p-Index From 2019 - 2024
5.553
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Litera HUMANIS LITERASI: Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA LOKABASA UNEJ e-Proceeding Transformatika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Indonesian EFL Journal Jurnal Studi Al-Qur'an Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran (KIBASP) JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Kandai Journal of Indonesian Language Education and Literary Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra JENTERA: Jurnal Kajian Sastra JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA) Jurnal Sastra Indonesia Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat Getsempena English Education Journal BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Jurnal Ilmiah SEMANTIKA Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal International Journal of Education and Digital Learning (IJEDL) PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA
Claim Missing Document
Check
Articles

Instrumen Penilaian Desa Wisata sebagai Penilaian Kelayakan Desa Wisata Burai Kabupaten Ogan Ilir Sry Mulya Kurniati; Siti Gomo Attas
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA) Vol. 10 No. 1 (2022): JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/judika.v10i1.5884

Abstract

Di dalam penelitian ini, telah didesain instrumen penilaian kelayakan sebuah desa wisata. Desa wisata yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah desa wisata Burai, kabupaten Ogan Ilir, provinsi Sumatera Selatan. Desa ini masuk 50 besar sebagai desa wisata terbaik pada Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 dan telah disyahkan oleh menteri pariwisata dan ekonomi kreatif Republik Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penilaian kelayakan desa ini sebagai desa wisata di Indonesia. Setelah dilakukannya verifikasi/kroscek lapangan, ditemukan bahwa kesiapan/kelayakan desa wisata Burai hanya bernilai 37 %, maka dapat disimpukan bahwa desa ini belum sepenuhnya siap menjadi desa wisata di kabupaten Ogan Ilir. Peneliti menemukan masih banyak hal-hal yang belum standar untuk bisa masuk dalam kategori sebagai desa wisata di Indonesia. Desa ini sebenarnya memiliki potensi yang cukup kuat untuk menjadi desa wisata, namun perlu adanya pengelolaan berkelanjutan yang lebih serius lagi baik pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya dan tentu ini menjadi tanggung jawab para stakeholder yang terkait.
Makna Siloka (Filosofis) Lirik Lagu Goyang Karawang Karya Lingga Angling Raspati Yousef Bani Ahmad; Siti Gomo Attas
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA) Vol. 10 No. 1 (2022): JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/judika.v10i1.5939

Abstract

Karawang is one of the districts in West Java. The city of Karawang is known as a rice barn, a city of heroes, and an industrial city. In the field of art, Song Goyang Karawang is one of the works of young people who become local cultural identities and still maintain their identity in facing the challenges of foreign cultures that enter Indonesia. Goyang karawang song is a product of historical art culture. The aims of this study are 1) to understand the denotative meaning that appears in the lyrics of the song rocking karawang by Lingga Angling Raspati, 2) what the connotation meaning of the lyrics of the song Goyang Karawang is like. The researcher used a qualitative approach and content analysis methods. Sources of data were taken from literature studies and interviews with songwriters, namely Angga Angling Raspati. From the results of the study, it was found that the song has the meaning of changing the rocking karawang paradigm which was different from today. Goyang karawang means Karawang continues to move to grow, progress and develop. The cultural meaning found in the lyrics is a depiction of the life of the people of the city of Karawang which has a lot of rice fields and also industries. In industry, people generally work in companies and it is proven by the existence of Karawang International Industrial City (KIIC). The impact of the meaning of the song is to convey a true meaning of rocking karawang itself.
METAFORA "CLOTHING" AS A NATURE OF NATURE IN READING BUTON PEOPLE IN THE TRANSLATION OF AJONGA YINDA MALUSA'S WORKS BY SYEKH HAJI ABDUL GANIU Ali Mukti; Siti Gomo Attas; Eva Leiliyanti
Indonesian EFL Journal Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : University of Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/ieflj.v8i2.6441

Abstract

 The purpose of this study is to describe the metaphor in the translation of Ajonga Yinda Malusa's manuscript by Sheikh Haji Abdul Ganiu. This research uses content analysis method (content analysis). By using Metaphor theory according to Lakoft Johnson. As the results in this research are: the shame metaphor is a noble trait of clothing that never fades, the fear metaphor is a trait that requires trepidation Referring to something that is considered to bring disaster a metaphor full of nature with the meaning of loyalty and sincerity, the metaphor of shyness not just talking and from origin, everything that will be talked about and done is looking more for it.Keywords: manuscripts; matafora; noble attributes. 
FENOMENA RESTORAN JEPANG HALAL: PERSPEKTIF AGAMA DAN EKONOMI Almyra Diah Pangestu; Siti Gomo Attas
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2022): Volume 3 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v3i3.9339

