This Author published in this journals
All Journal Kultivasi
Aep Wawan Irwan
FAPERTA UNPAD

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh pupuk hayati majemuk dan pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di inceptisol Jatinangor Aep Wawan Irwan; Tati Nurmala
Kultivasi Vol 17, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.759 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i3.19583

Abstract

Sari. Kedelai merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan fosfor dalam jumlah besar. Ketersediaan P merupakan faktor pembatas utama pada pertumbuhan dan produksinya. Fosfor tidak banyak tersedia untuk tanaman, sehingga dibutuhkan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme untuk dapat melarutkan fosfor. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis pupuk hayati majemuk dan pupuk P yang efektif dan dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil tanaman kedelai kultivar Anjasmoro. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2017 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, dengan ketinggian tempat yaitu ± 780 mdpl. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 9 perlakuan dan diulang tiga kali, adapun perlakuannya yaitu : tanpa pupuk fosfor dan tanpa pupuk hayati; 100 kg/ha pupuk fosfor; 5 L/ha pupuk hayati; 100 kg/hapupuk fosfor + 5 L/ha pupuk hayati; 100 kg/ha pupuk fosfor + 8 L/ha pupuk hayati; 100 kg/ha pupuk fosfor + 10 L/ha pupuk hayati; 150 kg/ha pupuk fosfor  + 5 L/ha pupuk hayati; 150 kg/ha pupuk fosfor  + 8 L/ha pupuk hayati dan 150 kg/ha pupuk fosfor  + 10 L/ha pupuk hayati. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi pupuk fosfor 150 kg/ha + pupuk hayati 10 L/ha memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah bintil akar, namun tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, bobot kering tanaman, indeks luas daun, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan indeks panen.Kata Kunci: kedelai, pupuk hayati, inceptisols  Abstract. Soybeans are one of the plants that require large amounts of phosphorus. The availability of P is a major limiting factor in its growth and production. Phosphorus is not widely available for plants, so it requires biological fertilizers that contain microorganisms to dissolve phosphorus. This study aims to obtain a dose of compound biofertilizer and P fertilizer that is effective and can provide the best effect on growth, yield components, and yield of Anjasmoro cultivar soybean plants. The research conducted from March to June 2017 at the Ciparanje Experimental Field, Faculty of Agriculture, University of Padjadjaran, with altitude of 780 meters above sea level. Experiment used Randomized block design that consisted of 9 treatments. There were without biological fertilizers and without P fertilizer; 100 kg/ha P fertilizer + 5 L/ha biological fertilizer; 100 kg/ha P fertilizer + 8 L/ha biological fertilizer; 100 kg/ha P fertilizer + 10 L/ha biological fertilizer; 150 kg/ha fertilizer P + 5 L/ha biological fertilizer; P 150 kg/ha fertilizer + 8 L/ha biological fertilizer; 150 kg/ha fertilizer P + 10 L/habiological fertilizer. It was repeated three times. The results showed that a combination of phosphorus fertilizer 150 kg/ha + biological fertilizer 10 L/ha gave were significant effect on plant height and the number of root nodules but it had no effect on plant height, plant dry weight, leaf area index, number of seeds, seed weight, and harvest index.Keywords: soybean, biofertilizer, inceptisols
Respons tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida terhadap aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT) Agus Wahyudin; Dedi Widayat; Fiky Yulianto Wicaksono; Aep Wawan Irwan; Abdulah Hafiz
Kultivasi Vol 17, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.484 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i3.18989

Abstract

Sari. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil tanaman jagung akibat persiapan lahan dengan menggunakan herbisida paraquat pada lahan tanpa olah tanah (TOT), serta memperoleh dosis yang tepat yang dapat digunakan dalam budidaya jagung untuk menggantikan olah tanah sempurna (OTS). Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat ± 750 meter diatas permukaan laut  dan ordo tanah Inceptisol serta tipe curah hujan C3 menurut Oldeman (1975). Percobaan dilaksanakan dari bulan Mei 2017 hingga Agustus 2017.  Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 6 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Perlakuannya adalah sebagai berikut : Perlakuan TOT + Herbisida Paraquat Diklorida Dosis 207g/L, TOT + Herbisida Paraquat Diklorida  Dosis 276g/L, TOT + Herbisida Paraquat Diklorida Dosis  345g/L, TOT + Herbisida Paraquat Diklorida Dosis  414g/L, TOT + Penyiangan Manual, dan  Kontrol (OTS). Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian herbisida paraquat 414 g/L untuk persiapan lahan dengan TOT pada tanaman jagung  dapat menyamai OTS.Kata kunci : Paraquat , Persiapan lahan, Jagung, Tanpa olah tanah  Abstract. This study aims to determine growth and yield of maize caused by land preparation using paraquat herbicide at zero tillage, then find the best dosage of paraquat that can be replaced full tillage in maize cultivation. The experiment was conducted at the experimental field Ciparanje, Faculty of Agriculture, University of Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang Regency, West Java at ± 750 meters above sea level, soil order was Inceptisols, the type of rainfall was C3 according Oldemann classification. The experiment conducted from May 2017 until August 2017. It used  randomized block design that consisted of 6 treatments and repeated four times. The treatments were: zero tillage + Paraquat Dicloride at the dosage 207g/L, zero tillage + Paraquat Dicloride at the dosage 276g/L, zero tillage + Paraquat Dicloride at the dosage 345g/L, zero tillage + Paraquat Dicloride at the dosage 414g/L, zero tillage +  weeding manual, and full tillage as control. The results of the experiments showed that application of paraquat 414 g/L can replace full tillage.Keyword : Land preparation, Paraquat, Maize, Zero tillage
Pengaruh pupuk hayati dan pengapuran terhadap produktivitas kedelai di tanah Inceptisol Jatinangor Aep Wawan Irwan; Tati Nurmala
Kultivasi Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.664 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i2.18117

