Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh cekaman kekeringan terhadap hasil dan sensitivitas tiga genotip jawawut Sheli Mustikasari Dewi; Yuyun Yuwariah; Warid Ali Qosim; Dedi Ruswandi
Kultivasi Vol 18, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.786 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i3.19636

Abstract

Jawawut merupakan salah satu tanaman serealia lokal Indonesia yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan genotip jawawut yang memberikan hasil paling baik dan sensitivitas paling rendah pada berbagai tingkat pemberian air di rumah plastik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNPAD. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Petak utama terdiri dari tiga macam genotip, yaitu genotip 44, 46, dan 48. Anak petak terdiri dari tiga taraf kadar air tanah, yaitu 75%, 50%, dan 25% dari kapasitas lapang. Hasil penelitian menunjukkan genotip 46 dan 48 menghasilkan bobot biji per rumpun lebih banyak dibandingkan genotip 44, masing-masing sebesar 32, 50 g-1 dan 32,57 g-1 vs 25,81 g-1, namun genotip 48 merupakan genotip dengan kriteria peka (P), yang memiliki indeks sensitivitas 1,25. Genotip 44 dan 46 termasuk keriteria medium toleran (MT), dengan indeks sensitivitas masing-masing sebesar 0,87 dan 0,85. Sekalipun hasilnya paling rendah namun genotip 44 memiliki potensi adaptif untuk dikembangkan di lahan kering dengan kemampuan menghasilkan prolin yang lebih banyak dibandingkan genotip 46 dan 48 pada tiga level pemberian air yang berbeda dengan kurva respons hasil yang masih linier bila dikaitkan antara prolin, hasil, dan indeks sensitivitas.Kata kunci : genotip jawawut, kadar air tanah, hasil, sensitivitas ABSTRACTMillet is one of Indonesian local food crops that can develope as food sources. The purpose of this study was to obtain the genotypes of millet which gave the best effect on the yield and lower sensitive at various levels of water supply in the plastic house. The study was conducted from June to September 2017 at the Experimental Station of The Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Sumedang, Indonesia. The research used Split Plot Design with three levels of main plot: genotypes 44, 46, and 48. Subplot consisted of three levels of water field capacity: 75%, 50% and 25%. The results showed that the genotype 46 and 48 had the higher seed weight than genotype 44 (32,50 g-1 and 32,57 g-1 vs 25,81 g-1), but the genotype 48 had sensitive(S) with sensitivity index 1,25. Genotype 44 and 46 had medium toleran (MT) with sensitivity index 0,87 and 0,85. Even had the lower yield, genotype 44 had adaptive potential to developed in the dry land, with proline production more than other genotypes at the three levels of different available water capacity, and yield response curve was still linier when linked between proline, yield and sensitivity index.Key words: millet genotype, soil water content, sensitivity
Pengaruh suhu penyimpanan dan konsentrasi sitokinin terhadap pematahan dormansi benih kentang (Solanum tuberosum L.) G2 Anne Nuraini; Sumadi Sumadi; Yuyun Yuwariah; Hanifah Rulistianti
Kultivasi Vol 18, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.097 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i3.21468

Abstract

Sari. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah satu komoditas yang mendapat prioritas pengembangan, karena produk tanaman ini dipakai sebagai sumber karbohidrat serta memiliki potensi dalam diversifikasi pangan. Salah satu permasalahan dalam produksi kentang adalah terbatasnya persediaan benih kentang, karena adanya fase dormansi. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara suhu penyimpanan dan konsentrasi sitokinin terhadap pematahan dormansi benih kentang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan tiga ulangan.  Petak utama adalah suhu penyimpanan dengan tiga taraf, yaitu: suhu rendah ±10oC , suhu ruang  ±25oC  dan suhu tinggi ±30oC. Anak petak adalah empat taraf konsentrasi sitokinin, yaitu: 0 mgL-1, 50 mgL-1, 100 mgL-1, dan 150 mgL-1. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan dengan konsentrasi sitokinin dalam mempercepat pematahan dormansi benih kentang. Penyimpanan benih kentang pada suhu ruang disertai pemberian konsentrasi sitokinin 50 mgL-1 dapat mempercepat pematahan dormansi benih kentang G2. Perlakuan suhu rendah menghasilkan tunas yang lebih panjang tapi bobotnya tidak berbeda dengan yang diberi perlakuan suhu ruang dan suhu tinggi, sedangkan pengaruh perlakuan sitokinin tidak berbeda terhadap panjang tunas, persentase tumbuh tunas per ubi, dan bobot segar tunas.Kata Kunci : Benih Kentang, Suhu Penyimpanan, Sitokinin, DormansiAbstract. Potato (Solanum tuberosum L.) is one of the important agriculture commodities, because it contains carbohydrates and can use for food diversification in Indonesia. One of the problems in potato production is the limited of seed potatoes, because of potato seed dormancy. This experiment analyzed the interaction between storage temperature and concentration of cytokinin on dormancy breaking of potato seed. The experimental design used Split Plot Design with three replications. The main plot was the temperature of storage, that consisted of three levels: low temperature ± 10°C, room temperature  ± 25°C and high temperature  ± 30oC. Subplot consisted of four levels of cytokinin concentration: 0 mgL-1, 50 mgL-1, 100 mgL-1 and 150 mgL-1. The results of the experiment showed that there was an interaction effect between storage temperature and cytokinin concentration on accelerating the breakdown of potato seed dormancy. Storage of seed potatoes at room temperature with application of 50 mgL-1 cytokinin accelerated the breakdown of G2 potato seed dormancy.  Low temperature treatment resulted longer shoot but the weight was not different than other temperature treatments, whereas cytokinin treatment did not differ in shoot length, percentage of bud growth per seed, and fresh weight of shoots.Keyword: Potato Seed, Storage Temperature, Cytokinin, Dormancy
PENINGKATAN KUALITAS HASIL UBI TIGA VARIETAS KENTANG MELALUI APLIKASI PAKLOBUTRAZOL DI DUA DATARAN MEDIUM SYAHBUDIN Y.; YUYUN YUWARIAH; JAJANG SAUMAN HAMDANI; SUMADI SUMADI
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9098.204 KB) | DOI: 10.24198/.v3i1.16824