Abstract

Bisnis makanan Jepang merupakan bisnis yang menguntungkan karena selain citarasanya berterima di lidah Indonesia, faktor kesehatan dan kemudahan penyajiannya pun membuat makanan Jepang menjadi kian populer bagi berbagai kalangan dan usia. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis fenomena restoran Jepang halal dari perspektif agama dan ekonomi. Maraknya restoran Jepang berlabel halal, baik yang sudah memiliki sertifikasi dari MUI maupun usaha makanan Jepang rumahan dengan klaim halal dari penjualnya, menunjukkan adanya animo masyarakat yang besar terhadap masakan Jepang yang diakui kehalalannya. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber data berupa kajian pustaka dan observasi berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh gambaran secara teoritis yang dapat menunjang penelitian ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dengan adanya sertifikasi atau klaim halal, konsumen yang sebelumnya ragu, meski ingin, mengkonsumsi makanan Jepang karena banyak bahan yang tidak halal menjadi yakin untuk mengkonsumsinya karena sertifikasi atau klaim halal mengindikasikan adanya penggantian bahan-bahan krusial yang sebelumnya nonhalal menjadi halal.
DISCOURSE OF HIZBUT TAHRIR INDONESIA'S RADICALISM: A CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS ON TEMPO.CO MEDIA Sarmadan Sarmadan; Aceng Rahmat; Siti Gomo Attas
Getsempena English Education Journal Vol. 9 No. 1 (2022)
Publisher : English Education Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46244/geej.v9i1.1775

Abstract

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) radicalism discourse invites polemics and pros and cons that have not ended. The various perspectives on the existence until the dissolution of the mass organization need to be understood in depth, objectively, and comprehensively. This research was conducted with the aim of comprehensively dissecting the discourse of HTI radicalism which wants to substitute the Pancasila ideology by carrying the caliphate ideology. This research is a literature study using a qualitative approach. The knife of analysis is the critical discourse analysis of Norman Fairclough's model which consists of three dimensions of analysis, namely text analysis, discourse practice, and sociocultural practice. The data in this study are texts in the form of vocabulary, sentences, or discourses whose corpus is from a news story entitled "The Rise of HTI Rejection, Said Aqil: The Governor Must Be Able To Build Citizens" published by Tempo.co on Friday, May 5, 2017. The results show that in In terms of text analysis, especially in terms of diction and textual structure, Tempo.co represents the rejection of the caliphate ideology promoted by HTI which is reflected in the use of diction which has a positive meaning. The textual structure uses a strategy of accommodating sources as a news construction database. This can be seen in the construction of news where the four components, namely 1) news title, 2) selection of sources, 3) positioning of source quotes, and 4) the quantity of sources' statements lead to the collectivity of the meaning of rejection of the ideology of the HTI caliphate. Likewise, in the aspect of discourse practice, it is illustrated that the construction of Tempo.co news is in line with the public perspective which rejects HTI's radical ideology, as well as socio-cultural practices that strengthen or strengthen public knowledge and awareness that the disbandment of HTI must be carried out immediately because it can threaten the existence of Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.
UPAYA PELESTARIAN PALEMBANG (ALUS) BEBASO Indah Windra Dwie Agustiani; Siti Gomo Attas; Novi Anoegrajekti
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 18, No 2 (2022): Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fon.v18i2.5177

