Paulinus Yan Olla
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

DEBAT TENTANG IMAM PEDOFIL DAN TANTANGAN PENDIDIKAN IMAM Paulinus Yan Olla
Jurnal Orientasi Baru VOLUME 20, NOMOR 02, OKTOBER 2011
Publisher : Jurnal Orientasi Baru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The debate regarding pedophile priests has cornered the Catholic Church.Vigorous press campaigns have shaped public opinion about the Church as asafe haven for the perpetrators. Studies on the problem show that only a smallnumber of priests are pedophiles, in a comparison with other religious groupsor associations. Groups who give vigorous criticism of the Church in fact aresupporters of pedophilia both culturally and politically. This paper would liketo emphasize that the Church recognizes the existence of pedophilia among hermembers. But the Church has also decided to run a zero tolerance policy towardpedophile priests through law enforcement and educational reforms.
TEOLOGI KELUARGA KUDUS Paulinus Yan Olla
Studia Philosophica et Theologica Vol 17 No 2 (2017)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v17i2.32

Abstract

The devotion to The Holy Family of Nazareth has marked Christian spirituality since the beginning of Christianity up to our days. Putting theological basis for this Christian devotion is the main concern of this work. One of the theological foundation for this devotion is the concept of “Terrestrial Trinity.” The Holy Family of Nazareth in this regard is a supreme image of the Trinity. The Catholic doctrine has applied this concept to all Christian families, but theologically it is in the life of The Holy Family, the Trinitarian life of love has its full expression. Finally, this work explores the spiritual dimensions of the Holy Family of Nazareth in the magisterium of the Church and in iconography as well. Devosi kepada Keluarga Kudus Nazaret menandai spiritualitas Kristiani sejak awal Kristianitas sampai saat ini. Peletakan dasar teologis untuk devosi Kristiani ini merupakan fokus utama dari karya tulis ini. Salah satu pondasi teologi dari devosi ini adalah konsep “Trinitas Terrestrial.” Keluarga Kudus Nazaret dalam pandangan ini merupakan gambaran tertinggi dari Trinitas. Doktrin Katolik mengaplikasikan konsep ini untuk semua keluarga Kristiani, tetapi secara teologis dalam hidup Keluarga Kudus, cinta dari kehidupan Trinitarian mempunyai ekspresi yang penuh. Pada akhirnya, karya tulis ini mengeksplorasi dimensi spiritual dari Keluarga Kudus Nazaret dalam magisterium Gereja dan juga ikonografi.
Agama Dan Negara Dalam Masyarakat Pluralindonesia Paulinus Yan Olla
Seri Filsafat Teologi Vol. 27 No. 26 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keterlibatan agama di ruang publik, secara khusus di bidang politik, semakin hari semakin menjadi bahan perbincangan yang menarik perhatian publik. Di satu pihak diakui adanya sumbangan agama-agama bagi kohesi sosial suatu masyarakat, tetapi di pihak lain ada pula gejolak, ketegangan dan keterpecahan dalam masyarakat karena penggunaan isu-isu keagamaan untuk perebutan kekuasaan.1 Tulisan ini ingin pertama-tama menggambarkan secara garis besar tempat agama dalam masyarakat plural, modern dan rasional-sekularistis. Suatu situasi di mana di satu pihak ada ketegangan atau keraguan misalnya di Eropa tentang peran agama di ruang publik. Di pihak lain masyarakat yang sekular tersebut kehilangan daya rohani untuk mengontrol per- kembangannya sendiri. Dalam konteks demikian apakah agama dapat memberi sumbangan positif bagi suatu masyarakat plural dan sekular- rasionalistis? Pertanyaan lain yang ingin dihadapi adalah: bagaimana relasi yang seharusnya ada antara negara dan pluralitas agama dalam suatu masyarakat majemuk seperti Indonesia? Pada bagian ini kebijakan politik negara terhadap agama-agama disoroti. Dalam kerangka itu diperlihatkan pula berbagai alasan mengapa Gereja Katolik perlu terlibat dalam politik dan ikut menghargai keanekaragaman agama, etnisitas dan budaya yang dimiliki bangsa ini.
Dosa Dan Pengampunan: Sebuah Petualangan Manusiawi Dan Rohani (Penghayatan Spiritualitas Pengampunan) Paulinus Yan Olla
Seri Filsafat Teologi Vol. 26 No. 25 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengampunan merupakan sebuah peristiwa teologis yang melibatkan Allah dan sekaligus peristiwa manusiawi karena menyentuh pengalaman dasar manusia sebagai manusia. Dosa berkaitan relasi dengan Allah, jika manusia memberi jawaban negatif. Sebagaimana iman adalah pengalaman manusia yang terwujud dalam perbuatannya, begitu pula dosa adalah pengalaman manusia yang bersikap melawan Allah dan terwujud dalam perbuatan moral. Pengampunan merupakan pengalaman dasar relasi manusia dengan Allah. Inisiatif pengampunan selalu berasal dari Allah. Relasi kedosaan dijembatani kembali dengan tawaran pengampunan. Pengampunan dialami ketika manusia mengalami kerahiman Allah. Dosa dan pengampunan mengandaikan adanya keterlibatan pihak Allah maupun manusia. Ia menyangkut dinamika relasi manusia dengan Allah. Allah yang berkuasa menciptakan permulaan baru melawan kegagalan dan penolakan dalam dosa.1 Selanjutnya manusia yang mengalami pengampunan Allah dalam hidupnya dipanggil tidak hanya untuk menerima tetapi ia pun perlu belajar mengampuni sesamanya. Dinamika keterlibatan Allah dan manusia dalam pengampunan itulah yang ingin dipaparkan dalam karya ini.
Wartasukacita Dan Belas Kasih Bagi Kaum Miskin (Landasan-Landasan Spiritual Keberpihakan Gereja Pada Kaum Miskin Dalam Eg Dan Mv) Paulinus Yan Olla
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan berikut merupakan upaya menyimak landasan-landasan spiritualitas yang melandasi keberpihakan Gereja pada kaum miskin dan terpinggirkan. Berbagai bentuk spiritualitas yang tumbuh dan berkembang dalam Gereja setelah Vatikan II lebih dilandasi Kitab Suci dan Liturgi, tetapi juga sangat peka terhadap dunia dan persoalan-persoalan kemanusiaan.1 Lebih dari itu berbagai corak spiritualitas yang muncul setelah Vatikan II memberi landasan kerohanian yang tanggap terhadap tantangan-tantangan baru yang muncul dalam dunia modern. Salah satu tantangan yang berkembang menjadi masalah global adalah hadirnya kemiskinan yang menjadikan hidup banyak orang menjadi tidak manusiawi. Berbagai bentuuk spiritualitas itu menjadi dasar opsi Gereja untuk terlibat dan memperjuangkan kepentingan kaum miskin. Ulasan berikut mencoba menelusuri keberpihakan Paus Fransiskus terhadap kaum miskin dalam konteks Ensiklik Evangelii Gaudium (EG) dan Bulla Misericordiae Vultus (MV). Kedua dokumen tersebut secara umum menegaskan perlunya sikap dan semangat baru dalam pewartaan Gereja. Paus menunjukkan kepada Gereja sukacita dan belas kasih sebagai jalan rohani bagi seluruh Gereja tetapi sekaligus sebagai opsi keberpihakan Gereja pada kaum miskin yang berada di periferi kemanusiaan.
Charles De Foucauld: Menabur Kebahagiaan Di Gurun Sahara Paulinus Yan Olla
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yves Congar, teolog terkemuka Prancis pernah berujar, “di ambangabad atom tangan Allah telah menyalakan dua api besar, keduanya bernama:Teresa Lisieux dan Charles de Foucauld”.1 Dalam kegelapan situasikeagamaan beriringan revolusi sosial-politik yang bertumpu pada RevolusiPrancis, kedua tokoh suci Prancis ini memberikan percikan harapan akankasih yang mengalir dari penghayatan iman Kristiani
Lahirnya Tahun Solidaritas Misi di Keuskupan Tanjung Selor Paulinus Yan Olla
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.177