Abstract

Stabilitas dan adaptabilitas daya hasil hibrida jagung manis padjadjaran berdasarkan analisis AMMI Dedi Ruswandi; Edy Suryadi; Muhammad Syafii; Anne Nuraini; Yuyun Yuwariah
Jurnal Agro Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/8153

Abstract

Evaluasi interaksi G x E melalui pengujian multilokasi merupakan tahapan penting untuk menentukan stabilitas dan adaptabilitas hibrida superior. Untuk menentukan interaksi G x E, stabilitas dan adaptabilitas hibrida jagung manis Padjadjaran di Jawa Barat, enam belas hibrida Padjadjaran dan dua hibrida komersial diuji di tiga lokasi selama dua musim yang berbeda di Jawa Barat- Indonesia. Hasil memperlihatkan bahwa biplot AMMI dapat dengan akurat menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adapatabilitas hasil hibrida jagung manis Padjadjaran di Jawa Barat. Biplot AMMI mengidentifikasi bahwa hibrida jagung manis Padjadjaran G 10 sebagai jagung manis yang stabil di berbagai lokasi pengujian dan musim di Jawa Barat, sedangkan hibrida jagung manis Padjadjaran G5 dan Padjadjaran G11 sebagai hibrida yang spesifik lingkungan.  Biplot AMMI disarankan sebagai alat menentukan hibrida superior yang akan dilepas di Indonesia.Evaluation of genotype (G) x environment (E) interaction through multi-location testing is an important phase to determined stability and adaptability of superior hybrid. To determined G x E interaction, stability and adaptability of Padjadjaran sweet corn hybrids, sixteen new Padjadjaran sweetcorn hybrids and two commercial hybrids were tested in three locations for two different seasons in West Java, Indonesia.  Results showed that AMMI biplot was accurately determined G x E interaction, stability and adaptability of Indonesian sweet corn in West Java for yield. The AMMI biplot determined Padjadjaran G 10 sweetcorn hybrid as a stable hybrid across locations and seasons in West Java, while Padjadjaran G5 and G11 as the specific environment hybrid. The AMMI biplot is suggested to implement as a tool to release particular superior hybrid in Indonesia. Key words : Adaptability, AMMI, G x E interaction, Sweetcorn, Stabilit
Karakter agronomi beberapa jagung hibrida Padjadjaran dan hubungannya dengan hasil di dataran medium Yuyun Yuwariah; Desri Nursyahbani Putri; Dedi Ruswandi; Fiky Yulianto Wicaksono; Dhany Esperanza
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.34955