Abstract

ABSTRAK: Bahasa tidak terpisahkan sebagai bagian dari suatu budaya. Palembang memiliki 2 macam bahasa bahasa sari-sari  atau bahasa Pasaran dan bahasa alus bebaso. Saat ini masyarakat Palembang cenderung menggunakan bahasa sehari sehari dengan dialek penggunaan ‘O’ seperti apa menjadi apo dan kenapa menjadi ngapo.  Tujuan artikel ini untuk membuat pemahaman kepada masyarakat tentang asal usul Bahasa Palembang Bebaso dan menelusuri upaya-upaya yang pernah ada dalam melestarikan Bebaso sampai saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Wawancara dan studi Pustaka digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Data dianalisis dengan cara di deskripsikan untuk dapat ditarik kesimpulan. Hasil penelitian  ini adalah (1) Palembang Alus bebaso memang tidak dapat terlepas  dengan pengaruh pulau Jawa, karena setelah runtuhya kerajaan Demak, bangsawan Demak kembali ke Palembang meneruskan Kesultanan Aria Damar atau Aria  Dilla. Kesultanan Palembang terbentuk  sehingga penggunaan bahasa jawa dijadikan bahasa resmi kesultanan sehingga terjadilah akulturasi budaya bahasa jawa dan melayu  yang membentuk bahasa baru yaitu bahasa  alus  Palembang atau bebaso (2) Bebaso masih sering dipakai pada tahun 1970-1980  dan menginjak tahun 2000 masyarakat Palembang sangat jarang  menggunakannya. (3) Upaya yang pernah ada untuk melestarikan bebaso adalah  adanya pertunjukan wayang Palembang, dibuatnya Syair penggiring tari sondok Piyogo dari pihak Kesultanan Palembang Darussalam, adanya lagu lagu daerah seperti Cek Ayu dan Bandel Hakiki, adanya penelitian yang mengusulkan penggunaan Bebaso sebagai muatan lokal, pembuatan kamus Bebaso dan pembuatan buku ilustrasi interaktif tentang Bebaso: Bahasa Palembang Alus untuk anak-anak dan adanya komunitas bahasa daerah di Palembang yang mempelajari Bebaso.KATA KUNCI: Palembang Alus; Bebaso; Pelestarian; Upaya THE MAINTAINING EFFORTS OF PALEMBANG ALUS LANGUAGE; BEBASO ABSTRACT: Language is an integral part of a culture. Palembang has two kinds of language sari-sari or Pasaran language and language alus: Bebaso. Currently, the people of Palembang tend to use everyday language with the dialect of using 'O' like what to be apo and why to be ngapo. The purpose of this article is to create an understanding to the public about the origin of the Palembang language Bebaso. This research is a qualitative descriptive study. Interviews and library studies were used as data collection techniques. The data is described in a way that conclusions can be drawn. The results of this study are (1) Palembang Alus  Language: Bebaso cannot be separated from the influence of the island of Java, because after the collapse of the Demak kingdom, the Demak nobility returned to Palembang following the Aria Damar or Aria Dilla Sultanates. The Palembang Sultanate was formed so that the use of the Javanese language became the official language of the sultanate so that there was a culture of Javanese and Malay languages that formed a new language, namely the Palembang alus language or Bebaso (2) Bebaso was still often used in 1970-1980 and  the people of Palembang rarely used it in 2000 (3) There have been attempts to maintance  Palembang Alus Bebaso such as the existence of  puppet show, the creation of accompaniment to the Sondok Piyogo dance from the Sultanate of Palembang Darussalam, the existence of folk songs such as Cek Ayu and Bendel Hakiki, the existence of research proposed the use of Bebaso as local content, the creation of a Bebaso dictionary and the creation of interactive illustrated books about Bebaso: Palembang Alus Language for children and the Bebaso  as local language community in Palembang.KEYWORDS: Effort; Maintaining; Palembang Alus Bebaso.
Hegemoni Kekuasaan pada Festival Budaya Dongdang Kabupaten Bogor Wulan Yulian Anggini; Siti Gomo Attas; Danang Dwi Harmoko
Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya Vol 13, No 2 (2022): Jurnal Khasanah Ilmu - September 2022
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/khi.v13i2.11857

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hegemoni kekuasaan pada Festival Budaya Dongdang di Kabupaten Bogor. Terselenggaranya festival budaya tidak lepas dari peran Kepala Daerah setempat yaitu Bupati atau Wali Kota. Kebijakan yang melibatkan masyarakat luas dan sifatnya populis ini akan mempunyai dampak positif terhadap elektabilitas dan tingkat kepuasan publik. Para pemimpin daerah yang sukses melaksanakan festival budaya akan mendapatkan collateral effect pada popularitasnya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Keberadaan Festival Budaya Dongdang menjadi penting karena mempunyai beberapa fungsi diantaranya, pelestarian budaya, ekspansi dan komersialisasi budaya, dan penggerak sektor kesenian dan ekonomi kreatif. Bentuk hegemoni yang dilakukan oleh Bupati Rahmat Yasin adalah bentuk dominasi, persetujuan, kepemimpinan intelektual dan moral. Hegemoni dalam bentuk dominasi yang dilakukan Rahmat Yasin adalah penekanan kewajiban yang harus dilakukan oleh SKPD dan lainnya untuk wajib berpartisipasi dalam Festival Dongdang. Adapun tingkatan hegemoni yang dilakukan berada pada tingkatan hegemoni total. Masyarakat menunjukkan tingkat kesatuan moral dan intelektual yang kokoh, yang tampak dari hubungan organis pemerintah dan yang diperintah.
JANGER BANYUWANGI: KREASI DAN INOVASI TRADISI LISAN KE PERTUNJUKAN Novi Anoegrajekti; Sudartomo Macaryus; Endang Caturwati; Ifan Iskandar; Siti Gomo Attas
ATAVISME Vol 25, No 2 (2022): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v25i2.824.170-184

