Troef Soemarno
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya dalam Etanol 70% pada Proses Penyembuhan Luka Insisi Nirwansyah Parampasi; Troef Soemarno
Majalah Patologi Indonesia Vol 22 No 1 (2013): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.161 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Luka kulit cukup sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik luka akut maupun luka kronik. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks antara faktor seluler, humoral dan unsur jaringan ikat. Saponin yang terdapat pada daun pepaya adalah salah satu senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktural yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Diantara unsur-unsur yang penting dalam remodeling dan penyembuhan luka, makrofag dan kolagen berperanan penting. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya dalam etanol 70% terhadap peningkatan jumlah makrofag dan ketebalan jaringan kolagen pada luka insisi hewan coba. Metode Dilakukan dua insisi pada punggung 32 mencit jantan yang dibagi dalam dua kelompok secara random. Kelompok pertama diberi NaCl 0,9% (kelompok kontrol), kelompok kedua diberikan secara topikal ekstrak daun pepaya dalam etanol 70% (kelompok perlakuan) per 12 jam. Biopsi dilakukan pada hari ke-3 dan ke-14. Dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk mengevaluasi jumlah makrofag dan ketebalan jaringan kolagen. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun pepaya dalam etanol 70% yang diperoleh dari daun pepaya tua yang dikeringkan dengan volume 1000 gram dan di ekstrak dengan etanol 70% sebanyak 5000 cc untuk menghasilkan 100 gram bahan ekstrak tersebut. Penggunaan bahan ini pada hewan coba dengan cara dioleskan per 12 jam. Hasil Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah makrofag pada kelompok kontrol dan perlakuan (p=0,000) serta ketebalan jaringan kolagen (p=0,000). Kesimpulan Pemberian ekstrak daun pepaya dalam etanol 70% dapat meningkatkan jumlah makrofag dan jaringan kolagen yang terbentuk pada penyembuhan luka insisi. Kata kunci : Penyembuhan luka, saponin, makrofag, kolagen, pepaya ABSTRACT Background Skin injuries are common in everyday life, both acute injuries and chronic wounds. Wound healing is a complex process of coordination between cellular factors, humoral and connective tissue elements. Saponins found in papaya is one of the compounds that stimulate formation of collagen, the protein structures that play a role in wound healing. Among the elements that are important in remodeling and wound healing, macrophages and collagen plays an important part. The aim of experiment is proving effect of 70% ethanol extract of papaya leaves increasing the number of macrophages and the thickness of the collagen tissue at incisional healing wound. Methods Made an incision in the back of 32 adult male mice, and then divided into 2 groups. The first group as control was given 0.9% NaCl and a second group given topically 70% ethanol extract of papaya leaves every 12 hours. Each group was subdivided into two sub groups. Biopsy performed on day 3 and 14. Histological examination performed to evaluate the number of macrophages and the thickness of the collagen network. This experiment used 100 gr of 70% ethanol extract of papaya leaves which is derived from dried papaya old leaves weighed 1000 gram and 5000 ml 70% etanol. Results There were significant differences of the number of macrophage (p=0.000) and the thickness of the collagen tissue (p=0.000). Conclusion 70% ethanol extract of papaya leaves can increase number of macrophages and collagen formation which is formed on wound healing. Key words : wound haling, saponin, macrophage, collagen, papaya
Korelasi antara Ekspresi p16, Ki-67, dan Derajat Diferensiasi Adenokarsinoma Kolorektal Aries Sasongko; Troef Soemarno
Majalah Patologi Indonesia Vol 27 No 2 (2018): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakangAdenokarsinoma kolorektal (AKK) merupakan karsinoma kolorektal yang paling sering terjadi. Proliferasi sel merupakan hal mendasar untuk mempertahankan homeostasis jaringan dan penting dalam oncogenaesis. Penentuan proliferasi sel dapat memprediksi perilaku tumor. Ki-67 adalah suatu antigena inti yang dinyatakan dalam konsentrasi tertinggi dalam semua siklus sel kecuali pada fase resting dan digunakan secara luas sebagai petanda proliferasi untuk mengukur pertumbuhan tumor. p16 adalah gena supresor tumor yang mengatur proliferasi sel dan pertumbuhan dengan bertindak sebagai Cyclin Dependent Kinase4 (CDK4) inhibitor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara ekspresi p16, Ki-67, dan derajat diferensiasi pada AKK.MetodaPenelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 29 blok parafin dibagi dalam: 11 well differentiated adenocarcinoma (WDA), 7 moderately differentiated adenocarcinoma (MDA), dan 11 poorly differentiated adenocarcinoma (PDA) yang didiagnosis di Instalasi Patologi Anatomik RSUD Dr. Soetomo periode Januari 2011-Juli 2013. Sampel dilakukan pulasan imunohistokimia dengan antibodi monoclonal anti p16 dan Ki-67 dinilai menggunakan metode kuantitatif. Dan korelasi antara ekspresi p16, Ki-67, dan derajat diferensiasi AKK dianalisis dengan menggunakan uji Spearman.HasilDidapatkan korelasi ekspresi p16 yang signifikan pada WDA, MDA dan PDA (p=0,015, p<0,05). Didapatkan korelasi ekspresi Ki-67 yang signifikan pada WDA, MDA dan PDA (p=0,009, p<0,05), dan didapatkan korelasi yang signifikan antara p16 dan Ki-67 (rho=-0,374, p=0,046, p<0,05).KesimpulanHasil penelitian di atas menunjukkan bahwa P16 dan Ki-67 dapat dimanfaatkan untuk membedakan lebih rinci kasus-kasus WDA, MDA, dan PDA. Didapatkan korelasi terbalik antara p16 dan Ki-67.
Ki-67 Immunohistochemistry Examination in Pityriasis Rubra Pilaris Diana Kartika Sari; Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Troef Soemarno
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 26 No. 3 (2014): BIKKK DESEMBER 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bikk.V26.3.2014.1-5

Abstract

Background: Pityriasis rubra pilaris (PRP) is a papulosquamous disorder of unknown etiology. PRP is often difficult to be distinguished with psoriasis in early phase of the disease. Purpose: To deliver information about Ki-67 immunohistochemistry examination in PRP. Reviews: The diagnosis of PRP can be established by histological examinations or even immunohistochemistry. The best treatment options are retinoids, photochemotherapy (PUVA), and antimetabolites (methotrexate). Conclusion: Immunohistochemistry examination can provide complete feature to distinguish between PRP and psoriasis because of it's high specifity.Key words: Ki-67 immunohistochemistry, pityriasis rubra pilaris, diagnosis.