Abstract

AbstrakBudidaya tanaman jagung dengan menggunakan varietas unggul baru dapat memenuhi kebutuhan jagung, baik sebagai pangan maupun pakan dan industri. Karakter agronomi yang dimiliki oleh varietas unggul menjadi kebutuhan evaluasi perakitan kualitas benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi pada jagung hibrida Padjadjaran secara umum maupun masing-masing Jagung Hibrida Padjadjaran yang menentukan hasil. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Universitas Padjadjaran di Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung yang dilakukan  sejak  20 Februari hingga  20 Juli 2020. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan analisis regresi linear berganda dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 12 genotipe jagung hibrida dengan latar belakang genotipe yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 jagung hibrida Padjadjaran memiliki karakter tinggi tanaman, bobot tongkol dengan kelobot, serta panjang tongkol yang berbeda. Analisis jagung hibrida Padjadjaran secara umum menunjukkan bobot tongkol tanpa kelobot yang menentukan hasil dengan capaian koefisien determinasi 95% sedangkan bobot tongkol tanpa kelobot dan jumlah biji per baris pada beberapa hibrida sebagai penentu hasil.  Kata Kunci: jagung hibrida, karakter agronomi, hasil, regresi AbstractCultivation of maize by using new superior varieties can fulfill the need of maize both for food and feed as well as industry. Agronomic character possessed by superior varieties is important to evaluate during the program of seed quality assembly. This research aimed to determine which agronomic character corresponded to yield for hybrid maize in general and for each hybrid maize. This research was conducted at Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Universitas Padjadjaran, Arjasari, Bandung Regency from February 20 to July 20, 2020. The experiment used Randomize Experimental Design and Multiple Linear Regression Analysis with 12 treatments and 3 replications. Treatments consistsed of 12 genotypes of hybrid maize with different genetic background. The results showed that there was different in character of plant height, cob weight with husk and cob length. In general, Padjadjaran hybrid maizes yield were greatly affected by cob weight without husk (coefficient of determination was 95%), while cob weight without husk and number of grain on some hybrids determined the yield. Keywords: hybrid maize, agronomic character, yield, regression   
Pelatihan Teknologi Pertanian bagi Penyuluh Pertanian Kabupaten Majalengka Umar Dani; Sri Ayu Andayani; Ida Marina; Yayan Sumekar; Dedi Widayat; Uum Umiyati; Denny Kurniadie; Yuyun Yuwariah
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.612 KB) | DOI: 10.31949/jb.v4i1.4179

Abstract

Keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh kondisi sumberdaya alam, peran penyuluh pertanian dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas dan kompetensi Penyuluh Pertanian Kabupaten Majalengka. Metode Pelatihan yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan praktek lapangan. Hasil pelatihan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap mengenai agribisnis dan teknologi budidaya dari 33%-80%, serta peningkatan kemampuan peserta dalam mempraktekan teknik aplikasi herbisida dari 33%-68%. Kesimpulan terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta kegiatan pelatihan teknologi pertanian bagi Penyuluh Pertanian Kabupaten Majalengka
Seleksi jagung hibrida UNPAD berdasarkan komponen hasil dan parameter tumpangsari pada sistem tanam tumpang sari jagung-ubi jalar Jajang Supriatna; Fakhri Nasharul Syihab; Novriza Sativa; Yuyun Yuwariah; Dedi Ruswandi
Jurnal AGRO Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/14955

Abstract

Tumpangsari merupakan pemanfaatan lahan dengan cara menanam dua jenis tanaman atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem tanaman tumpangsari adalah penentuan jenis serta kultivar tanaman yang digunakan. Sebagian besar kultivar jagung yang beredar di masyarakat dikembangkan untuk pertanaman tunggal sehingga diperlukan kegiatan seleksi untuk mendapatkan kultivar jagung yang sesuai untuk sistem tanam tumpangsari. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi 22 jagung hibrida berdasarkan komponen hasil dan parameter tumpangsari. Penelitian dilaksanakan di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Garut, Jawa Barat dengan.ketinggian 1346 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktor Tunggal dengan dua metode yaitu metode eksperimental dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan 20 hibrida terseleksi berdasarkan karakter diameter tongkol, 18 hibrida berdasarkan karakter panjang tongkol, 19 hibrida berdasarkan karakter jumlah baris biji per tongkol, dan 13 hibrida berdasarkan karakter jumlah biji per tongkol. Berdasarkan parameter tumpangsari terseleksi 3 hibrida dengan kritera menguntungkan dalam kondisi sistem tanam tumpangsari dengan ubi jalar berdasarkan Land Equivalent Ratio (LER), 13 hibrida menunjukkan lebih kompetitif dibandingkan dengan ubi jalar berdasarkan Competitive Ratio (CR), dan semua hibrida mengalami kehilangan hasil berdasarkan Actual Yield Loss (AYL). Hibrida DR7 x DR8, DR 14 X DR 18 dan MDR 3.1.4 X MDR 18.5.1 merupakan hibrida terseleksi berdasarkan komponen hasil dan parameter tumpangsari.ABSTRACTIntercropping is cultivating two or more types of plants at the same field. Selecting type and cultivar of the plants need to be considered in the intercropping system. Commonly, the available corn cultivars in the market are developed for single cropping. Therefore plant selection is necessary to obtain corn cultivars suitable for intercropping systems. The research was conducted in Desa Margamulya, Cikajang District, Garut, West Java at 1346 meters above sea level. This study used a randomized block design (RBD) design with two methods; the experimental method and the quantitative descriptive method. The results showed 20 hybrids were selected on the character of cob diameter, 18 combinations surface of the cob length, 19 hybrids on the number of cob seed rows, 13 hybrids on the number of cob kernels. According to the parameters of intercropping combinations, 3 hybrids were selected with superior characters in intercropping condition with sweet potatoes based on Land Equivalent Ratio (LER), 13 hybrids showed the more competitive characters compared to sweet potatoes based on Competitive Ratio (CR) and all hybrids showed yield loss based on Actual Yield Loss (AYL). Hybrids DR7 x DR8, DR 14 X DR 18 and MDR 3.1.4 X MDR 18.5.1 are selected hybrids based on yield components and intercropping parameters.