Abstract

ABSTRAK Kedelai merupakan tanaman pangan dengan kandungan protein tinggi sebagai bahan baku utama berbagai makanan, sehingga kebutuhan kedelai di Indonesia selalu tinggi. Hasil kedelai dapat ditingkatkan melalui aplikasi pupuk hayati dan pengapuran. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang  pada ordo tanah Inseptisol. Penelitian dilakukan dari Maret 2017 sampai Juni 2017. Rancangan percobaannya adalah Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari sembilan perlakuan, yaitu tanpa pupuk hayati dan tanpa pengapuran (kontrol); pupuk hayati 5 liter/ha + tanpa pengapuran; pupuk hayati 8 liter/ha + tanpa pengapuran; tanpa pupuk hayati +  pengapuran 140 kg/ha; pupuk hayati 5 liter/ha +  pengapuran 140 kg/ha; pupuk hayati 8 liter/ha +  pengapuran 140 kg/ha; tanpa pupuk hayati +  pengapuran 200 kg/ha; pupuk hayati 5 liter/ha +  pengapuran 200 kg/ha; dan pupuk hayati 8 liter/ha +  pengapuran 200 kg/ha. Semua perlakuan diulang 3 kali. Hasil percobaannya yaitu aplikasi pupuk hayati dan pengapuran tidak menunjukkan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong, jumlah biji, jumlah bunga, bobot kering tanaman, bintil akar efektif, Indeks Luas Daun (ILD), bobot biji, Indeks Panen dan bobot 100 butir, namun berpengaruh nyata pada pengamatan tinggi tanaman serta jumlah cabang produktif. Hasil panen tertinggi mencapai 36,86 g/tanaman atau sekitar 1,1 ton/ha.Kata kunci : kedelai, pengapuran, pupuk hayati, inceptisols. ABSTRACT Soybean is a food plant with high vegetable protein content,  is always lack of demand. Its yield can be improved by biofertilizer and lime application. This research was conducted at Experimental Field of Agricultural Faculty of Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang, on Inceptisols, from March 2017 to June 2017. It used Randomized Block Design, nine treatments and three replications, as follows: without biological fertilizer and without liming (control); biological fertilizer 5 liters / ha + without liming; biological fertilizer 8 liters / ha + without liming; without biological fertilizer + liming 140 kg / ha; biological fertilizer 5 liters / ha + liming 140 kg / ha; biological fertilizer 8 liters / ha + liming 140 kg / ha; without biological fertilizer + liming 200 kg / ha; biological fertilizer 5 liters / ha + liming 200 kg / ha; and biological fertilizer 8 liters / ha + liming 200 kg / ha. The results showed that there were no significant effect on the number of pods, the number of seeds, the number of flowers, the dry weight of the plant, the effective root nodule, leaf area index (ILD), yield, harvest index, and 100 grain weight, but there were significant effect on plant height and number of productive branches. The best yield reached 36.86 g / plant or about 1.1 tons / ha.Key words : soybean, liming, biological fertilizer, inceptisols.
Pengaruh pola tanam tumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung Yuyun Yuwariah; Dedi Ruswandi; Aep Wawan Irwan
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.804 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i3.14377