Abstract

Fokus artikel ini ialah karya misi di Keuskupan Tanjung Selor. Terinspirasi oleh perayaan 100 tahun Ensiklik Maximum Illud, Uskup Keuskupan Tanjung Selor, menggagas lahirnya tahun solidaritas misi di keuskupannya. Ensiklik Maximum Illud dari Paus Benediktus XV berbicara tentang karya misi dan pada tahun 2019, ensiklik tersebut genap berusia 100 tahun. Metodologi yang digunakan dalam pembahasan karya misi dalam artikel ini ialah deskritif kritis atas Ensiklik Maximum Illud dan atas program “Tahun Solidaritas Misi” di Keuskupan Tanjung Selor. Ensiklik ini menekankan pentingnya penyebaran iman ke seluruh dunia, termasuk di wilayah Keuskupan Tanjung Selor yang dicirikan dengan medan yang luas dan sangat sulit dijangkau. Di dalam penelitian ini ditemukan adanya harapan sekaligus tantangan dalam pelaksanaan karya misi di Keuskupan Tanjung Selor. Harapan terletak pada keterlibatan dan antusias kaum muda dan umat paroki di wilayah keuskupan ini selama pelaksanaan “Tahun Solidaritas Misi.” Namun demikian, antusias umat di atas perlu didukung oleh program yang jelas dan tertata sehingga pelaksaan karya misi di Keuskupan Tanjung Selor semakin memiliki arah yang jelas. Selain itu, tantangan lainnya ialah pentingnya pemahaman yang baik tentang teologi dan spiritualitas misioner itu sendiri dan dukungan finansial atas karya misi terutama dari umat.