Abstract

Abstract: Janger Banyuwangi has been established since 1918 and designed to present an entertainment for the community. It was firstly called as Damarwulan due to a character -based Damarwulan and celebrated in every eclipse. This study purposed to analyze the creation, character innovation, and performing arts technique. This study was ethnographic study started by inventing literature studies in the form of article, research report, theses, and dissertation. The literature studies were completed by filed data obtained from observation and participation by directly seeing the performance of Janger. The data were analyzed semiotically by positioning every section such as character innovation, performing technique, property, and community's response as evidences that indicated cultural dynamics. This study resulted that character innovation and creativity, performing technique, and interest of audience had become variabkes that determined the popularity of Janger group.  
PRESERVATION OF PALANG-PINTU ORAL LITERATURE: THROUGH LOCAL WISDOM BASED ON CREATIVE INDUSTRIES IN THE TIDUNG ISLAND COMMUNITY Siti Gomo Attas; Gres Grasia Azmin; Marwiah Marwiah
Indonesian EFL Journal Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : University of Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/ieflj.v9i1.6881

Abstract

This study aims to find out how the conservation of oral literature through local wisdom based on creative industries in the Tidung Island community. The method used in this study is ethnography with observation, interview, and document techniques. The theory of performance structure by Koster as the theory used in this study, the value of local wisdom with the concept of John M. Echol and Hasan Syadily which is in accordance with the local wisdom of the people of Tidung Island, and the creative industry by Sariono in the show in the form of creative work of the people of Tidung Island. The results of this study: (1) the performance structure of Palang Pintu on Tidung Island in 2022, (2) The value of Islamic local wisdom in the Palang Pintu performance in the Tidung Island community,  and (3) The creative industry of the Palang Pintu show on Tidung Island which was developed through a collaborative performance between Mandar silat as a local culture of the Tidung Island community by creating Betawi rhymes that are in accordance with the language and oral literary value on the Tidung Island.Keywords: conservation; creative industry; local wisdom; Palang Pintu; Tidung Island
IDENTITAS DAN REPRESENTASI TRADISI PUKUL SAPU DI NEGERI MAMALA DAN MORELLA MELALUI KAJIAN BUDAYA Siti Syamsiah Renny Tounbama; Siti Gomo Attas; Novi Anoegrajekti
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v4i1.41988

Abstract

Tradisi Pukul Sapu merupakan warisan budaya yang dilakukan oleh masyarakat Negeri Mamala dan Negeri Morella. Tradisi ini berupa atraksi saling memukul badan hingga terluka dan mengeluarkan darah dengan menggunakan sapu lidi. Tradisi Pukul Sapu ini dilakukan pada tanggal delapan Syawal atau bertepatan dengan hari ketujuh setelah hari raya Idul Fitri. Tradisi yang dilakukan di dua negeri ini kerapkali dipandang sama oleh masyarakat luar. Meskipun demikian, apabila ditelaah lebih dalam terdapat perbedaan antara tradisi di kedua negeri ini. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan tradisi Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morella melalui sejarah dan pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan pendekatan komparatif. Metode yang digunakan dalam pengambilan data , yaitu wawancara dan kajian dokumen. Berkaitan dengan metode yang digunakan, maka instrumen penelitian merupakan panduan wawancara dan peneliti sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa perbedaan tradisi Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morella secara garis besar terletak pada sejarah dan pelaksanaan tradisi di kedua negeri. Bermula dari sejarah inilah yang kemudian berpengaruh pada perbedaan pandangan, tujuan hingga pelaksanaan tradisi di masing-masing negeri. Adapun berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perbedaan tradisi Pukul Sapu Negeri Mamala dan Morella yaitu pada 1) Sejarah, 2) Simbol, 3) Tujuan, 4) Rangkaian acara