Abstract

Jagung dan kedelai merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi di Indonesia. Konsumsi jagung dan kedelai akan terus mengalami peningkatan setiap tahun dikarenakan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Sistem tumpangsari merupakan sistem pertanaman dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui genotip jagung hibrida yang terbaik ditumpangsarikan dengan kedelai. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Arjasari, Kabupaten Bandung dengan ketinggian tempat mencapai  960 m di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 20 perlakuan dan diulang sebanyak 2 kali, dengan perlakuan 18 genotip dan 2 genotip cek, terdiri dari F1B X 4.8.8, F1E X 1.1.3, F1D X 3.1.4, F1F X G203, F1A X 4.8.8,, F1E X 3.1.4, F1H X G-673, F1I X G203, F1B X 1.1.3, F1E X 3.1.4, F1C X G203-1, F1G X 16.5.15, F1D X 16.5.15, F1H X 1.1.3, F1A X 16.5.15, F1I X G673, F1G X 673, F1C X 4.8.8, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12 yang masing-masing ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari jagung dan kedelai dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung genotip F1F x 3.1.4, Maros 1 x 2, dan Maros 11 x 12.  Perlakuan jagung hibrida genotip F1B x 1.1.3, F1B x 4.8.8, F1C x 4.8.8, F1I x G203-1, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12  yang ditumpangsarikan dengan kedelai memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot biji pipilan kering per petak sebesar 2,60 – 3,30  kg/m2 setara dengan 5,77 – 7,34 ton/ha.Kata kunci : Jagung Hibrida, Kedelai, Tumpangsari
Pengaruh inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskula (MVA) dan pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman kedelai pada tanah Inceptisols Jatinangor Aep Wawan Irwan; Agus Wahyudin
Kultivasi Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.009 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i2.13856

Abstract

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara pupuk organik cair dan MVA sehingga diketahui dinamika pengaruh faktor pada taraf pupuk pelengkap cair yang berbeda dari faktor MVA yang diberikan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai kultivar Kaba pada tanah inceptisols di Jatinangor. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, dari bulan November 2014 sampai April 2015.Percobaan ini menggunakan metode dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor pertama adalah dosis Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA), yaitu 5 g/polybag, 10 g/polybag dan 15 g/polybag dan faktor kedua yaitu dosis pupuk pelengkap cair (PPC) merk dagang ”Pesat”, yaitu 10 cc/L, 15 cc/L dan 20 cc/L, dan dimana perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh jumlah plot masing-masing unit percobaan adalah 3 x 3 x 3 = 27 polybag, dan setiap plot percobaan dibuat tiga unit sehingga diperoleh 81 polybag. Untuk menguji beda hasil rata-rata perlakuan, dilakukan uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5%.Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara inokulasi mikoriza vasikular arbuskula dengan pupuk pelengkap cari terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman kedelai.  Pemberian MVA 15 g/polybag memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi tanaman, Indeks Luas Daun, Jumlah Cabang Produktif dan Jumlah Buku Subur, Jumlah Polong Isi dan Jumlah Polong Hampa per Tanaman, Bobot 100 butir, Bobot Biji per Tanaman dan Indeks Panen, sedangkan pemberian 20 cc/L pupuk pelengkap cair memberikan pengaruh yang lebih baik tinggi tanaman, Indeks Luas Daun, Jumlah Cabang Produktif dan Jumlah Buku Subur, Jumlah Polong Isi dan Jumlah Polong Hampa per Tanaman Bobot 100 butir, Bobot Biji per Tanaman dan Indeks Panen. Bobot biji per tanaman yang tertinggi sebesar 31,71 g/tanaman atau sekitar 3.04 ton/ha. Kata kunci : kedelai, mva, pupuk pelengkap cair 
Perbandingan pengukuran luas daun kedelai dengan metode gravimetri, regresi dan scanner Aep Wawan Irwan; Fiky Yulianto Wicaksono
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (904.419 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i3.14448

Abstract

Luas daun merupakan salah satu parameter penting yang diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.), oleh karena itu diperlukan teknik pengukuran yang cepat dan tepat. Dengan mengetahui luas daun, maka akan diketahui indeks luas daunnya dengan cara membaginya dengan luas kanopi tanaman. Selain pengukuran dengan menggunakan Leaf Area Meter,  pengukuran dengan menggunakan metode dasar (gravimetri) masih sering dipergunakan. Penggunaan metode lainnya adalah dengan cara regresi dan penggunaan alat scanner, dimana metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk pelaksanaan pengukuran luas daun kedelai ini digunakan tanaman kedelai kultivar Anjasmoro yang ditanam di polybag di Kebun Percobaan Hidroponik Fakultas Pertanian UNPAD Jatinangor dari bulan September sampai dengan bulan November 2016.  Setelah dilakukan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa metode regresi dan metode scanner mendapatkan hasil pengukuran luas daun kedelai yang lebih teliti dibandingkan dengan metode gravimetri. Perlu disarankan penggunaan leaf area meter untuk kalibrasi terhadap tingkat ketelitian dari ketiga metode yang diuji. Kata kunci : luas daun, kedelai, gravimetri, scanner