produksi lateks pada tanaman karet Klon PR 300 umur 25 tahun Cucu Suherman; Intan Ratna Dewi; Ria Wulansari
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.767 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23586

Abstract

Sari. Penggunaan stimulan pada tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan salah satu upaya yang umum dilakukan untuk meningkatkan produksi lateks. Penggunaan stimulan bertujuan untuk memperpanjang masa aliran lateks sehingga lateks yang dihasilkan dapat lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik dari metode aplikasi dan dosis stimulan cair yang digunakan untuk meningkatkan produksi lateks pada klon PR 300. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2015 di PT. PP Bajabang Indonesia yang memiliki ketinggian tempat 200 meter di atas permukaan laut dengan ordo tanah Inceptisol. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 11 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali dengan susunan perlakuan sebagai berikut: Tanpa stimulant (A); Metode Groove + dosis 0,5 mL/pohon (B); Metode Groove + dosis 0,6 mL/pohon (C); Metode Groove + dosis 0,7 mL/pohon (D); Metode Groove + dosis 0,8 mL/pohon (E); Metode Groove + dosis 0,9 mL/pohon (F); Metode Bark + dosis 0,5 mL/pohon (G); Metode Bark + dosis 0,6 mL/pohon (H); Metode Bark + dosis 0,7 mL/pohon (I); Metode Bark + dosis 0,8 mL/pohon (J); dan Metode Bark + dosis 0,9 mL/pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode aplikasi groove dan bark yang dikombinasikan dengan beberapa dosis stimulan cair pada tanaman karet umur 25 tahun menghasilkan volume lateks yang relatif sama dengan tanpa stimulan pada klon PR 300.Kata kunci: Klon PR 300 ∙ Stimulan karet ∙ Penyadapan Abstract. The application of stimulant on rubber tree is one of the common efforts to increase latex production. This application is supposed to extend the period of latex flow, so that can produce more latex. The aim of this research was to get the best treatment combination of application method and liquid stimulant dosage that used to increase latex production on clone PR 300. The research was conducted from March to May 2015 at PT. PP Bajabang Indonesia at 200 meters altitude. The research was arranged using Randomized Block Design (RBD), consisted of 11 treatments and 3 replications. The treatments were: Without Stimulant (A); Groove Method + 0.5 mL/tree dose (B); Groove Method + 0.6 mL/tree dose (C); Groove Method + 0.7 mL/tree dose (D); Groove Method + 0.8 mL/tree dose (E); Groove Method + 0.9 mL/tree dose (F); Bark Method + 0.5 mL/tree dose (G); Bark Method + 0.6 mL/tree dose (H); Bark Method + 0.7 mL/tree dose (I); Bark Method +0.8 mL/tree dose (J); and Bark Method + 0.9 mL/tree dose (K). The results of this research showed that groove method and bark method that combined with variant dosage of liquid stimulant in 25 years old rubber plants produced the same latex with no stimulant on clone PR 300.Keywords: Clone PR 300 ∙ Rubber stimulant ∙ Tapping 
Co-Authors Agung Budi Laksono Agung Budi Laksono, Agung Budi Albert Franscyscus ANNE NURAINI Anne Nurainni Annisa Nuraisah Annisa Nurul Fatimah Apong Sandrawati Arya Hanif Nugroho Ashari, Asri Mulya Asmi Maulina Bayu Adji Purwoko Dewi Santika Dewi Santika Dimas Nur Annisa Dimas Nur Annisa Istiqomah Erdiansyah Rezamela Esnakelga Bernadetha Keliat Farin Gelsbrata Firma Fatimah, Annisa Nurul Fetrina Oktavia Fetrina Oktavia Gita Natali Heri Sahrian Heri Syahrian Heri Syahrian Khomaeni Heru Rizka Santosa Ikhwan Fadli Pangaribuan Indriana, Kovertina Rakhmi Intan Ratna Dewi Anjarsari Jajang Sauman Hamdani Joko Santoso M. Amrul Khoiri Marenda Ishak Sonjaya Sule Meddy Rachmadi Mira Ariyanti Mira Ariyanti Mochamad Arief Sholeh Mochamad Arief Soleh Mochamad Arief Soleh Mochamad Arief Soleh Mochamad Arief Soleh Mochamad Arief Soleh, Mochamad Arief Mohamad Arief Soleh Nurainni, Anne Purwoko, Bayu Adji R. Damayanthi R. Damayanthi, R. Ria Wulansari Rija Sudirja Rina Devnita Ruminta Ruminta Sahrian, Heri Saiful Afif Almatholib Santi Rosniawaty Siti Zubaidah Sri Desi Nurliawati Sukmayana, Dodi Sumadi Sumadi Sumadi Sumadi Syamsiyah Syaher Syamsiyah Syamsiyah Syfani Fitria Tati Nurmala Tati Nurmala Tati Nurmala Tati Nurmala Utari Madani Jayyidah Veronika Sri Rahayu Wulandari Vitria Puspitasari Rahadi Vitria Puspitasari Rahadi Vitria Puspitasari Rahadi Widara Almaghfirah Ismail Wieny H Rizky Wieny H Rizky, Wieny H Wulandari, Veronika Sri Rahayu Yudithia Maxiselly Yudithia Maxiselly Yudithia Maxiselly, Yudithia